Part 9- Yang sebenarnya

2.7K 155 4
                                    

Makasih banget yang udah baca cerita ini huhu seriusan seneng banget kalo ada yang notif vote atau pembacanya nambah. It made my day honestly. Awalnya aku kira 'ah masa sih comment dari reader bisa bikin penulis semangat? ' pas dirasain sendiri bener-bener seseneng itu sampek mesem-mesem sendiri.

Kalo baca dari awal mungkin agak aneh ya, part pertama masih lucu ke belakang kok serius. Hm sebenernya aku nulis ngikutin apa yang ada di otakku sih, jadi kalo ada bayangan cerita mau ditulis seperti apa langsung diketik. Urusan bagus gak itu tiap pembaca beda dong responnya:)
Bener-bener meskipun yang baca gak ratusan ribu atau jutaan kayak write atau author yang udah famous aku senengnya tetep pake banget sih. Enjoy ya:)

===

"Aku gak percaya Ri kamu bisa sulap." Tatang berkomentar saat Ari mulai menyombongkan diri pamer sulap dihadapan anggota kelompoknya.

"Iya nih ngibul doang si Ari, kalo jago sepik cewek sih aku percaya." Sahut Rio.

"Apaan deh pada gak percayaan banget sama aku, nih ya. Seeet, ada? Ada?" Ari menunjukkan uang logam gopek dihadapan teman-temannya.

"Iyalah ada orang lu pegang duitnya, emang duit khayalan." Komentar Aruna.

"Sssttt diem dulu, ikuti instruksi pesulap handal." Ari menyuruh teman-temannya untuk tidak berkomentar dulu.

"Hap! Gak ada." Uang gopek itu mendadak hilang saat Ari membuka telapak tangannya yang tadi tergenggam uang gopek.

"Yaiyalah gak ada kan jatoh ke bawah, nih!" Seru Noval menemukan gopek yang ternyata jatuh saat Ari melemparnya sebelum menggenggamnya.

"Ah ngibul nih ngibul. Tau nih!" Anggota yang lain mengeroyok Ari dengan ejekan-ejekan. Diselingi Tatang dan Oki yang pura-pura menggebuki Ari.

Minggu pagi yang damai. Di taman kampus, segerombol kelompok sedang bercanda gurau. Entah apa yang dibicarakan sampai mereka tertawa terpingkal-pingkal seperti itu. Matanya memusatkan perhatian pada gadis yang tengah tertawa sambil sesekali mengeluarkan hpnya entah untuk memotret atau merekam tingkah temannya.

Dion tidak mengira akan bertemu dengannya di taman kampus. Walaupun Aruna tidak menyadarinya karena posisinya terhalang pohon mangga yang rindang.

"Na, beli minum gih. Kita haus." Titah Rio.

"Lah kok gue? Capek tau habis lari." Aruna males banget yang namanya disuruh-suruh. Disuruh ibunya saja kadang harus dijewer dulu kalau tidak begitu dia akan tetap ditempatnya.

"Beuuuh lari apa deh Na, lari semenit doang langsung napasnya udah kayak anjing melet-melet." Aruna mendelik kesal mendengar ejekan Oki.

"Perintah ketua nih. Aku yang traktir." Aruna mencibir namun tetap berdiri sambil menerima uang yang disodorkan Rio.

Hari ini, ia ikut ajakan anggota kelompoknya untuk olahraga di taman kampus. Ya daripada gak ada kerjaan di kos, pikir Aruna. Tapi nyatanya yang bisa datang hanya anggota cowok. Karena Popo, Sarah,Tasha dan Rita tidak bisa ikut karena entahlah mungkin sibuk merajut mimpi di alam tidur.

================================

"Pak beli air botol lima ya sama gorengan sekalian sepuluh ribu." Aruna mengambil gorengan yang ada di sebelahnya.

"Oke jadinya Rp 25.000 ya neng."

"Berapa pak?" Suara orang disebelahnya seperti ia kenal tapi ia memilih untuk pura-pura tidak kenal dan fokus menghitung jumlah gorengan yang diambilnya.

"Lima belas ribu." Ucap pak Udin. Salah satu pak bos juragan gorengan yang terkenal di seantero kampus.

"Ini pak sekalian bayar yang ini." Setelah Dion pergi, Aruna benar-benar bisa bernapas lega. Sebenarnya ia tidak fokus menghitung gorengannya, sampai lupa berapa jumlah gorengan yang sudah ia ambil tadi. Ck, gara-gara Dion kan.

Kisah Kasih KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang