Aku melangkah memasuki koridor utama dengan was-was. Lantai-lantai yang berubin gelap membuatku enggan menapakan kakiku di sini. Tembok yang sedikit kusam, cat putih yang sudah luntur dan sebagian ditumbuhi lumut membuatku ingin pergi dari tempat ini secepatnya. Tidak ada seorang pun, kecuali penjaga sekolah yang bisa kulihat dari jauh sedang melengkah melewati kelas dan melirik ke kanan dan kiri. Tubuhnya tegap. Badannya kekar dengan balutan kaus hitam dan celana berbahan kain mengikuti warna kausnya. Ia kelihatan garang dan menakutkan bagiku.
Aku sebenarnya ingin berhenti sekolah dan mengurung diri di rumah. Jika dihitung, sudah ketiga kalinya termasuk kepindahanku ke sekolah ini aku pindah sekolah dalam dua tahun terakhir. Aku takut. Aku tidak tahan. Hantu-hantu menyeramkan selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Bahkan sampai mengikutiku ke rumah. Saat itu, aku benar-benar takut.
Aku melangkah melewati kelas yang hening. Mereka semua sedang sibuk dengan buku atau guru yang berdiri di depan papan tulis sambil berkacak pinggang. Hanya ada beberapa suara yang bisa kudengar saat aku melirik ke kanan. Cowok yang berdiri dengan wajah tertunduk lalu kulihat tangan guru menjewer kupingnya. Aku terkekeh sesaat melihat itu. Bagiku, ini kejadian lucu. Aku juga pernah merasakannya. Perih yang menyenangkan. Saat itu, aku telat masuk kelas karena hantu kamar mandi menyuruhku menolongnya untuk mengambilkan sisir yang terjatuh dipojokan wastafel. Aku pastikan, hantu tersebut sudah lama meninggal dan masih menunggui kamar mandi karena sisir yang hilang.
Aku terlonjak kaget saat wanita paruh baya berhenti tepat di depan wajahku. Dengan pakaiannya yang formal, wajahnya yang tegas, tangan yang bersidekap dibalik punggungnnya, aku kira itu hantu pertama yang aku lihat di sekolah ini. "Mari, Annie, masuklah." katanya lalu berbalik masuk ke ruangan di belakangnya.
Namaku Annie Leonhart. Aku adalah seorang siswi SMA yang bodoh. Mungkin bagi semua orang, masa-masa SMA adalah masa-masa yang paling Indah. Tapi tidak bagiku. Bagiku, masa SMA adalah masa-masa yang paling kacau, berantakan, dan tak menentu. Banyak yang bilang aku pemalas, bodoh, nakal,dan semacamnya. Hal itu terjadi karna aku seorang bocah Indigo. Tapi mereka tak tahu hal itu ... aku sendiri juga tak tahu, apakah ini sebuah kutukan atau anugrah? Mungkin keduanya. Tapi aku tak peduli, karna apapun itu, aku merasa sangat tidak nyaman.
Ruangan tersebut kelihatan lembab. Hanya ada meja berisi tumpukan ketas, lemari penuh dengan berkas, jendela besar yang membelakangi meja, lalu pajangan kuno tentang kepala sekolah sebelumnya. Itu adalah ruang kepala sekolah. Aku dipersilahkan duduk di sofa coklat lembut, lalu aku mematuhinya.
"Baik, nona Annie, hari pertamamu sekolah, kau hanya akan melihat kelasmu, dan mengukur seragam untukmu bersekolah." katanya.
Aku menganguk sambil menyibakkan poniku. Aku tegang saat ini. Suasana menjadi canggung serta mencekam. Aku meneliti sekelilingku sebelum wanita itu berkata lagi. "Aku Stephanie Caroline panggil saja Bu Carol." kata wanita yang dipanggil Bu Carol. "Bisa kita mulai tournya?"
Aku terlonjak kaget. Jantungku berhenti berdetak sesaat. Ada wanita lain dalam ruangan ini selain aku dan Bu Carol. Aku lihat, wanita berambut panjang dengan baju putih penuh darah berdiri di samping Bu Carol. Aku tidak melihat wajahnya. Tapi aku bisa merasakan tatapannya. Rambutnya kusut, jarinya menggelung seperti mengepal. Jadi ini hantu pertama yang aku lihat? menyeramkan. Tapi bukan ini yang paling menyeramkan. Masih banyak, dan semuanya harus aku tolong. Tapi, wanita yang kini memiringkan kepalanya butuh bantuanku?
Pikiranku penuh dengan hal-hal aneh, sampai aku tidak sadar bahwa Bu Carol menatapku dengan kerutan dikeningnya. "Kau tidak apa-apa?" tanya nya nampak cemas. Aku menggeleng cepat. Hantu itu masih di sampingnya. Aku berusaha menghiraukannya namun ia terus maju sampai tepat di depan wajahku. Aku terlonjak takut, membuat kepala sekolahku mundur selangkah menjauhiku.
Oh, aku takut. Aku tidak tahu bagaimana kedepannya bersekolah di sini. Hantu pertama cukup menyeramkan bagiku. Tapi aku optimis, aku harus sekolah.
Cahaya di sekelilingku meredup. Lalu selanjutnya, aku tidak ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another See Ghost
HorrorKetika kamu bisa melihat dan berkomunikasi dengan hantu, apa yang kamu rasakan? Bagi Annie hal semacam itu sudah biasa, walau rasa takut sering melandanya. Walaupun tidak mengerti kenapa ia ditakdirkan seperti ini, ia hanya bisa pasrah dan menolong...