Untitled Part 1

17 0 0
                                    

Seorang wanita duduk manis menikmati sore yang dingin didepan jendela ruang kerjanya. Namanya Inka, wanita cantik yang punya banyak ilmu dan bakat. Parasnya yang sangat manis layaknya orang Jawa menambahkan ketertarikan dalam dirinya. Saat ini sudah sepatutnya Inka berbahagia. Ia baru saja memasuki satu tahun pernikahan dengan pengusaha kaya di Indonesia. Tidak hanya kaya, Abi suaminyapun sangat tampan seperti tanpa cela. Mereka berkenalan sekitar dua tahun yang lalu. Hanya butuh waktu satu tahun untuk akhirnya menikah, karena itu adalah permintaan terakhir ayah Inka.

Kehidupan Inka dan Abi banyak menuai motivasi, pujian dari lingkungan mereka. Inka yang super baik, ramah, dan lembut merupakan sosok kelengkapan dihidup Abi. Selain Inka patut bahagia karna pernikahannya yang harmonis, ia juga seharusnya bahagia atas pencapaian karirnya sebagai designer muda sudah ditahap yang cukup diperhitungkan di negeri ini. Tidak sedikit baju rancangannya dibawa ke tahap Internasional.

"kriiiinnnggg..." telfon berbunyi.

Inkapun terbangun dari khayalannya dan mengangkat telfon tersebut. Ternyata Abi sekedar mengabarkan tentang kepulangannya yang akan lebih awal, serta mengabarkan bahwa Inka tidak perlu repot memasak makan malam karena Abi akan membawakan kepiting saus padang untuk Inka.

Setelah Inka menutup telfon dari Abi ia kembali terdiam menatap jendela. Tiba-tiba Inka memalingkan wajahnya ke arah pintu. Inka mendengar suara orang berlari cepat diluar ruangannya. Saat Inka menatap pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka. Inka terlihat cemas ketika gagang pintu hendak bergerak untuk terbuka. Ternyata itu adalah Ajeng adik kandung Inka sendiri.

"Ka... gue balik ya, baju untuk pengiriman besok juga udah disiapin anak-anak." Ujar Ajeng yang hanya memasukan kepala dan setengah badannya saja ke ruangan Inka sambil berpegangan digagang pintu, dan Inka hanya diam menatap Ajeng.

"Ka, anak-anak pada pamit pulang lewat gue. Kayaknya mereka masih pada takut buat pamit sama lo. Hehe, lo pulanglah istirahat." Sambung Ajeng.

"Jeenngg..." panggil Inka agak kencang ketika Ajeng hendak menutup pintu.

"Kenapa Ka?" tanya Ajeng sambil menaikan alisnya.

"Tadi lo ngapain lari-larian?" Tanya Inka.

Ajengpun terdiam sambil mengerutkan jidatnya. Ajeng terlihat bingung dengan ucapan Inka yang disertai ekspresi serius itu.

"Gue enggak lari ko Ka. Ka gue tau lo kehilangan nyokap banget. Gue juga Ka! Tapi lo enggak bisa begini terus. Ini udah enam bulan loh!" Tegas Ajeng sambil melipat tangan dan agak bersender ke daun pintu yang ada disebelah kirinya. Sementara Inka langsung berkedip dan menundukan kepala.

"lo enggak kasihan sama Abi? Dia usaha buat lo bahagia loh. Kenapa sih lo enggak jual aja rumah kita dan pindah ke tempat lain? Gue cemas Ka sama lo." Lanjut Ajeng dan diam kembali, sama seperti Inka yang hanya terdiam.

"yaudah Ka, gue balik ya. Lo cepet balik, hati-hati, titip salam buat Abi." Dijawab Inka dengan menganggukan kepalanya. Iapun membereskan perlengkapannya, mengunci pintu ruangan dan pulang ke rumah.

###

Sesampainya dirumah, Inka langsung mandi dan mengganti pakaiannya. Setelah itu Inka duduk diteras kamarnya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Melamun dan melamun. Hanya itu yang sering Inka lakukan setelah kematian ibunya enam bulan yang lalu. Padahal diawal kematian ibunya, Inka masih lebih bisa beraktivitas dan berkomunikasi dengan baik. Tetapi ia terlihat lebih parah di empat bulan terakhir. Mungkin Inka baru benar-benar merasa kehilangan. Ia sangat terlihat sedih seperti apa yang berharga dihidupnya hilang.

Ketika Inka sedang melamun, Inka dikejutkan oleh tepukan tangan dibahunya. Dengan cepatnya ia memalingkan wajahnya, wajah yang terlihat sangat terkejut. Ternyata itu adalah Abi suaminya yang baru sampai dari kantornya.

Looking For The EndWhere stories live. Discover now