PROLOG

37 4 2
                                    

"Kau dimana?" Seorang gadis berbicara pelan dengan seseorang di seberang sana. Telepon terletak di pangkuannya. Sedangkan sebuah headset bertengger manis di telinganya.

"Tak bisakah kau datang cepat? Aku sudah dua jam di sini."

"...."

"Ya, aku tahu kau sedang bekerja. Tak bisakah kau berjanji dengan melihat keadaan?"

"...."

"Kau pikir aku hanya bisa marah-marah?"

"...."

"Temui aku kalau kau sudah bisa tepati janji."

"...."

"Tak menerima alasan lagi."

"...."

"Oke. Aku menunggumu setengah jam lagi. Lebih dari utu aku pergi."

Gadis itu bangkit. Rambutnya panjangnya terlihat beterbangan ditiup angin. Dari belakang saja dia sudah tampak anggun. Sepertinya dia adalah seorang puteri cantik yang sedang menunggu pangerannya. Ya, jika ini adalah sebuah dongeng. Namun, nyatanya, dia hanyalah seorang gadis yang sedang menunggu tanpa kepastian.

"Dia selalu saja begini," bisiknya.

Tiga puluh menit berlalu. Dia tak sabar lagi. Dengan kesal, dia melangkah pergi menjauhi bangku taman. Bangku yang menemaninya sedari tadi. Tempat dia duduk dan mengeluh pada angin.

"Ada keramaian apa itu?" bisiknya.

Gadis itu melangkah mendekat. Dia tersentak kaget. Tangan dengan jam itu sangat dikenalinya. Walaupun darah sudah menutup warna putih bersih tangan itu.

"Yi?" bisiknya pelan.

Lelaki itu tak merespon. Tubuhnya masih saja diam tak bergerak meskipun kini sudah berpindah tempat. Ambulan membawanya pergi. Bersama cintanya yang tak pernah pergi.

*Yuhuu...., bawa cerita baru. Yah, semoga yang ini beneran selesai. Hahaha..., gak berakhir dihapus lagi. Well, ini cerita terinspirasi sama 49days plua Never gone (kris wu film, right?)

NEVER GONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang