Nonton konser di malam hari, pulang jam 12 malam, lompat pagar, masuk kerumah lewat jendela.Apakah ada yang pernah melakukan itu selain saya?
Entahlah. Tapi inilah sepenggal kisah saya dimasa lalu, masa remaja yang menurut saya membosankan tapi ternyata, saat mengenangnya sekarang begitu berkesan.
-----
18.40
Aku duduk di kursi tepat di depan pintu rumahku. Suara gaduh dari halaman rumah tak membuatku gentar atau merasa risih. Aku masih nyaman dengan kegiatan yang sedang kulakukan.
Kegiatan apa?
Apalagi kalau bukan berbalas pesan dengan teman-temanku dan seorang teman laki-laki yang saat itu menjalin kasih atau hubungan yang disebut pacar denganku.
Sebut saja dia F. Iya hari itu F bekerja di luar kota dan tidak dapat menemaniku di malam minggu yang cerah. Tapi tiba-tiba seorang teman memanggil namaku dan saat aku melihatnya, Ia sudah berada di depan rumahku.
"May..! malem ini ada acara nggak?" Tanyanya, sambil membuka pintu pagar.
"Emm, enggak ven. Kenapa memangnya?"
"Ikut gue yuk, temenin gue ke PSD, temen gue mau manggung malem ini."
Aku berpikir sejenak "yaudah ayo. Tapi pulangnya jangan malam-malam ya!"
"Yaudah tunggu sini ya. Gue kerumah dulu ambil motor." Ucapnya, setelah itu pergi meninggalkanku.
Akupun segera bersiap-siap, tapi sebelumnya aku meminta izin kepada ibuku untuk pergi keluar "mah! Aku pergi maen ya sama venny, nggak jauh kok cuma ke PSD, jangan dikunci ya pintunya."
"Iya"
Getar dan dering singkat dari ponselku. Aku segera melihatnya dan ternyata itu adalah notifikasi pesam masuk dari venny.
"Maya udah siap belum?"
"Udah. Bentar gue mau sholat isya dulu, tar abis Sholat baru kita pergi."
Setelah selesai melaksanakan Sholat akupun segera merapihkan rambutku, dan mengikat sebagian dari rambut panjangku yang terurai bergelombang. Tak lupa aku pakai polesan bedak, tipis saja. Dan beberapa pelengkap lainnya.
Setelah itu kuambil kemeja kotak-kotak biru hitam untuk melapisi kaos oblong berwarna hitam yang aku kenakan.
Tak butuh waktu lama venny sudah berada di depan rumahku. Ya tentu saja tidak lama karena memang jarak rumah kami berdekatan. Dan karena itu pula ibuku mengijinkan aku pergi dengannya.
Motor venny yang kami kendarai saat ini melaju cukup cepat. Bahkan aku berbicara sedikit berteriak karena kami sedang berada di jalanan yang cukup ramai kendaraan.
"Ven kok elo tumben ngajak gue? Bisanya elo sama Pinkan"
"Iya si Pingkan kaga boleh pergi, ada bapaknya. Udah elo tenang aja kita nggak lama kok cuma sampe temen gue selesai manggung doang."
"Iya" jawabku, dengan nanda tinggi supaya Venny bisa mendengarku.
**
Dua orang laki-laki muda menghampiriku, ya sepertinya umur mereka sekitar baru 20 atau 21.
"Hai.. Venny! Gue kira elo nggak jadi dateng." sapa si pria kurus yang mengenakan kaos berwarna merah itu dan menjabat tangan venny lalu tanganku juga. Diikuti oleh teman pria itu yang mengenakan kaos hitam dilapisi jaket kulit model korea.
Aku tidak terlalu mengerti dan hanya mengikuti saran dari temanku Venny. Ya aku juga tidak ingin terlihat bodoh di depan teman-temannya. Jadi aku berlaga so asik menjabat tangan mereka dan sedikit berbincang dengan salah satu pria itu saat Venny meninggalkaku untuk beberapa menit. Tapi aku tetap menjaga jarak dengan pria yang mengajakku berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of My Life
NonfiksiIni adalah sebuah penggalan cerita dibalik kisah nyata yang aku alami disetiap hari, di masa lalu dan masa sekarang di setiap kejadian menyenangkan, menyedihkan, mengharukan, memalukan, menyebalkan, dan masih banyak lagi. Mengenang, dan berbagi peng...