10. Love

76 6 1
                                    

Yang berikut ini, tidak dimaksudkan untuk menakuti siapapun.

Rasanya tidak sopan untuk menyebutnya sebagai sebuah cerita seram, sebab yang satu ini tidaklah demikian. Ini merupakan bentuk ungkapan terima kasih yang ditujukan untuk seorang sahabat. Sahabat yang selalu ada untukku. Dia mengawasiku seiring waktu yang mengantarku pada kedewasaan, dan dia merupakan sosok sahabat terbaik, yang sempurna, yang bisa dimiliki oleh seorang bocah.

Walau saat itu, aku tak menyadarinya.

Dia selalu ada, walau aku tak bisa melihatnya, dan dia selalu berusaha untuk menyenangkanku walau kadang, cara yang ia pilih tidak bisa kupahami. Aku ingin meluangkan waktu dengan berbagi cerita kami, sebab jika beruntung, kau mungkin bisa mendapatkan seorang sahabat yang seperti ini juga.

Kupikir, sebagai awal, aku akan membacakan suratnya dulu. Pada bulan Mei 2010, aku membeli sebuah komputer baru sementara yang lama, kubawa ke toko untuk 'memback-up' file-file lama yang kuanggap penting. Setelahnya, komputer yang baru kubawa pulang dan kuisi dengan file-file dari harddisk portable, serta menginstal beberapa program. Saat itulah kulihat ada sebuah file di dalam folder Misc. yang memang sengaja dibuatkan oleh teknisi toko, untuk menyimpan file-file yang kerap terserak begitu saja. Nama file itu adalah HappyBirthdayBaby.txt.

Aku langsung berpikir bahwa file itu merupakan pesan dari ibu yang terlewat kubaca. Saat kemudian kubuka, berikut inilah yang kutemukan.

-o0o-

Mungkin kau akan menemukan ini suatu saat ... aku tak begitu pintar mengoperasikan komputer, tapi aku kerap melihatmu mengotak-atik mesin satu ini, dan kupikir, aku tahu cara untuk menyimpannya agar suatu saat kau akan menemukannya. Sadar waktuku pergi akan segera tiba, aku ingin meninggalkanmu pesan singkat ini.

Aku tahu kau belum pernah bertemu ayahmu. Namun bagiku, dialah sosok Kolonel Marcus Andrew Stadfield. Aku yakin ibumu kerap menceritakan seperti apa dirinya. Dia pria yang baik, sosok dengan harga diri layaknya seekor singa, kuat laksana beruang, dan hati semurni emas. Pada kenyataannya, aku sudah layaknya putra baginya sebelum kau lahir. Aku merupakan tangan kanan sekaligus orang kepercayaannya, dan telah bertugas di bawah perintahnya selama tiga tahun.

Saat itu, aku menyaksikan sendiri isak tangis ibumu saat dia mendengar kabar itu. Dalam perutnya yang buncit, kelahiranmu untuk menyongsong kehidupan baru di dunia ini tinggal menunggu hari, dan sejak itu, aku menjaganya. Tiap detik, menit, setiap hari. Hingga kemudian kau lahir dan fokus kualihkan padamu.

Aku melihat saat mereka memandikan dan kemudian menyerahkanmu pada dekapan ibumu untuk yang pertama kalinya. Ibumu seolah menatap tepat ke mataku dengan sorot sendu, saat itu aku berdiri tidak jauh dari kalian berdua. Dia seolah tahu aku hadir, dan aku yakin seyakin-yakinnya bahwa dia memang tahu. Aku melihatmu tumbuh dan ingat segalanya, bahkan hal-hal yang mungkin tak kau ingat. Kau selalu menjadi bocah yang riang, nampaknya, kau mewarisi sisi humoris ayahmu. Saat berumur empat bulan, kau nyaris melakukan apa saja untuk menghalangi ibumu untuk mengganti bajumu, saat-saat itu selalu dipenuhi dengan tawa. Kau begitu hangat dan memesona, sama seperti sosokmu yang sekarang ini.

Sama seperti Marcus.

Umur enam bulan, kita selalu bermain kapan pun. Dulu kita punya permainan favorit. Jadi begini, aku akan menyengkeram jemari kaki dan menggelitik perutmu. Kau sungguh menyukainya. Tapi aku harus berhenti jika ibumu datang, dan yang satu ini tentu saja kerap membuat ibumu bingung, sebab akan nampak baginya bahwa kau tiba-tiba menangis. Setelah hal ini terjadi begitu sering, dia mengira bahwa kau membencinya. Saat itulah aku sadar bahwa aku harus sedikit mengambil jeda.

Saat berumur satu tahun, kau jadi terlihat seolah punya indera keenam, dan walau tidak benar-benar bisa melihatku, kau tahu benar bahwa aku ada di dekatmu. Aku tidak bisa bermain denganmu sesering sebelumnya, sebab aku paham hal itu bisa melukaimu kelak. Tapi, aku selalu siap menjagamu. Aku yakin kau ingat bahwa kau telah merasakan keberadaanku, sebab kau punya cara sendiri untuk mengetes keberadaanku. Kau akan melempar mainan ke sudut ruang di mana aku berdiri, kemudian kau menungguku untuk memainkan atau menggerakkan mereka. Nah, kalau yang ini aku tahu kau tidak mengingatnya. Jadi, saat itu kau melemparkan boneka beruang dan boneka perca, dan karena ibumu sedang sibuk di dapur, kupikir akan mengasyikkan jika kubuat sebuah pertunjukan kecil. Tidak terlalu spesial, sih, aku hanya membuat mereka menari. Sedikit. Kau tertawa keras sekali sehingga membuat ibumu datang tergopoh untuk mencari tahu apanya yang lucu, tapi, saat melihatnya, dia tak tertawa sama sekali. Aku berani bertaruh; jika kau sebut-sebut tentang boneka beruang dan boneka perca yang menari –bahkan saat ini- pada ibumu, dia pasti akan langsung pucat. Tapi tolong, jangan lakukan itu, yah. Kasihan dia. Tapi kalau kau masih penasaran, bolehlah kau tanya padanya apakah kau kerap melempar mainan ke pojokan. Ingatan yang itu jauh lebih ramah baginya alih-alih boneka yang menari dengan sendirinya.

Watch Out?! (Complete) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang