Cahaya dari lampu disudut jalan menerangi gang sepi yang menjadi tempat ngumpul Segerombolan motor dengan pemuda yang duduk
di atas jok motornya masing masing, tak lupa seperti sudah menjadi ciri khas anak muda jaman sekarang nongkrong dengan masih munggunakan seragam disore hari menjelang malam.Riz fokus pada iphone ditangan kanannya, tersadar suara adzan
berkumandang dari masjid terdekat Saat itu juga Handphonenya Bergetar menunjukan sebuah pesan masuk yang tertera di layar handphonenya.Bang, Pangkalan jati village No. 24 pliz enggak usah lama! jangan ngaret!
please kalimat tolongnya diketik, gua bukan supir! yang bisa lo suruh suruh
Ia tersenyum setelah membalas pesan tersebut. Mau sengerepotin apapun lea dia tetep adik kesayangannya walaupun tidak pernah diucapkan lewat kata kata namun sikapnya sudah menjelaskan bahwa Riz sangat sayang adiknya.
Ia kembali membaca pesan itu untuk mengetahui lebih jelas alamat yang dimaksud. Ternyata rumah cewek itu tidak jauh dari tempat ia nongkrong sekarang dan tentu tidak jauh juga dari sekolahnya.
"Bro, gua cabut" katanya setelah sudah diatas motor dan menggunakan helmnya siap untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Acong teman paling gesreknya berlari lalu mencegat motornya yang sudah melaju untung dengan sigap Riz meneken rem, ia hanya geleng-geleng sudah terbiasa dengan kegesrekan otak temannya itu.
"Mau kemana? Baru jam segini! ah cupu lu mah"
"Awas minggir cong, gua udah telat nih"
"Doi mau jemput adiknya, udah apa cong jangan agresif gitu Riz enggak bakal ninggalin lo, demi cewek lain"
Kebetulan tadi siang fikar ada do warkop depan sekolah jadi tau kalau adiknya minta jemput."Najis" kalimat singkat keluar dari mulutnya, setelah itu ia pergi meninggalkan temen-temannya.
Riz melaju dengan penuh hati-hati kejadian beberapa tahun lalu selalu terlintas diotaknya saat dirinya sedang diatas motor melewati jalan raya, semenjak kejadian itu ia sudah tidak pernah lagi mengikuti balap liar dan selalu mengatur pelan laju motornya.
Saat mendekati komplek yang tertera dialamat Riz membuka kaca helmnya untuk menyapa kedua satpam yang ada didalam pos. Tak lama ia berhenti tepat didepan gerbang coklat nomor 24 Riz mengrapihkan rambutnya yang acak-acakan karena helm yang ia pakai.
Syillah sudah stay didepan pagar dengan senyum yang mengembang ia melambaikan tangan menyapanya.
Riz menghampiri cewek itu ia menatap bingung syillah yang terus tersenyum kearahnya. "Lo kesambet?" tanyanya dingin penuh penekanan.
Syillah pun tersadar "Eh!" lalu segeras melepas senyumnya sungguh ia tidak bisa mengontrol ekspresi wajah senangnya saat ini.
Syillah menepuk kencang pipinya agar tersadar, lagi lagi Riz dibuat bingung oleh prilaku cewek itu.
"Eh yaudah masuk aja dulu kak, si lea masih dikamar mandi. Truss si queen juga udh pulang barusan hmm.. masuk dulu kali, ih! apaan sih kok gua ribet banget" kata Syillah salah tingkah.
Sebenarnya syillah mengajak Riz untuk duduk didalam karena diluar sudah gelap dan banyak nyamuk namun ia menolak dengan alasan mau ngerokok walaupun bukan itu alasan yang sebenarnya, hanya saja Riz sedikit mengenal tentangnya yang tinggal hanya dengan kakak dan papahnya yang jarang ada dirumah karena sibuk bekerja.
Cewek itu keluar dengan membawa segelas susu putih hangat kesukaannya, tidak heran jika syillah tau itu karena ia tau pasti lea adiknya pasti sudah menceritakan semua hal-hal yang ia suka, begitupun lea kepadanya disela-sela waktu suka sekali bercerita tentang syillah.
Ia baru sadari sekarang cerita-cerita itu adalah salah satu bukti adiknya ingin menjodohkan mereka.
Bodoh, kenapa gua baru sadar!
"Thanks" kata Riz ia mengeluarkan sebatang rokok berniat untuk menyalakannya, namun ia terhenti saat melihat motor memasuki halaman rumah syillah.
Mampus..jangan jangan abangnya lagi nih.
"Kenapa lo pulang sekarang si" batin Syillah tak kalah paniknya.
Fatih membuka helm sambil berjalan tergesa gesa seperti melihat sesuatu yang tidak biasa, memang ini bukan hal yang biasa Karena baru pertama kalinya adiknya itu membawa cowok kerumah, ntah harus marah atau mengadakan selametan karena ternyata syillah laku juga dan cowok yang ia bawa ini lumayan cakep tapi masih wajib baginya untuk menyelidiki orang itu.
"Siapa?" Ucap fatih. tatapannya sadis tak lepas menatapnya dengan penuh penasaran.
Lea yang baru saja datang seperti mengerti suasana sekarang Syillah terdiam dengan wajah yang panik dan Riz masih membeku.
"Eh kak itu abang gua kok, Riz namanya dia mau jemput"
"Tuh kak dengerin lea! Muka jangan sangar-sangar gimana mau punya cewek" Ucap syillah sambil merangkul tangan Fatih.
-
"Dah Syil, gua pulang ya"
Riz menekan klakson menandakan ia pamit pulang, syillah mengangguk lalu tersenyum. "Hati-hati"
Motornya sudah tidak terlihat lagi syillah pun masuk dengan senyuman yang masih mengembang, sepertinya malam ini ia akan bermimpi indah bayangkan saja seorang pangeran main kerumahnya walaupun bukan benar benar main karena ada maksud lain Riz datang kesini yaitu untuk menjemput adiknya namun tidak apa-apa Syillah tetap bahagia.
Ia membawa gelas kotor bekas susu itu kedalam rumah menuju dapur untuk menaruh dan mencuci nya di wastafel. Selesai mencuci ia mencari kerudung putih sekolahnya karena tadi terburu-buru menyambut kedatangan Riz, ia ingat taruh kerudung itu di bangku meja makan namun aneh sekarang sudah tidak terlihat, cukup lama ia mencari hingga kekolong-kolong meja makan.
Langkahnya terhenti tepat di ruang keluarga melihat Fatih yang sedang makan mie instan, namun ada pemandangan yang membuat matanya melotot mulutnya terbuka
amarahnya meluap."hah. Itu kerudung putih sekolah gua!!! kenapa lo buat elap kuah mie yang tumpah, punya pikiran gak si? Lo jahat banget bang!" Matanya ber air, menatap pasrah kerudungnya yang kini sudah tidak berwarna putih lagi karena noda kuah mie yang sudah menyerap di kerudungnya itu.
Fatih membeku lalu tertawa setelah melihat adiknya berlari ngambek ke kamar mengunci pintu dan menangis kencang layaknya anak kecil, syillah jika ngambek memang seperti ini.
jika dipikir-pikir sebenarnya bukan sepenuhnya salah dia, Fatih mengira kerudung itu adalah lap lantai karena ia menemukannya di lantai dapur, mungkin jatuh dari bangku meja makan.
"Jangan nangis dong, gua enggak tau sumpah! Kalo itu kerudung lu gua kira lap yang sengaja bi Ella taro situ" katanya sambil tertawa, membuat tangisan syillah semkain kencang.
"Pergi! Gua enggak mau jadi adik lo lagi" umpatnya.
"Yah, repot dong kalo harus hapus nama gua dari kartu keluarga, nanti rumah sepi enggak ada yang nemenin lo lagi, enggak ada yang nganter lo sekolah lagi"
"Bodo amat, enggak peduli"
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
A.syillah
Teen FictionEkhem.. Gua Asyillah putri Gadis berhijab yang mempunyai dua orang kakak Rempong. Tujuan Hidup : • Memperbaiki diri menjadi yang lebih baik. • Atau mengejar Cintanya Doi wkwkwk Iya.. Dia Riza Muhammad, biasa di panggil Kak Riz. cinta pandangan...