Bagian 4

1.8K 127 7
                                    

Aku memandang keluar kamarku. Aku masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Bunda. Aku mengusap perutku yang rata, namun aku yakin ada seorang bayi kecil yang akan keluar suatu saat nanti. Dan ia harus bertemu dengan ayahnya. Aku harus bisa mempertahankan rumah tanggaku. Agar bayiku lahir dan mendapat kasih sayang dari seorang ayah.
.
Tok! Tok! Tok!
.
Tiba-tiba saja pintu kamarku ada yang mengetuk. "Masuk" ujarku ragu, karena aku takut jika pria itu mendatangiku sampai kesini. Pintu itu terbuka, terlihat seorang wanita cukup berumur. Untunglah itu si Mbok​, asisten rumah tangga di rumahku semenjak aku kecil. Namanya Mbok Ajeng, aku sangat dekat dengannya. "Permisi neng Salsha, ini Mbok mau nganterin susu buat neng Salsha" ujar Mbokku ini.
.
Aku tersenyum, "Masuk aja Mbok" jawabku. Mbok Ajeng pun masuk ke dalam kamarku. Ia memberikan segelas susu itu padaku. Namun ada yang aneh kali ini, bukankah Mbok sudah tau bahwa aku tidak suka susu putih? Aku hanya suka susu coklat. "Sebenarnya ini bukan susu untuk neng Salsha, tapi buat bayi neng Salsha" ujar Mbok Ajeng seolah mengerti tatapanku.
.
"Mbok tau darimana​ kalau Salsha sedang hamil?" Tanyaku dengan pelan. Mbok Ajeng pun tersenyum lembut, "Dari Ibu neng" jawab Mbok​ Ajeng dengan lembut. Aku pun menatap Mbok​ Ajeng bingung.
.
"Neng, Ibu dulu juga pernah hamil toh neng, Ibu dulukan ngandung neng Salsha, toh wajar dong kalau si Ibu tau ciri-ciri wanita hamil neng" jelas Mbok​ Ajeng secara lembut dengan logatnya itu. Aku pun tersenyum, apa yang dikatakan oleh Mbok Ajeng ini benar juga. Dulu Bunda juga pernah hamil, jadi wajar saja Bunda tahu bahwa aku saat ini sedang hamil. Betapa bodohnya diriku.

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang