Part 2 : Pasar malam

27.5K 1.2K 38
                                    

Aku putuskan untuk mengubah cerita jadi POV 1, semoga hasilnya ngga aneh. Ini pertama kalinya aku nulis cerita pake pov 1 sekalian belajar hehehe.... maaf kalau updatenya lama :D

Aimee

Keesokan paginya, Aku kembali bangun kesiangan bukan karena membaca novel sampai larut malam, tapi aku semalaman tidak bisa tidur  gara-gara cerita Alina. Aku terkejut saat melihat wajahku di depan cermin. Wajahku terlihat berantakan. Ada lingkaran hitam di bawah mataku dan rambutku terlihat  mengerikan.  Jika bibi Adrienne melihatku dalam keadaan seperti ini pasti ia  tidak akan suka.

Angin yang bertiup kencang menghentak-hentakan daun jendela membuatku terkejut. aku mengelus-elus dadaku dan bernapas lega setelah melihat ke arah jendela yang ternyata tidak ada apa pun di sana. Tanpa sengaja mataku kembali melihat mansion tua milik keluarga Levrand yang tidak terurus dari kejauhan. Entah kenapa setiap kali melihat mansion itu ada rasa ketertarikan dalam diriku. Baru saja aku akan pergi ke kamar mandi, sayup-sayup terdengar suara lonceng dari kejauhan . Cring…cring…cring…cring…Aku langsung berlari mendekat ke jendela dan di luar sana di sisi lain jalan, aku melihat seorang wanita dan seorang pria berpakaian aneh berjalan melewati rumah bibi buyutku sambil melemparkan beberapa lembar kertas ke setiap rumah yang di lewatinya.

Aku terpaku ditempatku saat wanita asing yang memakai pakaian serba abu-abu gelap dengan topi kerucutnya yang lusuh itu tersenyum kepadaku dan cepat-cepat aku menjauh dari jendela dengan berjalan mundur. Jantungku berdegup dengan kencang. Suara teriakan Ginger dari balik pintu kamarku membuatku  melompat  terkejut.

‘’KAK AIMEEEE, APA KAKAK SUDAH BANGUN?’’teriak Ginger sambil mengedor-ngedor pintu. Aku memasang wajah kesal mendengar teriakan adikku dan dengan perasaan kesal aku membuka pintu dan menatap Ginger dengan wajah masam.

‘’Kamu tidak perlu teriak-teriak seperti itu. Aku ini tidak tuli’’hardikku.

‘’Maaf’’kata Ginger dengan wajah sedih. Aku menghela napas panjang.

‘’Ya sudah. Ada apa?’’

‘’Aku hanya ingin memberitahumu kalau kami menunggumu untuk sarapan pagi di bawah’’.

‘’Baiklah. Aku akan segera menyusul. Aku mau ganti pakaian dulu’’. Ginger masih berdiri di depan pintu menatap takut  kepadaku

‘’Ada apa lagi?’’

‘’Apa kak Aimee marah kepadaku?’’

‘’Tidak. Aku sudah tidak marah lagi kepadamu’’. Perlahan-lahan senyuman Ginger muncul di bibir mungilnya. Tiba-tiba Ginger memelukku dengan sayang. Aku menjadi salah tingkah mendapat pelukan dari adikku. Aku pun akhirnya memeluk adikku dengan sayang.

Aku merenggangkan pelukanku dan menatap adikku . ‘’Pergilah duluan! Aku akan segera menyusul’’.

‘’Jangan membuat kami terlalu lama menunggu’’.

‘’Tidak akan’’. Ginger berlari-lari kecil di sepanjang koridor rumah. Aku memperhatikan punggung adikku sampai tidak terlihat lagi . Setelah menutup pintu kamarku, aku mendesah panjang. Ginger adalah satu-satunya adik yang aku miliki meskipun sikapnya kadang selalu membuatku merasa kesal dan marah, tapi aku sangat menyayanginya tanpa kehadirannya mungkin suasana di rumah akan terasa sangat sepi. Sebenarnya aku ingin sekali memiliki seorang kakak dari pada seorang adik karena menurutku memiliki seorang kakak akan terasa menyenangkan. Keinginanku memiliki seorang kakak tidak mungkin dapat terkabul karena akulah satu-satunya anak pertama dan kenyataannya aku sudah menjadi seorang kakak sekarang.

Saat usiaku lima tahun, aku pernah mengutarakan keinginanku ingin memiliki seorang kakak kepada orang tuaku, tapi saat melihat wajah sedih yang terpancar dari wajah mereka , aku menjadi merasa bersalah  dan sejak saat itu aku tidak pernah membicarakan hal itu lagi. Aku mematut diriku di depan cermin menyakinkan diriku sendiri kalau sekarang penampilanku sudah terlihat rapi sebelum turun ke bawah untuk sarapan pagi. Lingkaran hitam yang membayang di bawah mata, aku tutupi dengan concealer.

Sleeping Prince (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang