Jung Taekwoon terbangun dari tidurnya tidak hanya karena seberkas sinar matahari pagi menyapu wajahnya, tapi juga karena bunyi nyaring dari benda berbentuk persegi panjang yang tergeletak begitu saja di atas rak. Ia menguap kemudian menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, tak berniat menjawab panggilan yang masuk ke ponselnya dan nyaris kembali berlayar ke alam mimpi. Sayangnya, niatnya untuk kembali tidur gagal karena ponselnya terus berdering dan mengganggunya.
"Ketua Tim Cha, apa yang ingin kau katakan?" tanyanya dengan suara serak.
"Kudengar kau mau menantangku." Terdengar suara yang berbeda dari suara 'Ketua Tim Cha' yang ia sebut tadi. Merasa ada yang janggal, Taekwoon pun melihat layarnya dan menemukan sebaris angka, yang rupanya bukan nomor telepon Cha Hakyeon.
"Siapa kau?" Taekwoon kembali bertanya dengan nada linglung.
Orang yang meneleponnya tertawa sinis, "bagaimana bisa kau lupa siapa aku, saat kau mengatakan bahwa kau ingin memaksaku keluar dari tempat persembunyianku?"
Mendengar penjelasannya, Taekwoon bisa menebak bahwa orang yang tengah menghubunginya saat ini adalah Phantom. Ia hafal suara pria itu, pria yang telah membunuh rekan-rekannya dan bahkan mengirimkan pesan ancaman kepada polisi dari Tim 3 Divisi Kriminalitas Kepolisian Seoul.
Dan dari yang Taekwoon pahami dari ucapan pria itu, ia bisa tersenyum senang karena rencananya berawalan bagus.
"Jadi, kau ingin menerima tantanganku?"
"Tentu saja!" Phantom menjawab dengan nada yakin, "memangnya kau pikir aku ini siapa sampai takut untuk menerima ajakanmu?" Ia balik bertanya.
Meskipun Taekwoon tidak bisa melihatnya, ia yakin kalau Phantom tengah tersenyum mengejek. Tapi, ia juga yakin bahwa seulas senyum itu akan segera digantikan oleh raut kesal.
"Kau ingin tahu siapa kau? Biar kuberi tahu, kau hanyalah sampah yang menganggap dirimu sendiri sebagai dewa."
"Diam! Kau tidak tahu apapun tentangku!" teriak Phantom.
"Benarkah? Bukannya kau yang tidak tahu apapun tentangku?" Seulas senyum di wajah Taekwoon melebar.
Selama beberapa saat, hanya suara hembusan nafas kasar Phantom yang terdengar. Taekwoon pun juga bisa mendengar suara benda-benda jatuh--atau mungkin dilempar--setelah Phantom berteriak kencang.
"Aku mengetahui semuanya tentangmu. Kau hanya lupa siapa aku," ucap pria bersurai hitam kelam itu, "jadi, apa kau masih ingin bermain denganku?"
"Apakah kau mengira aku akan jatuh begitu saja dengan ucapan seperti itu?" Phantom balas bertanya, "tentu saja aku akan menerima tantanganmu!" lanjutnya dengan nada menantang.
Taekwoon tersenyum miring, "baiklah. Kalau kau berani, temui aku di gedung opera nanti sore jam 6," jawabnya sebelum mengakhiri panggilan.
Pip.
Pria bermata tajam itu menatap pemandangan dari balik jendela kamarnya dengan pandangan sendu. Ia lalu memalingkan wajahnya dan mengambil sesuatu dari laci raknya, sepotong berita dari koran yang nyaris rusak karena sering dilipat.
'Pembunuh Kasus di Gedung Opera Telah Ditangkap, Masyarakat Masih Mempertanyakan Kinerja Polisi?'
Mata Taekwoon menatap lekat judul berita tersebut dan foto pembunuh yang disebut oleh berita tersebut, Park Junghyun. Tanpa berniat membaca berita dari koran 16 tahun lalu itu, ia pun meremas kertas tersebut dan membuangnya ke sembarang tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantom of The Opera [VIXX - FIN]
Fanfiction16 tahun yang lalu, opera adalah salah satu seni pertunjukan yang sangat disukai oleh warga Korea Selatan. Namun, seorang pembunuh misterius bernama Phantom mengubah hal itu. Para pemainnya tewas satu-persatu, menyisakan luka yang mendalam bagi para...