*Chandra*
Weekend telah tiba. Besok libur pertama setelah terhitung seminggu aku kerja. Nuna pulang lebih awal dari kafe. Sejak kemaren aku memang langsung ke rumah sepulang kerja. Rasanya begitu lelah kalo harus menuju kafe, mengingat aku naik sepeda.
Suara mobil memasuki rumah, membuatku epat-cepat membereskan semua tumpukan kertas di meja belajar. Sebelum nuna tau dan mendadak marah, karna aku membawa pekerjaan kantor ke rumah. Ini malam minggu. Dia sengaja meninggalkan kafe yang biasanya rame, mungkin dia ingin berdua denganku. Sedari pagi dia sudah bilang kalo rindu, dan sudah seminggu ini tak ku 'sentuh'.
Selesai dengan tumpukan kertas, aku berlari ke kamar mandi. Aku tak mau dia melihatku masih lusuh. Maka segera ku guyur badanku di bawah hangatnya air shower, setelah ku lucuti semua yang melekat di tubuh dan melemparnya begitu saja ke dalam keranjang. Kami akan menghabiskan sepanjang malam ini di atas ranjang!
Aku berharap dia menyusulku di kamar mandi, agar bisa memulai pemanasan, tapi nyatanya, sampe aku selesai, aku tak mendengarnya berkata-kata. Padahal jelas ku dengar suara pintu kamar di buka, yang berarti dia sudah masuk dan aku yakin dia telah mendengarku mandi.
Hanya dengan berbalut handuk sebatas pinggang sampe di atas lutut, aku keluar dari kamar mandi. "Aku tau nuna bakal pulang cepet, tapi,...." kalimatku terhenti. Gairahku menurun saat kulihat dia meringkuk di ranjang. Sepertinya dia sakit, sebab ga biasanya dia begitu.
"Nuna kenapa?" Tergesa, aku mendekatinya. Sisa air dari ujung rambut yang basah, menetes sepanjang langkahku dari kamar mandi ke tempat tidur.
"Gak tau. Kayaknya lemes aja gitu." Dia menjawab sambil tetap berbaring.
"Udah makan?" Sengaja aku berdiri karna ga mau kasurku basah.
"Gak bisa makan. Tiap kali makan mesti bawaannya pingin muntah." Jawabnya dengan rengekan manja.
"Jangan-jangan usus buntu." Pikiranku kacau. Terhubung kemana-mana.
Dulu sewaktu aku sakit usus buntu, awalnya juga cuma lemas, badan panas, terus perut terasa nyeri. Makin ditekan bakalan makin nyeri. Tiap kali makan pasti berujung muntah.
"Enggak ah, orang perut aku gak sakit kok. Mungkin cuma masuk angin."
"Kita ke dokter aja."
"Malas. Aku pingin tidur aja. Kamu kenapa baru mandi jam segini?" Dia masih sempat tersenyum nakal sambil menarik-narik handukku.
Ku tepis pelan tangannya sebelum handukku terlepas dan jatuh. "Ya,...aku pikir kita,....ah sudahlah. Aku ganti baju dulu."
Acara nambah pahala gagal! Aku melangkah menuju lemari, untuk berpakaian. Tapi belum selesai aku memakai baju, hanya boxer yang berhasil ku pake, aku melihat nuna bangun dan terburu-buru menuju kamar mandi. Segera aku menyusulnya."Huueeeiiikk.....huuueeiiikk,...." Dia muntahkan isi lambungnya pada wastafel.
Tanganku mengumpulkan tiap helaian rambutya kebelakang, agar tak terkena muntahannya. Yang kanan sibuk meremas pelan tengkuknya. Hanya cairan kuning yang keluar dari mulutnya. Itu berarti dia memang ga makan apa-apa, atau makanan yang sempat dia makan udah habis dimuntahkan, sehingga hanya tersisa asam lambung saja."Ke dokter ajalah. Biar agak enakan." Selembar tissue ku tarik dari tempatnya, ku gunakan untuk mengusap tiap sudut bibirnya.
"Manja banget. Dikit-dikit ke dokter. Aku mau tidur aja. Barang kali cuma kecapekan." Dengan sigap, dia sudah berada dalam gendonganku. Ada rasa iba yang begitu besar saat perempuan tangguh ini tumbang dalam sakit. Badannya begitu lemas ku rasa. Matanya juga begitu sayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brogan Kesayangan Nuna
Romance"Diatara milyaran perempuan di dunia, aku memilihmu, Nessa Hanumdita, untuk menjadi istriku. Menghabiskan sepanjang sisa hidupku bersamamu, hanya itu yang aku mau. Mungkin aku memang lebih muda, tapi aku yakin, aku mampu memberimu bahagia." "Diantar...