3. WORK! WORK! WORK!

141 20 1
                                    

"Lagipula perjalanan ini tidak akan lebih dari 3 jam, jangan terlalu berlebihan, deh." Anya sedang beristirahat setelah mengarahkan para penumpang ke kursi yang telah disediakan.

"Anya, kamu sudah seperti adikku sendiri. Bagaimana mungkin aku tidak cemas?" kata Cecil sambil memberikan Anya segelas air mineral.

Tentu senang bisa memiliki teman serasa keluarga dekat, apalagi yang selalu membuat diri merasa yang paling disayang. Anya tersenyum dengan manisnya sambil menerima gelas yang disodorkan Cecil.

"Hm, bisa senyum juga kamu. Pasti NN iri karena aku yang pertama kali melihat guratan manis di situ." Seorang lagi pilot tiba - tiba muncul, dan tak kalah rupawannya dengan NN.

Dengan sigap Anya dan Cecil yang beristirahat langsung berdiri dan membungkuk hormat kepada sang pilot.

"Ada yang bisa kami bantu captain Mikhail?" tanya Anya dengan sopan. [Berbeda 180° dengan caranya berkomunikasi kepada NN]

"No thanks, I'm a Man I can do it on my own. Layani saja penumpang, aku kembali dulu." Mikhail membawa cemilan dan minuman lalu kembali.

Anya dan Cecil kembali memberi hormat kepada Mikhail yang berbalik untuk mengoperasikan pesawat lagi. Mereka mempersiapkan ini itu untuk para penumpang, mulai dari makanan/minuman yang diminta sampai selimut dan bantal kalau sewaktu - waktu dibutuhkan.

Saat itu terjadi kecelakaan di dalam pesawat. Anya yang diminta mengantarkan wine dan chocolate biscuit membawa menggunakan service stand trolley dan berhenti tepat disamping sepasang kekasih. Anya tau yang perempuan bernama Lian adalah putri pemilik pulau itu, dia kelihatan senang sekali menggandeng lelaki di sebelahnya. Tapi, kelihatannya lelaki itu tidak terlalu menggubris perbuatan Lian. Melainkan dia tidur sambil menutup wajahnya dengan buku.

"Mia Honey~ ini sudah datang, ayo bangun." Lian menggoyang tangan lelaki itu.

"..." hening.

"Ayolah~" Lian meraba leher lelaki yang dipanggil Mia itu, bermaksud membangunkannya.

PRANG!!!

"Berhenti memanggilku 'Mia'. Kita tidak sedekat itu!" dia nampak tak sengaja menyampar gelas dan nampan.

Semuanya menoleh karena kaget, apalagi Anya yang sedari tadi berdiri disana. Anya langsung membersihkan serpihan menggunakan tangan kosong, karena spontan. Sampai tak terasa rasa sakit goresannya.

"Biar kubantu," seorang penumpang lelaki lain hendak membantu.

"Jangan, ini sudah tugas saya. Silahkan kembali ke tempat duduk anda." Anya menolak tawaran lelaki itu.

"Tapi, kamu hanya dibayar untuk mendampingi kita. Bukan jadi pembantu," lelaki itu kembali membela.

"Kak Luciel! Apa - apaan, Sih? Papa sudah bayar mereka mahal, jadi biarkan mereka menyelesaikan pekerjaannya!" Lian melarang Luciel untuk memberi pertolongan.

Anya meski emosi harus sabar dengan lawan bicaranya. Lagipula dia sudah terlatih untuk melakukan segala sesuatu dengan profesional.

"Nona benar, ini sudah tugas saya. Saya dan kru selalu berusaha semaksimal mungkin dalam memberikan pelayanan terbaik."
Anya melontarkan senyuman mautnya untuk mencairkan suasana.

"Aku kembali membuang pecahan dan membersihkan luka dengan air mengalir, lalu NN tiba - tiba keluar dari ruang operasional. Ia merebut tanganku paksa, dan keningnya berkerut antara marah dan khawatir"

"Kenapa kesini?" tanya Anya.

"Mau ambil cemilan," NN mengompres tangan Anya menggunakan es yang ia ambil dari freezer, lalu membantu pertolongan pertama.

"Emangnya pesawat bisa terbang sendiri?" Anya bertanya lagi, kali ini sambil menahan perih.

"Sekarang sudah banyak pesawat AutoPilot , jadi jangan ketinggalan jaman." NN merekatkan plester ke perban agar tidak lepas.

"Huft... Seharusnya aku jadi pilot aja, tinggal duduk manis sambil nunggu gaji cair tiap bulan," Anya mengumpat.

"AutoPilot bukan berarti bisa sembarang orang menerbangkan, butuh pelatihan khusus juga. Lagipula, kalau kamu yang jadi pilot.... Na'as nasib penumpang yang kamu bawa," NN melepas sarung tangannya lalu pindah memasangkan ke tangan Anya.

"...Makasih." Anya berkata demikian sambil memperhatikan hasil penanganan NN yang rapih.

"Sabar, ya? Sebentar lagi sampai," NN menepuk bahu Anya sambil tersenyum.

Ia langsung mengambil cemilan dan minuman yang banyak dari kulkas. Lalu masuk lagi ke ruang operasional pesawat.

"Tuntutan hidupku adalah menderita dengan sabar. Sebab siapa yang akan berbuat jahat terhadapku, jika aku rajin berbuat baik? Tetapi sekalipun aku harus menderita karena kebenaran, aku akan berbahagia."
***

OVERFLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang