Pertemuan Pertama

61 7 4
                                    

Dimalam yang sunyi, bulan bersinar terang disertai angin malam yang begitu dingin. Kota pun sedikit lebih sunyi dari biasanya, namun disalah satu gedung di kota itu ada sedikit kegaduhan yang memecahkan kedamaian kota saat malam hari.

"Tidak Jangan lakukan itu jangan kau tinggalkan aku" lirih seorang perempuan yang sedang berusaha menghentikan seorang lelaki.

"Apa peduli mu, tinggal kan saja aku... Dunia ini tidak membutuhkan aku lagi!" bentak lelaki itu dengan penuh amarah nya yang meledak.

"Aku peduli padamu jadi tolong kembali lah kesini.." lanjut sang perempuan dengan mata yang berkaca kaca.

"Tidak, tidak ada yang peduli padaku!" balas pria itu dengan melangkah sedikit lebih maju untuk melompat dari atap gedung.

"Aku mohon.. jangan pergi, hanya kamu yang mengakui keberadaan ku selama ini kumohon..." Ucap perempuan itu sembari terbata bata dan menundukan kepala nya.

"Tidak, biarkan aku mati..."

"Selamat tinggal.... Irina.."

'KRIIIIIIIIING' Suara jam berdering menandakan hari sudah pagi.

Terlihat seorang perempuan berambut panjang sepinggang yang berwarna hitam pekat sedang tidur dikasur yang bisa terbilang besar. Lalu saat jam berdering dia terbangun, dengan mata indah nya yang memiliki warna biru langit menambah kecantikan nya meskipun dia tidak dihiasi oleh make up apapun.

"Sial mimpi itu lagi, gimana keadaan kamu sekarang disana ?" ucap perempuan itu sembari duduk terdiam dengan kepala yang menengak keatas dan padangan yang kosong.

"Ooh mendung" Jelas perempuan itu sambil menengok kearah jendela yang berada disamping tempat tidur nya itu. "baik mulai lah kembali kehidupan ku yang monoton ini" terus nya lalu melangkah keluar dari kamar nya.

Saat sang perempuan itu melangkah kedepan pintu, suara ketukan itu pintu pun langsung terdengar. Dan terlihat lah seorang pelayan perempuan dengan pakaian rapih membawa sebuah handuk dan perlengkapan mandi lain nya.

"Nona, ini alat mandi anda.." Ucap pelayan itu seraya memberikan apa yang dia pegang itu kepada si perempuan.

Si perempuan itu langsung memasang muka malas lalu berkata "Sina,harus berapa kali aku katakan berapa kali ? Cukup kasih tau aku dimana letak benda ini berada dan jangan langsung ngasih ini kepada ku."

"Maaf Nona, sudah kebiasaan ku." Balas pelayan yang bernama Sina itu dengan senyuman manis nan hangat ibarat kan matahari yang baru saja menyinari dunia.

"Dan jangan tersenyum begitu kepadaku, aku merasa tidak tahan dengan senyuman 1 juta watt mu itu" Tukas si perempuan itu sambil melewati Sina dengan dingin.

"Ehehe, nona Irina suka begitu ya. Yasudah aku akan menyiapkan sarapan untuk nona" Lanjut Sina sedikit berteriak namun dengan penuh rasa senang dan lagi lagi memancarkan senyuman satu juta watt nya.

"Ya ya, terserah kamu aku cuman mau hari ini tenang aja" Ujar Irina yang sudah jauh dari Pelayan nya itu.

"Males nya Aku..."

Pagi hari yang sedikit mendung namun hangat nya matahari masih terasa dikulit, suara kendaraan kendaraan yang berlalu lalang terdengar disetiap sudut kota ini, dan kehangatan antara para penduduk kota kian terasa saat waktu bertambah siang.

Di kota itu terdapat sekolah yang mungkin terbilang paling popular karena prestasi prestasi nya yang sudah merambah ketingkat internasional. Ya sekolah itu berada sekitar 100 meter dari istana besar yang juga pemilik nya bersekolah disitu. Ya disekolah itu sangat lumrah bila orang orang terkenal atau pun para anak orang yang kaya bersekolah disitu, namun sekolah SMA ini terbilang cukup ketat peraturan nya.

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang