Bab II Finally I Know and Get Hurt

12 0 0
                                    

Dua bulan tak terasa duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Dua bulan juga aku tak berkomunikasi dengan Agus. Waktu yang singkat tapi terasa sudah lama sekali. Bagiku, dia bukanlah Agus yang kukenal dulu lagi. Aku sekarang hanyalah orang ketiga untuk Agus dan Vannia. Kenapa? Ya, karena sebulan yang lalu mereka memang sudah dekat dan sudah jadian sampai sekarang.

Bagiku semua ini terasa bertambah berat untuk ku terima. Tapi apa boleh buat aku tak bisa mengelak dari apa yang sudah terjadi sekarang. Asalkan sahabatku dan orang yang kucintai sudah bahagia itu sudah cukup bagiku. Walaupun sebenarnya harus aku yang menerima rasa perih ini. Sahabat atau cinta? Cinta atau sahabat? Pertanyaan itu yang selalu ada di pikiranku setiap saat. Kalau saja aku bisa memutar balikan waktu, mungkin aku tak akan merasa sesakit ini. Mungkin saja aku tidak akan gengsi atas perasaan ku terhadap nya. Dan mungkin saja dia akan lebih mengerti perasaan ku bahkan mungkin sahabat ku sendiri juga tidak akan menyukai nya apa lagi sampai pacaran seperti itu. Namun nasi telah menjadi bubur.

Aku hanya dapat menyanyi untuk melepaskan perasaan ku semua.

"Vierra-seandainya"

Seandainya kau tahu

Ku tak ingin kau pergi

Meninggalkan ku sendiri bersama bayanganmu

Seandainya kau tahu

Aku kan selalu cinta

Jangan lupakan kenangan kita selama ini..

Penantian ini berat rasanya. Apalagi saat-saat bersama nya dulu. Perhatiannya. Dan pelukan hangat nya dulu. Semua telah jadi kenangan yang tak akan pernah untuk terulang kembali. Mungkin ini semua salah akan perkataan dan sikap ku terhadapnya. 'Terima kasih ya. Tapi aku mohon jadikan ini yang terakhir dan jangan pernah terulang lagi hal ini. Bisa kan?'

Apakah gara-gara perkataan itu? dan itu lah yang benar-benar jadi terakhir? Senyuman terakhir, pelukan hangat dan kenangan manis bersama nya itu semua yang terakhir kalinya kah? Sungguh! Aku ingin itu semua lagi.

_-_-_-_-_-_-_-

"Kamu kenapa Rhyn? Sudah jangan menangis. Masalah tak akan selesai jika kamu terus menangis"

"Aku tidak menangis kok Van"

"Lalu itu apa kalau bukan menangis?"

"Aku tidak apa-apa kok Van. Serius deh" ^^

Vannia meninggalkan ku sendiri dan ia pergi menemui Agus. Mungkinkah Vannia akan bercerita kepada Agus? Dan mungkinkah Agus akan datang menghampiri ku dan bertanya 'kenapa?' aku rasa itu semua mustahil dan tidak akan terjadi. Bagaimana pun juga Agus sudah tak mempedulikan aku lagi.

Agus masuk kelas menggandeng Vannia dan menghampiri aku. Kali ini bukan Vannia lagi yang bertanya. Orang yang ku harapkan untuk bertanya. Agus!

"Kamu kenapa? Kamu sakit atau ada masalah?"

Belum kujawab Vannia yang menyela dan menjawab pertanyaan Agus "Dia bukan karena sakit tapi karena ada masalah. Biasa mungkin masalah dirumah dengan orang tuanya"

"Oh jadi karena masalah di rumah. Ya sudah kalau ada masalah jangan di bawa kesekolahan kan gak enak dilihat anak-anak yang lain"

Lagi-lagi belum sempat ku berbicara Vannia yang menjawab lagi "Ya dia nya juga bandel uda ku bilang sama dia jangan menangis di sekolah tetap saja begitu"

Kali ini aku benar-benar berbicara untuk menjawab mereka berdua "Sekali lagi aku ingatkan. Aku tidak apa-apa. Aku juga tidak ada masalah apa-apa. Dan terlebih lagi aku tidak menangis. Tolong jangan pernah memperhatikan aku seperti itu layak nya aku orang yang paling kasihan di sini! Ingat itu Agus!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang