BAB 4

2.2K 103 9
                                    


"Hillary Zenn." Ucap Dhiroya membaca CV gadis tak berhijab dihadapannya. Dahinya berkerut. Siapa gerangan yang mecantumkan namanya sebagai penanggung jawab santri tanpa tes ini?

"Iya mbak." Jawabnya antusias. Hilla begitu semangat bertemu rois annisa yang katanya galak ini. Karena ternyata omongan-omongan mengenai Dhiroya jauh berbeda dari kenyataannya. Dhiroya punya wajah yang teduh, matanya jernih, baunya wangi, kulit tubuhnya mulus, posturnya seimbang, tak gemuk juga tak kurus. Cukup membuat Hilla terpana.

Jadi ini gambaran bidadari surga itu?

"Mahasiswi jurusan sastra Perancis?" tanya Dhiroya tak henti mengamati form pendaftaran yang ditulis secara rapi ini. "Ini tulisan tanganmu? Bagus sekali."

Hilla mengangguk beberapa kali. Ia sungguh kagum dengan Dhiroya. Dari sikapnya yang sederhana saja membuat Hilla sangat yakin untuk berkesimpulan bahwa Dhiroya orang yang baik.

"Benar mba ini hafidzah? Hafal al-qur'an?" kali ini Hilla penasaran. Al-Qur'an setebal itu ada orang yang hafal dan kini berada dihadapannya? Oh my God, how you put all good things just on her.

Dhiroya menatap Hilla yang penasaran dihadapannya. Lalu tersenyum.

"Sudah berapa lama tinggal di Indonesia nona Zenn?"

Hilla tersenyum. Her voice so cute!

"Sejak kecil mba." Jawabnya segera.

Dhiroya mengangguk. "Tau pesma Assalam dari mana?"

"Emm, awalnya dari Assalam pusat. Lalu kuliah.." Hilla memutar bola matanya. Bingung hendak bercerita dari mana.

"Ya? Lebih tepatnya dari siapa nona Hillary Zenn tau pesma ini?"

"O kalau begitu saya disuruh masuk ke sini oleh my craziest person who I love so much, he is Hilal mba."

Deg. Seketika tangan Dhiroya membeku. Kali ini ia benar-benar paham. Ia juga tau ternyata gadis dihadapannya inilah yang membuat Hilal berbuat apapun demi menyenangkan atau sekadar menenangkannya. Ia kini tau Hilal-nya-akan berkorban apapun untuk Hilla.

"Saya manggil mba siapa ya? Namanya bagus sekali sampai tidak tega kalau hanya memilih salah satu di antaranya."

Dhiro tersenyum. Kenapa gadis ini begitu menggemaskan? Pantas saja...

"Mba Dhiroya Wardah Akmali. Fix saya memilih mba Wardah. Lucu seperti merk make up." Kata Hilla menerawang.

...Hilal begitu condong padanya?

AH!

"Hilal Mafaiz maksudmu?" tanya Dhiroya memastikan.

"Eng.. Ya.. Literally I dont know his last name, sometime he introduce as Hilal Muhammad or Hilal Zenn. He one hundred percent a weird man who I know mba." Jelas Hillary bingung kenapa mba Wardah masih saja berekspresi kalau Hilalnya adalah Hilal mba Wardah. Seseorang yang ada pada hidup mba Wardah sejak sebelum menjadi Hilalnya.

"Lemme know from his photo, Hillary."

Hillary membuka matanya lebar-lebar. Sepertinya ekspresinya ini memang demikian. Hilalnya ternyata milik orang lain?

"Ini mba." Katanya menyodorkan handphone ke hadapan mba Wardah. "Untuk mba juga gak apa-apa." Ucap Hilla menggoda. Ia serius setuju kalau Hilalnya untuk mba Wardah si bidadari surga.

Dhiroya mengamati foto dihadapannya seksama. Tak salah, Hilal yang dimaksudkan Hillary adalah Hilal Mafaiz. Hilal yang pada ujung hatinya begitu lama sekali ia rindukan kehadirannya.

GUS HILALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang