19 ~ Air Mata Duyung

37 1 0
                                    

Teritip mengikat tali dan membetulkan anak tangga rumahya. Umang bangun daripada tidur, dia sudah pulih. Teritip mencari dukun lain dari Kampung Ketak Ketengkui untuk memulihkan Umang.

Kini Umang sudah mengingati apa yang sudah terjadi pada dirinya. Semangatnya juga sudah pulih, lebam dan sakit pada badannya juga sudah surut dan hampir sembuh.

"Ayah! Ayah!" Umang memanggil Teritip.

Teritip menarik nafas lega apabila mendengar Umang memanggilnya.

"Ayah dekat tangga ini," jawab Teritip.

Umang keluar dari dalam rumah dan menuju ke tangga. Dia melihat Teritip sedang mengikat dan membetulkan anak tangga.

"Ayah buat apa?"

"Kamu nampak ayah tengah buat apa,"

"Mengapa dengan tangga itu?

"Patah... mujur kaki Dukun Cakcibau itu tidak patah,"

"Dukun Cakcibau datang ke rumah kita?"

"Ya, dia datang memulihkan semangat kamu. Apa sebenarnya yang terjadi kepada kamu? Cuba ceritakan kepada ayah,"

"Panjang ceritanya ayah. Sekiranya Umang menceritakannya sampai ayah mati pun ceritanya tidak habis-habis. Nantilah Umang ceritakan...."

"Apa kamu fikir cerita kamu itu bagus sangat?"

"Sudah tentulah bagus ayah. Sekiranya Umang cerita satu dunia orang tidak percaya. Hanya orang yang mengalami sahaja yang tahu kebenarannya,"

"Sebelum kamu, ayah sudah mengalaminya Umang,"

"Maksud ayah?"

"Kamu berjumpa dengan Puteri Duyung bukan?"

Umang terkejut apabila Teritip memperkatakan tentang Puteri Duyung. Teritip selesai membetulkan anak tangga dan duduk di tangga. Umang duduk di sebelah Teritip.

"Mengapa kamu terdiam?" tanya Teritip.

"Ya, Umang ada berjumpa dengan Puteri Duyung,"

"Di mana sisir emas itu?"

"Maafkan Umang ayah. Umang sudah pulangkan sisir emas itu kepada Puteri Duyung,"

Umang menundukkan kepalanya.

"Mengapa kamu memulangkan sisir emas itu?"

"Sisir emas itu adalah hak milik Puteri Duyung ayah. Kita tidak berhak untuk menyimpannya. Sepanjang ayah menyimpan sisir emas itu Puteri Duyung hidup menderita dan setiap hari memikirkan sisir emasnya yang hilang sahaja," jelas Umang.

Teritip menarik nafas panjang dan berfikir.

"Kasihan Puteri Duyung itu, ayah pun bersalah juga. Ayah berdosa kerana menyusahkan Puteri Duyung itu," Teritip kesal.

"Sudahlah ayah, Puteri Duyung dan Tuanku Raja Duyung memaafkan kesalahan ayah," Umang berdiri dan turun tangga menuju ke laman rumah.

Dia berlegar-legar di situ. Teritip hanya memandang Umang.

"Betul kata kamu Umang, cerita dan pengalaman kita adalah hampir ada persamaan. Orang tidak akan percaya apa yang pernah kita lalui bertemu dengan Puteri Duyung. Biarlah kita rahsiakan perkara ini," ujar Teritip.

"Ambil mangkuk tempurung ini," paksa Dukun Pari sambil menyerahkan mangkuk tempurung kepada Putera Duyung.

Putera Duyung mengambil mangkuk tempurung itu dan membeleknya.

Lagenda Duyung MerabanWhere stories live. Discover now