Ps: Bonus karena aku sayang kalian. Nie, semoga suka yah..
-///-Langit tahu apa tugasnya.
Mentari tau apa keharusannya.
Dan aku tahu apa keinganku.-///-
Aku meneDengok padanya yang sedang menatapku bingung. Lalu aku kembali menatap cermin didepanku, rambuku masih hitam seperti terakhir aku melihatnya tapi sedikit pendek dan lebih bergelombang-agak beda dari sebelum tidur-, dan wajahku berubah, entah lah, kurasa seperti banyak kelelahan disana. Tapi aku merasa lebih dari segalanya, Tinggiku berubah, postur tubuhku pun. Oh ia, di meja riasku -yang kata pria asing itu adalah meja ku- semua merek makeup yang mahal. Dan well tak pernah ku gunakan sebelumnya.
"ada apa?" tanya pria itu, dan aku menatapnya bingung.
"aku.... Aku tak tahu, aku tak ingat, aku lupa semuanya... Mungkinkah?"
Dia menaikan kedua alisnya, dan memiringkan kepalanya, "Kau tidak mengalami gegar otak, bagaimana bisa lupa ingatan?"
Aku memincikan mata padanya, dan mendengus, lalu membalikan badan dan memunggunginya. "aku ada ditempat asing, dan bersama orang asing pula, aku tidak ingat kalau aku menikah. Lalu aku harus bagai mana?"
Yah benar... Sekarang aku harus bagaimana? Aku hanya tahu, ibu memukul seojoon, lalu aku memgobatinya di kamarnya, dan aku tak kuatelihat dia memar2 dan aku berlari kekamar menangis dan tertidur.
Pria itu mendekatiku dan melihat aku dalam-dalam. Lalu merapih kan rambutku. "Benar kau lupa segalanya?, dalam satu malam?"
Aku mengangguk
"Melupakan aku suamimu?"
Aku mengangguk lagi.
"Lupa Seyi putri kita?"
Aku mengangguk, lalu mengengit, memundurkan badan karena kaget dengan apa yang aku dengar, "Putri?, aku memiliki puri?"
Dia tersenyum padaku, senyum yang sangat-sangat tampan, Ya Tuhan dadaku berdegup kencang sekarang.
Dia memegang tanganku, dan menyuruhku duduk di sampingnya, di sofa yang... Ah sudahlah, lupakan sofa yang cantik ini, kita kembali ke "katanya" suamiku.
"Kita memiliki putri, apa benar-benar tak ingat?" tanyanya dan aku menggeleng, "kenapa kau tiba-tiba pendiam, coba lah menjawab, jangan seperti anak kecil yang memberi isyarat!"
Mendengar itu aku langsung naik pitam, dan aku menendang kakinya. Membuat dia meringis. "apa yang kau lakukan!"
aku memberanikan untuk menunjuk dimukanya-seperti yang ibuku sering lakukan pada ayahku, agar aku tidak seperti bocah- "Aku bukan anak kecil!"
Dia mengangkat tangan menyerah, dan mengangguk "ahh kau lalukan itu lagi, menunjuk suami itu tidak sopan, tapi kapan kau belajar menghormati suamimu!"
Dia merengut sedih, dan rasanya memang benar, aku sudah tidak sopan, aku tidak mau menjadi ibuku.
"maaf,,,," aku menunduk melihat punggung tanganku yang ada di pangkuanku, aku merasa menyesal, aku bukan ibuku, aku tak mau menjadi dia. Kalau benar aku ini istrinya, aku seharusnya menghormati dia seperti Han ahjumma pada suaminya, bukan seperti ibuku yang tak peduli pada siapapun selain dirinya. Aku tidak mau seperti ibuku yang tak peduli ayahku.
"Oke, rasanya aku percaya kau hilang ingatan," dia mengucap dengan ragu saat pada 'Hilang ingatan' dan aku mengerti itu.
Aku mendongak, dan memandangnya "kenapa kau yakin?" kataku sembrono.
"Karena kau tidak pernah bicara dengan volume serendah itu padaku, dan kau tidak pernah mengangguk padaku."
Aku memundurkan kepalaku, heran pada apa yang ia katakan, benarkah aku seperti itu, kalau begitu, istri macam apa aku ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Cupcakes
Narrativa generaleBagaimana jika suatu hari, semua dalam dirimu berubah saat kau bangun dari tidurmu, semua nya! Bahkan status mu?. jiyeon tak pernah nyangka, disuatu malam, semuanya sudah berubah, dia tak tahu bagaimana dan untuk apa semua itu terjadi. (BERLANGSUNG)...