"Aku tidak mengerti, mengapa orang-orang senang sekali berpegangan tangan seperti itu," Sehun berujar sambil menunjuk ke televisi. Chanyeol yang awalnya sibuk dengan ponsel, ikut menoleh. Ia terkekeh pelan.
"Tentu saja, pria yang tidak tertarik dengan wanita sepertimu mana paham," Komentar lelaki tinggi itu. Sehun hanya mengendikkan bahu sekilas. Sedikit kesal, tetapi mengamini juga perkataan hyung-nya. "Memangnya hyung suka dengan hal semacam itu?"
"Pria mana yang tidak suka?" Chanyeol balas bertanya. "Oh ya, kau.." ia menepuk jidatnya, "Kurasa kau hanya belum bertemu wanita yang tepat saja. Ketika tiba saatnya, kau pasti akan paham," Chanyeol kembali menekuri ponselnya.
"Begitukah?" Sehun bertanya pada dirinya sendiri. "Lalu, kenapa hyung senang dengan hal semacam itu?" Sehun membenarkan posisi duduknya. Menghadap ke arah Chanyeol. Melihat itu, Chanyeol kembali menoleh, memusatkan perhatian pada Sehun.
"Entahlah, kalau ditanya kenapa suka aku juga tidak yakin, hanya saja ada kenangan yang masih aku ingat tentang hal itu,"
"Kenangan?"
Pikiran Chanyeol melayang. Kembali ke empat tahun lalu. Setahun setelah grup mereka debut.
###
Chanyeol POV
Bandara Guangzhou akhir 2013, suatu sore.
Kami baru saja tiba di bandara beberapa saat lalu. Kulihat tim bodyguard menghampiri kami. Berjalan mengiringi, mengawasi. Sekilas, aku melihat manajer hyung sibuk berbicara dengan petugas bandara. Sepertinya ada masalah dengan barang bagasi yang kami bawa. Biarlah, hal seperti itu pasti bisa diurus. Meski yang tertinggal barangku, aku tidak terlalu khawatir. Tubuhku terlalu lelah saat ini untuk merespon hal selain fokus berjalan ke arah mobil.
Entah kenapa juga, saat aku melihat para wartawan di luar pintu kedatangan,tiba-tiba aku merasa merinding. Aku baru sadar, kaca mata hitamku tak sengaja dimasukkan ke dalam koper semalam. Tepat saat aku mengingat hal itu, sebuah kilat kamera mengenai mataku. Aku membuang muka terkejut. Satu dua kali kukedipkan mata, yang sialnya pandanganku tetap kabur. Rupanya ini maksud dokter mata tentang efek samping operasi lasikku.
Langkahku terhenti. Menyadari kebodohan, mengumpat dalam hati. Nafasku hampir tercekat karena panik. Ketika kurasakan tubuhku hampir terdorong orang di belakang, sebuah tangan menggamit lengan kananku. Sebuah aroma pinus menyeruak indra penciumanku. Mataku semakin kering, hingga tak dapat melihat sama sekali. Orang itu menggamit lenganku erat, setengah menyeretku. Aku hanya menurut. Dalam hati bersyukur masih mengenakan masker, sehingga wajah panikku tak terlihat. Di tengah berisiknya suara kilat kamera & suara penggemar, samar-samar kudengar manajer kami meminta orang-orang memberikan jalan.
Sepertinya orang itu lebih rendah dariku. Langkah kakinya yang kecil tetapi cepat hampir saja membuatku tersandung. Meski tak terlihat, berusaha kuikuti langkahnya. Langkahnya bergerak lebih lambat. Kakiku bergerak menuruni sedikit tangga di depan bandara. Hingga akhirnya aku bisa masuk ke mobil jemputan kami. Semuanya terjadi begitu cepat. Aku merasa kosong saat tangan itu hilang bersamaan dengan debuman pintu mobil yang tertutup.
Hal serupa terjadi saat kami, EXO-K akan kembali ke korea. Aku bukannya tidak belajar dari pengalaman, tetapi kondisi mataku memang sedang tidak baik pagi itu. Sebelum keluar dari mobil, aku sudah memakai obat tetes beberapa kali, tetapi mataku tetap saja terasa kering. Kali ini kacamata hitam kupastikan bertengger di wajahku. Sayangnya, dewi fortuna tak lagi berpihak padaku. Pandanganku kembali kabur saat hendak memasuki bandara. Dalam situasi yang sama seperti kemarin, dikelilingi wartawan.
Dengan gugup, aku berusaha mengekor Sehun didepanku. Mempertajam pendengaran dengan mengikuti suara manajer hyung kami. Tetapi langkah ragu membuatku tertinggal. Saat jarak antara kami semakin lebar, kurasakan sebuah tangan kembali menggamit lenganku. Aroma pinus yang familiar kembali tercium. Ia melakukan hal yang sama seperti kemarin, menggamit lengan kanan, membawaku menjauh dari wartawan, menghampiri member-member lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot] Holding Memories
FanfictionKau, sebagai kenangan yang pernah ada dalam genggaman walau hanya sekejap.