Bab 11

3.3K 300 43
                                    

"Nyatanya, gue emang harus berhenti 'kan?"

※※※※※

"Yuhuuu I'm back!"

Pagi ini meskipun sang mentari belum sepenuhnya beranjak dari peraduannya namun lengkingan suara tiba-tiba terdengar dan mampu membuat suasana rumah besar ini menjadi ricuh.

Sontak semua orang beranjak keluar dari posisinya masing-masing. Saling berkumpul dengan wajah yang panik dan bingung saling bertanya satu sama lain atas kegaduhan yang baru saja terjadi.

Hingga akhirnya satu anak manusia yang diyakini oleh seluruh penghuni rumah sebagai sumber suara aneh tersebut berlari dengan riangnya menuju ruang keluarga dimana semua orang berada.

"Hallo, Selamat pagi manusia!" pekik Davka yang kini sudah berdiri di hadapan semua orang dengan kepala yang menengadah ke atas dengan kedua tangan yang ia rentangkan di sisi kanan kiri tubuhnya.

Raehan yang sedang berdiri di sebelah Dinar mendekat ke arah bundanya, "Bunda, ini Davka serius udah sembuh? Dokternya ga salah suntik, 'kan?"

Yang ditanya pun masih terpaku atas apa yang dilakukan anaknya ini sehingga ia hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa berminat untuk mengalihkan tatapannya dari kelakuan aneh anaknya.

Davka yang merasa diperhatikan segera menghentikan aksinya dan tertawa di hadapan semua orang.

"Loh, kok pada bengong?" tanya Davka dengan wajah polosnya.

"Lo kenapa sih?" tanya Raehan yang kini menunjukkan wajah yang ketakutan.

"Aing maung...raawrrr," ujar Davka sambil tertawa kemudian ia segera berjalan menuju kamar mandi yang berada di dekat ruang keluarga.

"Lah?" jawaban gak nyambung Davka sukses membuat semua orang melongo. Apa jangan-jangan Davka kesurupan?

Semua masih terdiam. Mereka masih terkesima atas apa yang sedang terjadi dengan anaknya yang satu itu. Hingga beberapa detik setelah kepergian Davka, Dinar segera tersadar dari lamunannya kemudian menepuk pundak Raehan yang masih terpaku di sebelahnya.

"Udah, gak papa. Adek kamu kan emang gitu. Ajaib. Kita selalu gak pernah tau apa aja tingkahnya nanti. Justru kalo diem, baru kita harus khawatir," sahut Dinar yang disetujui oleh semua orang disana. "Yaudah kamu mandi sana. Nanti berangkat bareng sama Davka."

"Tumben mau bareng."

"Bunda yang nyuruh. Bunda sita skateboard nya semalam," ujar sang Bunda yang pergi diikuti Bi Asih.

"Haha pantes aneh. Lagi menghibur diri ceritanya, ya gara-gara disita skateboardnya," gumam Raehan.

*****

Jam pelajaran masih tersisa beberapa menit lagi sebelum bel pulang berbunyi. Namun siswa di kelas ini masih bertahan pada posisinya dan enggan untuk bergerak barang sedikitpun. Indra pendengarannya ditajamkan guna menangkap apa yang akan dikatakan oleh sang guru di depan kelasnya ini yang kelak akan menentukan bagaimana nasib mereka beberapa hari ke depan.

Tugas kelompok. Benar-benar menjadi momok yang cukup merepotkan bagi para siswa. Bukan rahasia lagi bila pada suatu kelompok yang akan mengerjakan tugasnya hanya satu dan sisanya hanya akan bermain-main saja atau pura-pura menghilang. Dan hal itu akan sangat merepotkan bagi si 'rajin' ini.

Seharusnya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang