Bab 6

561 23 3
                                    

••• TöD •••

Arta dan ibunya sedang bermain di halaman bersama Abel ketika Tiara, Kiyan, dan Ardi datang.

Arta sempat terlihat kebingungan ketika ada Ardi di samping Tiara—yang kata Abel sedang menjemput Kiyan—. Sedangkan ibunya Arta tersenyum cerah ketika melihat Tiara datang.

"Araa~ apa kabar? Sudah dua tahun ternyata pertumbuhan Ara banyak banget ya. Wah, bisa-bisa ngalahin tante, nih." ujarnya sambil tertawa merdu. Ara tersipu sebentar lalu membantahnya.

"Tante jangan bilang gitu, ah. Ara bahkan gak ideal. Kabar Ara baik, tante. Tante gimana kabarnya?"

Ibu Arta yang sering dipanggil Tante Ran tertawa lagi. Ketika Tiara dan Tante Ran saling bercengkrama, Ardi hanya diam menunggu sedangkan Arta memperhatikan Ardi. Terkadang sesekali mata mereka bertemu karena saling melirik.

"Kapan ibu lo dateng, Ra?" tanya Arta tiba-tiba memotong obrolan Tiara dan ibunya. Saat Tiara ingin menjawab, sebuah mobil sedan hitam memarkirkan dirinya di depan gerbang.

Semuanya menoleh ke arah yang sama ketika dua orang keluar dari mobil itu. Salah satunya ialah seorang wanita berusia 37 tahun yang sering muncul di berbagai siaran TV.

"Ibuuuuu~" Abel dan Kiyan serempak menghampiri ibunya yang tersenyum menyambut. Disamping wanita itu berdiri seseorang yang sukses membuat wajah Tiara mengeras dan segera berbalik untuk menuju kedalam rumah.

"Bang Alwan?" pertanyaan itu dilontarkan oleh Arta—yang berdiri di dekat Tiara. Alwan—laki-laki yang berdiri di samping ibu Tiara tersenyum ketika bola matanya menangkap sosok seorang gadis yang mencoba kabur.

"Yo, Arta. Itu Tiara kan? Wah, Ini takdir ya?"

Tiara segera mengutuk seseorang bernama Alwan Wijaya Mahesa yang notabenya adalah Ketua OSIS sekolahnya. Dan penyebab badmoodnya selama tiga hari ini.

••• TöD •••

Flashback

"Nah, lo tau kan permainan Truth Or Dare? Yang kali ini, struktur permainannya kita buat berbeda. Di dalam kotak kecil ini, udah ada beberapa kertas yang ditulis truth atau dare. Waktu lo dapet giliran, lo harus ngambil satu kertas, dan kita lihat isinya! Lo ngerti kan?" Jelas Indah yang berinisiatif menjelaskan cara kerja permainannya pada Tiara. Tiara hanya mengangguk pasrah.

"Oke! Yuk kita mulai! Gue putar ya pensilnya." seru Diah sambil berancang-ancang memutar pensil.
Serrr

Ujung pensil berputar hingga perlahan-lahan mulai berhenti dan mengarah ke—

—Rahma.

Rahma terdiam sedangkan kelima temannya sudah heboh. Rahma dengan terpaksa—dan bahkan sempat mengucapkan doa—menjulurkan tangannya ke dalam kotak kecil itu. Semua berharap dare yang Rahma dapatkan ketika tangannya ia tarik keluar.

"YEAAYY!! TRUTHH GUE DAPET TRUTHH!" sorak Rahma sambil mencak-mencak. Yang lain sontak begantian menjebilinya,  kecuali Tiara.

"Yaudah, yaudah. Sellow aja iya. Gue ya yang nanya, sebut nama gebetan lo!" ketus Diah kesal karena keberuntungan berpihak pada Rahma. Tapi ternyata Rahma hanya kicep mendengar pertanyaan asal-asalan Diah.

"Ehh... Itu... " Rahma gelagapan. Sesekali ia melirik Tiara, lalu segera melirik Diah lagi. Semuanya--minus Tiara-- segera bersorak menyuruh Rahma buka suara.

"In.. Inisialnya aja! Inisialnya A." ucap Rahma cepat. Yang lain menolak dan tetap menyuruh menyebut nama. Tapi Rahma tetap berkeukuh menyebut inisialnya saja.

Truth Or Dare [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang