He is (not) my brother

2.6K 62 9
                                    

Senyum itu terus mengembang tanpa henti. Dia baru saja bertemu sang pujaan hati wajar saja jika bibir mungilnya itu terus menyimpul. Bahkan kedua teman yang telah bergabung dengannya seolah terabaikan.

"Dara kenapa sih senyum-senyum sendiri."

"Biar gue tebak. Pasti ada Kak Adit ya."

Ya Adit, nama pria itulah yang menjadi penyebab wajah Dara berbinar dibarengi senyumnya yang tersemat begitu manis.

"Dar. Ka Adit Emng udah balik ?" Dara mengangguk masih dengan senyum konyolnya itu.

"Ka Adit. Mau kerja di sini tauuu." Ucap Dara senang.

"Waahh pantesan lu mesem-mesem dari tadi."

Ahh siapa yang tidak senang jika seseorang yang kita sukai akan berada dekat dengan kita lagi. Meskipun sikap pria itu kini tidak seperti dulu tapi sungguh Dara masih sangat menyukainya.



***
"Adit ada Tante Vina sama Dara. Keluar dulu sini."

"Bentar mah. Adit rapiin buku dulu."

"Udah gausah. Biar nanti Bi Nah aja." Adit menghela nafasnya lalu mengangguk lemah.

Adit berjalan keluar kamar mengikuti ibunya. Dia tersenyum melihat dua wanita berbeda usia yang tengah bertamu ke rumahnya. Dia kenal dengan mereka malah sangat kenal. Apalagi dengan gadis itu, gadis dengan baju putih dan celana pendek cokelat mudanya.

"Kak Adit." Dia bahkan menelan ludahnya mendengar suara cempreng itu lagi.

Sudah berapa lama ia tak bertemu dengan gadis itu. Gadis yang membuatnya memilih kuliah di luar kota dan jarang pulang ke rumah. Dia baru mengingatnya dan senyum yang ia sematkan itu pudar.

"Sini Dit duduk. Jangan berdiri terus di situ." Adit tersadar dari lamunannya ketika suara ibunya terdengar. Wanita paruh baya itu sudah menduduki sofa dan berhadapan dengan tamu mereka.

Adit berjalan menghampiri mereka lalu duduk tepat di samping ibunya dan berhadapan dengan gadis yang masih tersenyum dengan senyum manisnya.

"Adit katanya mau kerja di sini ya ?"

"Oh. Iya tante."

"Perusahaannya pindah ya?"

"Engga kok tante. Buka cabang baru di sini. Alhamdulillah Adit dipercaya buat mengembangkan perusahaan yang baru."

"Jadi direktur dong ya."

"Belum jadi yang punya tan." Jawab Adit mengulum senyumnya.

"Seneng ih dengernya." Celetukan Dara membuat semua orang melirik padanya. Dia hanya tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Dara lucu deh." Gumam Ibu Adit sambil mengulum senyumnya.

"Udah dari dulu tante." Ibu Adit semakin tertawa mendengar ucapan Dara.

"Maaf ya Mba. Dara emang suka begitu."

"Mamah Akukan emang seneng Kak Adit di sini lagi. Kan ada yang jagain aku trus ada yang anter jemput aku kaya dulu."

"Kak Adit emang supir kamu."

Gelak tawa ibu Adit terdengar. Vina hanya tersenyum melihat wajah anaknya yang terlihat memerah. Adit yang mendengar ucapan Dara ikut mengulum senyum tipisnya sambil memperhatikan wajah putih Dara yang telah bersemu itu.


***
Sebenarnya Adit ingin menolak berangkat bersama Dara. Tapi ibunya selalu memaksa dan selalu menatapnya sinis. Anaknya aku atau Dara sih gerutuan dalam hati itu selalu ia teriakan.

Oneshoot Where stories live. Discover now