Part 2

341 20 6
                                    


Koridor yang sepi saat menjelang sore membuat suasana menjadi lebih mencekam, walaupun arsitektur ruamah sakit ini terbilang mewah, dan klasik, juga penuh akan sejarah namun hanya segelintir orang yang mengetahui sejarah tersebut.

Terlihat seorang suster datang dari arah koridor yang sedikit gelap. Jika di lihat sekilas ia seperti suster biasa yang sekarang sedang sibuk. Namun tidak pada kenyataannya, ia seperti sedang di kejar sesuatu, atau sedang melarikan diri dari sesuatu.

Ia seorang suster baru di sini.
Baru satu bulan yang lalu ia bekerja di rumah sakit ini.

Minggu pertama ia merasa biasa saja namun minggu kedua ia merasakan keganjilan pada Dokter juga suster yang bekerja di sini, namun ia mengenyahkan pemikiran itu, dan minggu ke tiga ia mulai sedikit resah berada di sini. Dan minggu ke empat ia mulai menyelidiki ada apa.

Dan yang ia dapatkan adalah fakta yang tidak sama sekali menyenangkan.

Dan sekarang ia harus secepatnya pergi dari sini. Kalau tidak, ia tidak tau apa yang akan terjadi padanya.

Sesekali ia menengok ke belakang, memastikan kalau ia tidak akan ketahuan. Sebisa mungkin ia bersikap biasa dan mempercepat langkahnya supaya cepat keluar dari sini. Ia sudah berencana untuk pergi dari kota ini. Bila perlu pergi dari negara ini.

Brugh...

Karena ia terlalu panik membuatnya secara tak sadar sedikit berlari, dan berakhirlah ia menabrak seseorang. Dan saat ia sadar kalau mungkin saja ia tertangkap membuat tubuhnya menegang.

Ia mendongakkan kepalanya dan yang ia dapati, seorang lelaki yang lumayan tampan mengenakan kaus biasa, namun membuatnya tampak lebih maco.

Ia menghela nafas lega. Tadinya ia pikir ia akan tertangkap dan berakhir tragis.

"Anda tidak apa sus?" Pria tadi mengulurkan tangannya dan Rayana( nama suster tadi) menyambutnya.

" maaf tadi aku tidak lihat" kata pria tadi.

"Ah i-iya. Maaf tadi aku juga sedang buru-buru. Baiklah, saya permisi."
Rayana hendak melangkah pergi namun di tahan oleh lria tadi.

"Emm....sus saya sedang mencari bangsal tempat anak-anak di mana ya." Tanyanya.

"Ah itu, Anda tinggal menyusuri lorong ini dan berbelok ke kanan, terus saja nanti akan ada papan petunjuk. Saya permisi dulu" Rayana sangat ingin cepat pergi dari sini.

Dan belum genap 3 langkah, ia di hentikan lagi.

" suster!! Tunggu!!"

Dengan berat hati ia menoleh dan masih mendapati pria tadi menyodorkan papan yang tadi ia bawa.

"Anda meninggalkannya."

"Ahh... ya trimakasih." Ia berbalik dan lagi-lagi pria tadi memanggilnya.

"Suster."

"Maaf. Tapi saya sekarang ini sedang terburu-buru jadi sebaiknga anda bertanya pada suster lain. Permisi." Ia benar-benar di buat jengkel dengan pria tadi. Pasalnya sekarang ini tangannya masih di cekal oleh pria itu.

"Bisa anda lepaskan tangan saya. Saya sedang terbjru-buru." Katanya masih berusaha menormalkan nada bicaranya.

"Tapi anda tidak boleh keluar dari rumah sakit ini, anda masih belum 'terbiasa'. Anda masih harus belajar." Kata seorang Dokter yang baru datang dari arah ia berlari tadi.

Rayana menegang.

"Sebaiknya anda kembali untuk menuntaskan 'pelajaran'mu." Kata lria yang mencekal tangannya.

"Tidak. Ku mohon lepaskan aku, kumohon. Aku tidak akan memberi tahu siapapun. Ku mohon....Kumohon lepaskan aku." Rina sudah memelas. Harapannya keluae dari sini pupus sudah.

"Anda memang tidak akan memberi tahu siapapun. Dan....anda tidak boleh keluar dari rumah sakit ini sebelum 'pelajaran'mu selesai." Selesai mengatakan itu Dokter tersebut berbalik dan menyuruh pria yang menahan Rayana tadi mengikutinya.

Ia membawa Rayana ke ruang bawah tanah. Di sana ada dua suster lain yang terlihat masih cantik walau sudah berumur. Sedang terikat di sebuah kursi yang di paku menyatu pada lantai.

Keadaannya sangat mengenaskan. Seragam putihnya kotor akan noda merah.

Rayana tidak tega melihat itu semua. Dan yang lebih parah adalah ia di suruh menguliti suster tersebut.

"Ku mohon jangan. Aku tidak bisa melakukannya." Kata Rayana memohon.

"Jika kau tidak melakukannya ia akan mati." Kata dokter yang tadi mengejarnya. Di ruang pengap itu ada beberapa Dokter yang mengawasi. Dan akan memberi pengarahan pada Rayana.

Di hadapannya ada beberapa macam alat bedah. Dan ia di suruh memilih salah satu untuk menguliti suster yang di ikat di kursi. Sedangkan sang suster tampak tak berdaya. Walau sang suster tidak menampakkan ekspresi memohon atau kesakitan sama sekali. Namun itu malah yang membuat Rayana takut.

Dengan tangan yang bergetar ia nengambil pisau bedah dan mengarahkan ke tangan si suster. Rasa takut benar-benar membelenggunya seutuhnya. Bukan takut akan darah atau tidak berani menggunakan pisau bedah. Tentu saja ia bisa menggunakan pisau bedah dengan baik walau tidak mahir.

Tapi ia takut karena ia akan menguliti manusia. HIDIP-HIDUP.

Goresan pertama berjalan mulus, dan sang suster hanya meringis.

Rayana mulai menyayat kulitnya dan seketika itu sang suster langsung mengerang dan itu membuat Rayana menghentikan aksinya. Ia menatap khawatie sang suster.

"Sobek dulu mulutnya atau potong saja lidahnya. Jadi kau tidak perlu terganggu." Kata seorang Dokter yang ia tau namanya Tony.

Dan itu membuat Rayana melotot dan tegang.

"Ti- tidak, a- aku tidak terganggu." Katanya takut-takut. Dan itu membuat seorang dokter lagi yang lumayan tampan namun kejamnya tak tertolong, memberinya tatapan tajam.

Dokter yang namanya Derek itu mencekal tangan Rayana membuat Rayana kaget bukan main.

"Kau terlalu lembut. Lakukan dengan benar." Kata Derek dengan nada dingin dan ekspresi mengancam.






Dibaca terus di follow ya gaes..!!😘
Sekalian follow Melaefriliani 😍

The Doctor(psychopath)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang