Sabun tengah kesal karena mobilnya mewahnya yang terbuat dari besi karatan mogok. Kepalanya sudah mengepul karena kesal. Dirinya melangkah dengan mulut mengatup, tetapi mulutnya seperti hidung pinokio. Begitu panjang karena ia mengerucutkannya.
Rasa kesal yang menyerbunya, ia lampiaskan ke sebuah botol kecap. Ditendangnya kuat-kuat. Kaki bengkaknya yang digigit lebah itu beraksi dengan ganas. Botol itu terjatuh tepat di kepala Stin yang tengah menelpon. Ponselnya terjatuh bagai kapas begitu ringan, tetapi menimbulkan bunyi percikan api. Lelaki itu mengumpat.
"Kresek, salah Brengsek! Ponsel KW ku seharga satu juta masih ngutang jadi hancur. Kaleng sialan," umpatnya seraya mengusap dahinya yang terkena kecap ke seluruh wajahnya karena kesal. Kulitnya yang sebelumnya belang, kini menjadi satu warna, yakni hitam.
Sabun yang mengenali lelaki itu langsung menelan ludahnya. Ia tahu pria yang menjadi mangsa botol kecap tadi adalah cucu dari pengusaha kaya raya, tetapi suka kredit karena pelit dengan duit. Tak sanggup ia membinasakan amukan lelaki itu. Dirinya hendak berlari kijang, tetapi tak mungkin dilakukannya karena high heel 100 cm itu membatasi geraknya. Ups ralat. 1 CM.
Sabun mencari trik lain. Ia keluarkan jurus andalannya. Mengupil. Dirinya pura-pura asyik mengupil.
Stin yang melihat perempuan berpakaian warna-warni seperti pelangi itu langsung murka. Bagaimana tidak, ia yakin. Sosok sialan yang membuatnya kehilangan benda keramat kwnya tengah menikmati upilnya. Sabun tak hanya mengupil, tetapi juga menjilati jemari yang jadi alat utama mengupil.
Stin dengan langkah percaya diri berjalan ke arah Sabun. Ia hendak memarahi wanita itu dengan semburan api naga. Alias liur muncrat.
"Kau! Pasti kau yang menendang botol kecap ini!" Stin menuding wajah Sabun geram. Sabun langsung mengambil tisu basah dan parfumnya. Ia mengelap wajahnya yang terkena semburan air liur Stin. Kemudian, parfum kadaluwarsa yang ia bawa langsung disemprotkan ke arah Stin. Wanita berambut perak ini tak kuasa mencium bau mulut stin.
"Tuan, kau makan apa sih? Baunya seperti kentut kuda nil!" ejek Sabun sambil melipat kedua tangannya.
Stin mencoba mencium bau mulutnya dengan perantara telapak tangannya. Ia langsung pusing. Tak pernah dirinya sangka bau mulutnya sedahsyat aroma tahi kucing.
"Lupakan, bau mulutku. Nona, kau pasti pelakunya. Kau yang melempar kaleng ini, kan!" Stin melempar kaleng itu kasar tepat di hadapan Sabun. Sabun membuka mulutnya layaknya buaya mangap.
"Kau jangan asal tuduh. Aku ini dari tadi asyik mengupil tahu!" elak Sabun mantap. Dirinya tak boleh menunjukkan kegamangan hatinya yang gundah gulana karena botol kecap muncrat.
"Aku balas kau. Dasar, Pembohong!" hardik Stin kesal.
"Kalau tak percaya aku bohong. Makan ini upilku. Kalau rasanya manis berarti bohong," sangkal Sabun seraya menyodorkan upil di tangan kanannya.
Stin memandang jijik, lalu pergi. Begitupula, dengan Sabun. Namun, mata elang Stin tak sengaja menangkap Sabun memasuki gedung kantor milik relasinya. Ia tersenyum kemenangan yang mirip kuda nil mangap.
"Akan kubalas kau gadis jorok."
***
Stin terus mengangga sepanjang rapat, tak ia percaya perempuan jorok tadi adalah anak dari rivalnya. Dendam kepada pria itu semakin menjadi. Dirinya punya rencana hebat untuk menghancurkan perusahaan itu, beserta gadis tukang ngupil tadi.
Ditariknya tangan Sabun seusai rapat. Ditatapnya penuh binar gadis itu. Sementara yang ditatap nyengir kuda. Entah kenapa jantung Sabun berjoget ajeb-ajeb. Stin yang jelek begitu tampan menurutnya.
"Menikahlah denganku. Kalau tidak akan aku hancurkan perusahaan ayahmu!" ancam Stin dengan wajah beringas ala harimau.
Sabun yang setengah sadar langsung mengangguk. Dirinya masih terpesona dengan pria itu.
Stin langsung menarik tangan Sabun untuk melangsungkan pernikahan hari itu.
:::::::::::::::
Author ini sedang konslet. Mumet Ndase. Ndelok iki dadi gawe. DELETE SOON!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kaktus
HumorKalau kagak ketawa maaf. Ini otak lagi konslet. Ini Kisah Kaktus Stin Polio dengan Sabunzella Mbelgedes.