Pertemuan

110 2 1
                                    

“KRIIIIIINNGGGG”

“KRIIIIIINNGGGG”

“KRIIIIIINNGGGG”

                Jam beker ku berdering nyaring diatas meja belajar, membangunkan ku dari tidur yang nyenyak. Dengan malas dan rasa kantuk di mata, aku terbangun menuju kamar mandi, bersiap berangkatke sekolah. Seperti biasa, aku mengayuh sepedaku menuju sekolah (maklum, masih nggak punya SIM!). Suasana kota di pagi ini masih terlihat sepi, sedikit sekali kendaraan yang melintas di jalan raya ini.

Pagi ini terik matahari sangat menyengat, hari-hari yang ku lewati berjalan seperti biasa. Tak ada  yang istimewa. Hanya saja pagi ini ada sesuatu yang berbeda dari biasanya.  Yapppp!! Tahun ajaran baru, yang artinya kelas baru, dan teman baru. Dengan malas, aku menuju kelas yang masih asing itu. Sedih rasanya, kalo nggak sekelas lagi dengan temen yang uda terlanjur deket dikelas sebelumnya. Yaaaahhh, mau bagaimana lagi peraturan tetap saja peraturan.

Dikelas ini aku menemukan suasana baru dengan teman baru, guru baru, serta materi pelajaran yang baru pula. Seperti biasa, kami memperkenalkan diri masing-masing. Ada pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang”. Jadi, mau tak mau terpaksa aku memperkenalkan diriku.

“Nama saya Fairen, biasa dipanggil Fai atau Iren. Tinggal di Perumnas giling” ucapku.

Setelah aku memperkenalkan diri, secara bergantian para siswa memperkenalkan dirinya masing-masing. Lalu, kegiatan belajar mengajar kembali seperti semula. Bel istirahat pun berbunyi, KBM telah berhenti dan waktu istirahat dimulai. Satu per satu para siswa berlari menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang masih kosong, ada yang hanya bergosip ria didepan kelas dan ada pula yang menyempatkan diri untuk tidur. Sedangkan aku menyempatkan diri untuk mengobrol dengan teman baru. (yaaahhhh untuk nambah teman gitu!). Kebetulan anak itu ramah, jadi mudah buatku untuk berbaur dengannya. Tanpa sadar, aku menanyakan hal konyol padanya.

“Septi, teman sekelasmu yang peringkat satu siapa??” tanyaku, pada Septi

“ALVA” jawabnya singkat

“Alva Nuraga?!”tanyaku kaget

“iyaa, bener. Yang duduk di pojokan sana, deket jendela nomer dua dari belakang” jawabnyalagi

“Ohh,, Alva yang itu” kataku masih tak percaya kalau seorang Alva mampu jadi peringkat pertama dikelasnya. Jarang sekali aku menemukan sosok cowok yang mampu jadi nomer 1 dikelas, bahkan bisa dibilang langka. Karena merasa di perhatikan, Alva pun menoleh dan berkata dengan PeDe nya.

“Ngapain liat-liat?? Lo suka gue yaaa??!” tudingnya cuek

“Isshhh, siapa juga yang suka sama lo??! Situ gak punya kaca dirumah ya? Amit-amit kalo gue sampe suka sama lo!” jawabku judes

“Nah, terus ngapain ngomongin gue??”

“Idihh, nggak usah ke GeeRan deh lo! Gue tuh nggak ngomongin lo, tau’ !” bantahku

“Udahlah ren,gak usah diladeni, kita ke kantin aja yuk” ajak Septi

Akupun langsung bergegas meninggalkan Alva yang masih tak percaya dengan omonganku. “Kok ada ya cewek judes seperti itu?” pikirnya. Lalu, Alva tersenyum misterius hingga membuatku merinding. “Dasar cowok aneh” pikirku sambil berlari menuju kantin.

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angin SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang