Bibir itu tersenyum tipis,matanya menatap tajam objek yang ada didepannya. Jantungnya terus berdetak kencang,dan pikirannya sibuk menerawang jauh dan mengenang memori masa lalunya. Dalam hati dia terus bercakap sendiri mengagumi sosok pirang dengan peluh yang mengucur dibawah sinar matahari," rambutnya masih pirang,garis kumis kucingnya masih ada,matanya masih biru terang secerah langit,tapi....."pemuda bersurai raven itu kembali tersenyum. Sungguh pemandangan yang sangat langka,karena biasanya jangankan tersenyum bahkan bicarapun sangat-sangat jarang. Hanya orang beruntung yang bisa melihat pria berkulit pucat itu tersenyum. Lagi-lagi dia tersenyum tipis sangat manis,dan tatapan mata itu sangat teduh,menentramkan hati siapapun yang ditatap. Masalahnya yang jadi objek tatapan itu tidak menyadarinya,sipirang itu lebih asyik dengan bola basket ditangannya. Gerakannya sangat luwes dan bertenaga disaat yang bersamaan,wajahnya tersenyum penuh semangat. Perhatiannya teralihkan saat mendengar suara tepuk tangan dari pria bersurai raven.
Plok plok plok...
"Mengagumkan,"ujar pria berambut raven. Dengan langkah santai dia menghampiri si pirang. Namun yang dipuji cuek saja dan kembali melanjutkan permainannya.
"Bergabunglah dengan tim basket sekolah kita Naruto!"pinta siraven. Mendengar namanya disebut dia berhenti dan berkata,"apa kau mengenalku?"
"Kau bercanda,tentu saja,"
"Hohoho tapi maaf aku tidak mengenalmu,jadi jangan sok akrab!" Bohong,dusta Naruto tentu saja kenal pria bersurai raven itu. Meski ini hari pertama dia menginjakkan kaki di KHS tapi dia tau betul pria yang mengajaknya bicara,sosok pria yang selama 4 tahun ini selalu menghantui mimpinya,Uchiha Sasuke.
"Pembohong,"ujar siraven dengan senyum mengejek.
"Cih...Memangnya kau ini siapa sampai aku harus mengenalmu?"ujar Naruto memanas.
"Apa perlu aku membuatmu mengingatku?"
"Coba saja kalau berani!"jawab Naruto menantang Sasuke,tentu saja dengan senang hati Sasuke memenuhi permintaan Naruto. Dia berjalan mantap kearah Naruto,senyum tipis masih tersungging di bibirnya,dengan gemas dia mencubit kedua pipi Naruto.
"Ahhh sakit,apa yang kau lakukan lepaskan,"Sasuke tidak menghiraukan kata-kata Naruto,dengan gemas dia terus meremas pipi Naruto,"apa kau sudah mengingatku sekarang,dobe?"
"Ahhh teme sialan kau,sakit, lepas teme!!!"
"Ah jadi kau sudah ingat sekarang?" Sasuke terkikik geli sementara Naruto mengelus pipinya yang memerah akibat ulah Sasuke. Hal yang paling Naruto benci dari Sasuke adalah saat dia meremas pipinya dengan gemas. Dulu saat masih kecil Sasuke selalu mencubit pipinya gemas sampai dia menangis.Semua siswa dan siswi yang menyaksikan adegan ini sangat terkejut. Pangeran es disekolah bukan hanya tersenyum tapi juga tertawa riang dengan seorang murid baru di lapangan basket outdor. Beberapa murid mengabadikan momen ini dengan kamera ponsel,dan berita menyebar dengan cepat dikalangan sekolah.
"Jadi... bagaimana?"
"Apanya?"
"Bergabung dengan tim basket bersamaku,"
"Tidak tertarik,"Naruto melirik sebal sasuyang terus menatapnya dengan senyum aneh," kecuali....aku menjadi kapten tim,mungkin akan kupertimbangkan,"
"Akulah kaptennya,dobe. Aku yang akan memimpin dan melindungimu,"
"Kalau begitu lupakan saja!"Naruto dengan kesal meninggalkan Sasuke di lapangan,dia begitu kesal dengan Sasuke bahkan setelah 4 tahun tidak bertemu rasa kesal itu masih ada. Dalam hati dia mengumpat sahabatnya yang bilang kalau Sasuke sudah berubah.
"Cih apanya yang berubah,dia masih teme pantat ayam yang menyebalkan,awas saja kalau dia berani mem-bully q lagi. Kau lihat saja nanti teme pembalasanku untuk semua dosa-dosamu! Aku yang sekarang bukan aku yang dulu lagi,tidak ada lagi Naruto yang cengeng"ucap Naruto berapi-api.
.
.
.
.
.
Tiga hari berlalu, Sasuke masih setia meminta Naruto bergabung dengan tim basket. Setiap pagi,jam istirahat,jam pulang Sasuke pasti menghampiri Naruto. Sungguh Naruto merasa beruntung karena beda kelas dengan sipantat ayam,apajadinya jika mereka satu kelas? Bisa-bisa kuping Naruto meledak karena mendengar kalimat yang sama dari Sasuke,"bergabunglah" bahkan kata-kata itu sudah mulai menyerang setiap mimpinya. Dalam tidur dia terus mendengar kata"bergabunglah, bergabunglah, bergabunglah...."
"Ahhh diammmm, teme berhentilah menggangguku!" teriak Naruto frustasi.
"Kapan aku mengganggumu, Naruto?"Sasuke menjawab santai.
"Kapan kau bilang? Setiap hari setiap jam setiap menit setiap saat," masih dengan kobaran api frustasi.
"Wah hebatkan? Aku memang pantang menyerah,"
"Kau tidak tahu malu,berapa kali kukatakan aku tidak tertarik? "
"Tapi aku tertarik,"ucap Sasuke dengan senyum mengembang diwajahnya.
" Bukan urusanku,"
"Biarkan ini jadi urusan kita."
"Huh?????" Naruto sweetdrop seketika. Sasuke yang dikenalnya tidak seperti ini. Sasuke yang dia kenal sangat irit bicara,berwajah datar, egois, dominan dan.....suka mem-bullynya. Mungkin benar apa kata temanya Sasuke sekarang sudah berubah.
"Kau aneh sekali,atau jangan-jangan kau bukan Sasuke?"sontak Sasuke terbahak-bahak mendengar kata-kata Naruto,sungguh tidak Uchiha Sasuke sekali. Naruto semakin ngeri melihat Sasuke yang seperti ini.
" Sa... Sasuke,,," kali ini Naruto benar-benar khawatir. Dia memegang kedua bahu Sasuke berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang berada didepannya benar Sasuke. Seketika Sasuke berhenti tertawa berganti jantungnya yang berdegup kencang. Mereka bertatapan dan larut dalam pikiran masing-masing. Sasuke sangat mengagumi manik biru itu,larut dengan keteduhan yang dipancarkan manik biru itu. Sementara Naruto bergidik ngeri manatap manik kelam dihadapanya. Merasa tidak nyaman dia hendak melangkah pergi namun seperti dalam kisah romantis tangannya lebih dulu digenggam erat Sasuke,"apa?"tanya Naruto sewot.
"Kau mau kemana?"tanya Sasuke yang tidak rela Naruto pergi.
"Tentu saja balik ke kelas,memangnya mau kemana lagi?"
"Buru-buru sekali bel saja belum bunyi,"
"Kelasku berada diujung dan aku tidak mau terlambat,"
"Biasanya juga bolos,"kali ini Sasuke tidak bisa menyembunyikan senyum jahilnya. Dan pembicaraan ini terus berjalan dengan tangan keduanya yang masih berpegangan.
"Dengar teme, pertama-tama lepaskan tanganku,kedua aku tidak suka membolos,ketiga berhenti memintaku bergabung dengan tim basketmu,kecuali....aku jadi kaptenya. Kau mengerti,sekarang minggir!!!" Naruto menghempaskan tangan Sasuke.
"Kalahkan aku!"ucap Sasuke dingin. Naruto memiringkan kepalanya kebingungan semakin tidak mengerti jalan pikiran orang didepannya.
"Kita bertanding one on one,jika kau menang kau yang akan menjadi kapten tim basket kita,dan aku akan menjadi asisten pribadimu selama satu bulan,full,tanpa jeda,bagaimana?"ucap Sasuke memancing Naruto. Naruto diam sejenak memikirkan kata-kata Sasuke, tawaran yang sangat menggiurkan.
"Kau akan melakukan apapun yang kusuruh?"tanya Naruto.
"Tentu,"
"Semua yang ku minta akan kau turuti?"
"Apapun,"Sasuke tersenyum ah tidak dia menyeringai merasa senang buruanya menangkap umpanya.
"Baiklah aku setuju,ayo kita bertarung sampai titik darah penghabisan," Naruto semangat.
"Dobe,siapa bilang sampai titik darah penghabisan,kita hanya bertanding cukup 15 menit saja,jika kau bisa mencetak poin sekali saja kau menang."
"Kau meremehkanku y? Dengar ya teme cukup 3menit aku bisa mengalahkanmu."
"10 menit"
"Yang benar saja 5menit,"
"Deal." Sasuke menjabat tangan Naruto,senyum jahatnya mengembang,"tapi ingatlah jika kau kalah bersiap-siaplah mendesah dibawahku,"seketika tubuh Naruto menegang mendengar kata-kata yang dibisikkan Sasuke.Tbc...
😁😁😁😁😁😁😁😂😁😁😁😁😁😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😁😁😁😁😁