Chap 24

54.7K 4.8K 336
                                    

Waaa kurang cepet apa aku update?

Sebelum kalian baca cerita ini, aku mau tanya dulu dong cerita ini gimana menurut kalian? Tolong di jawab  ya biar jadi evaluasi aku hehehe😜😜

Btw, aku sebelumnya mau minta maaf kalo cerita ini ngga sesuai sama ekspektasi kalian  yaa

♥♡



"RANGGA BANGSAT!"

Kepalan tangan Leo yang sudah mengeras daritadi menghujam sekujur tubuh Rangga. Mulai dari bagian wajah sampai ke daerah perut. Rangga tak melawan sedikit-pun. Seruni juga tak melerai, dia hanya menundukkan kepalanya.

"Jangan pernah sentuh Seruni lagi!"

Pukulan demi pukulan masih dirasakan Rangga. Sakit. Namun, dia sama sekali tak terpikir untuk melawan. Mungkin ini balasan yang harus ia terima.

"Bangsat! Jangan pernah coba buat deket sama Seruni, lo ngga pantes buat dia," ucap Leo kasar. Kemarahan begitu menyelimutinya. Bunda Rina, Bu Hesty, Pak Nadi dan Joan mencoba melerai namun tak bisa.

"Gue kira lo tulus sama Seruni, ternyata cuma karena rasa bersalah, lo!" teriak Leo begitu membabi buta.

"Le, lo u ... dah tau," ucap Rangga susah payah.

"Gue tau lo merkosa cewek, tapi gue ngga berharap sama sekali itu Seruni," ujar Leo masih dengan pukulan-pukulannya.

Rangga pasrah. Tubuhnya sudah sangat ngilu. Tak bisa digerakan. Darah keluar dari bibir, hidung dan pelipisnya pun tak berasa.

"BERHENTI!" teriak Seruni di tengah isakannya. "Berhenti membuat onar!"

Leo langsung berhenti memukuli Rangga saat mendengar teriakan adiknya itu. Rangga jatuh lunglai di lantai, Bunda Rina dan Bu Tuti langsung membopong tubuh Rangga supaya bisa duduk di lantai. Rangga seperti tidak sadarkan diri, walaupun matanya masih terbuka. Joan berlutut di hadapan Rangga, menangisi laki-laki yang ia cintai babak belur, dan menangisi laki-laki itu karena telah menghamili Seruni.

Leo menarik tangan Seruni kasar, dan tubuh lemah Seruni hanya mengikuti tarikan yang begitu kuat. Saat sudah beberapa meter dari rumah, Leo berhenti dan membiarkan Seruni menangis di dalam pelukannya.

"Kenapa menangis?" tanya Leo, kemarahannya menguap begitu saja saat tubuhnya sudah mendekap Seruni. Tangannya yang baru saja memukuli Rangga digunakannya untuk mengusap rambut adiknya itu. "Dia pantas mendapatkannya."

Isakan Seruni semakin dalam, enggan untuk menjawab pertanyaan sang kakak. Ia menangis karena bingung harus berbuat apa. Ia tak ingin Rangga babak belur karena kakaknya, tapi dia juga sebenarnya ingin memukuli laki-laki itu kalau ia tak mencintainya. Cinta membuat semuanya terasa berbeda. Kemarahan begitu saja meluap. Walau terdengar bodoh, tapi memang itu yang Seruni rasakan.

"Aku tau dia yang melakukannya," ucap Seruni masih dalam isakannya. Leo semakin mengeratkan pelukannya terhadap adiknya itu. "Aku tau, tapi aku tak bisa marah, aku mencintainya."

Leo mendesah kesal. Ia kecewa dengan sikap adiknya. Ia kecewa karena sikap adiknya yang sama sekali tak marah pada lelaki yang telah menodainya. Ia kecewa karena ia sadar akan bagaimana Rangga dan Seruni saling menatap, memang menandakan cinta. Sekali lagi Leo mendesah, ia ingin bersikap egois dengan membunuh Rangga saat itu juga, tapi tak mungkin ia lakukan. Dengan melakukan itu, sama saja dia menambah penderitaan bagi adiknya. Ia hanya ingin membahagiakan adiknya, bukan semakin mengecewakannya.

"Berhenti menangisinya, air matamu lebih berharga daripada bajingan itu."

♚♚♚

TRS [1] : Night Accident ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang