GADIS FILOSOFI PART 9

337 56 15
                                    


kira-kira part ini greget gak yah..
adududududu~~
eh, bantu share yah cerita ini, makin hari makin sepi readers.
mungkin karna gak asik kali yah wkwkwkwkkw
but, buat yang setia, let's cekidot update yang hanya selang sehari XD

enjoy!!

***

KINAL POV


"jadi yah gitu deh Ve..." kata ku sambil menatap ke dua mata yang membulat. Aku menceritakan apa arti yang hati yang lemah menurutku. Sama seperti dengan kalimat seseorang yang pernah ku dengar. Kami memutuskan untuk bertemu kembali di kantin sekolah dan kembali membahas pertanyaan yang membuat gadis penghayal ini penasaran. Awalnya canggung dan terasa aneh. Mungkin karna insiden kemarin. Tapi sepertinya gadis di depanku ini menghiraukan kejadian tabu itu dan mulai memecahkan keheningan.

".. Hati yang lemah adalah hati yang selalu mencari pembelaan untuk kebenarannya sendiri.. aku tidak mengerti.." katanya

"hm?" jawabku

"aku rasa itu wajar. Mencari pembelaan itu wajar.. manusia punya kebiasaan untuk mencari dukungan atas apa yang mereka rasakan. Itu kenapa terkadang kita membentuk kubu.." jawab gadis di depanku sambil melepas kacamatanya

"yah, benar. Tapi seseorang yang kuat akan menerimanya dengan lapang dada dan menjalani hidupnya."

"seakan tidak ada yang terjadi?" sambungnya cepat

"Bukan. Dia telah menerimanya . Itu saja akan membuat mu kuat."

"tanpa alasan yang masuk akal?"

"alasan tidak di perlukan.. itu hanya akan memperparah Luka Ve.. Aku pun merasakannya.." jawabku sambil mengaduk-ngaduk secangkir teh di depanku.

"maksudnya?" jawabnya sambil menatap ku lekat. Ada keraguan saat bibir ku ingin bicara. Lidahku keluh dan aku hanya menatap sosok gadis didepanku sendu.

"jika aku menceritakannya.. maukah kau percaya Ve?" gumamku

***

FLASHBACK ON

KINAL POV

"lalu kenapa? Kenapa kalau hatiku lemah? Bagaimana bisa aku kuat dengan semua ini? bagaimana bisa?!.." Kataku sedikit berteriak di depan wanita yang kelihatan sangat tenang. Mataku memerah menahan amarah. Tanganku terkepal erat menahan emosi yang tadi seharusnya mereda.

"INI TIDAK ADIL! INI SANGAT....."

PLAK! (ini bukan suara orang di timpuk sandal #author)

Sebuah tamparan mendarat keras di pipi ku. Tidak sakit...

"Bukan Cuma kamu yang hancur hidupnya. Semua orang yang menjadi korban bajingan itu, hancur masa depannya! Meskipun dia memberi alasan kepada mu, kepada mereka, kepada dunia, atas semua yang ia lakukan, itu tidak akan merubah apapun! Yang terjadi sudah terjadi. Kita tidak bisa merubahnya.." jawabnya pelan. Aku tidak merasakan sakit sama sekali. Bukan, maksudku tidak sakit di pipi. Tapi ada rasa yang paling dalam terasa nyeri. Sakit yang perlahan mulai memaksa ku menatap sosok yang tadi menjadi pondasi ku, rubuh..
ia menangis. Menatap ku dengan air mata. Mencengkram lengan baju ku keras dan terisak pelan. Ia tidak berhenti menatapku.

"Kita harus kuat Nal... Harus..!" isaknya lagi. Nada bicaranya memohon. Melemahkan hatiku yang sekeras batu. Barulah aku sadari, seseorang yang kurasa begitu kuat pun bisa melemah. Hatiku perih...

"Kita?..." sadarku

"Miss tau apa..?" jawabku sambil menghempaskan tangannya.

"Kinal... Aku.."

Aku mendorongnya kuat. Menjauhkan dari tubuhku.

"Miss tidak tau apa-apa... Kuat? Itu hanya sebuah kepalsuan. Manusia itu lemah. Aku lemah. Dan kamu pun ternyata juga kan?" kata terakhirku lalu meninggalkannya dalam ruang itu.

***

VE POV

Suara mobil berbunyi pelan. Aku duduk menatap langit di dalam mobil sambil mendengarkan senandung music di telinga. Hari ini mendung. Awan kelabu dan cuaca sudah mulai gerimis di luar sana. Hampir satu jam terjebak macet membuatku jenuh. Sebuah bucket bunga menemani dengan setia di sampingku ku. Berbaring dengan nyaman dan tentram.

"Mbak Ve.. kita sudah sampai.." pintu mobil terbuka dan aku melangkah kan kaki keluar dari mobil. Tidak lupa bucket bunga itu berpindah tempat ke tanganku sekarang. Mataku menangkap sosok pria yang sudah sangat ku kenal

"selamat siang dok.." sapaku sambil tersenyum

"eh, Ve.. menjenguk lagi?" balasnya sambil tersenyum

"iya dok.. saya tidak ingin ia kesepian.." jawabku lembut

"yah baguslah.. itu bisa membantu kinerja otaknya agar membantunya tetap terjaga." Jawab dokter separuh baya di depanku

"mm.. ada kemajuan kah?"

Dokter itu menggeleng dan memegang bahuku

"kita masih harus bersabar." Jawabnya sambil tersenyum dan pergi meninggalkan ku sendirian.

Aku kembali melangkah menyusuri lorong-lorong rumah sakit dan berhenti di pintu coklat bernomor "348". Aku mengetuknya dan membuka pintunya perlahan

"Permisi..." sapaku sambil memasuki ruangan. Masih pemandangan yang sama. Seorang wanita yang ku sayangi tertidur pulas diatas kasur. Dipenuhi selang sana-sini. Matanya selalu menutup. Dan aku masih bersyukur atas bunyi detak jantungnya yang stabil berdetak. Ku dekatkan tubuhku ke meja di sebelah kasur dan mengisi vas bunga kosong dengan bucket bunga yang ku bawa. Bunga lavender kesukaannya. Setelah selesai mengganti bunga tersebut, aku mengambil novel di tasku dan menarik kursi ke dekat kasurnya. Duduk disampingnya sambil menggenggam erat tangannya.

"aku ingin melanjutkan cerita novel ini... tapi sekarang aku punya cerita yang lebih menarik... ku rasa kakak tidak akan suka kisah ini diulang kembali..."

Kataku sambil mengelus-ngelus tangannya yang sedang di infus.

"Kak Yona ingin dengar?"


TBC


***

wkwkkwkw
gimana? Kepo selanjutnya? 
masa sih ah??~
kita tunggu saja kelanjutannya yah..!

commen krisar yee~
terus pendapat kalian tentang chapter ini!

see you on next chapter

terimakasih telah membaca! 

39!


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GADIS FILOSOFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang