이십삼

3.2K 611 41
                                    

Wonwoo meringis begitu Jun membersihkan lukanya. Cowok itu dengan telaten membantu Hanbin untuk mengobati luka Wonwoo. Jun melirik ke sebelah ranjang Wonwoo yang mendapati Soonyoung yang tertidur pulas.

Begitu selesai mengobati Wonwoo, Hanbin pamit untuk kembali ke kelasnya, menyisakan Wonwoo dan Jun yang duduk berhadapan di atas ranjang. Dan tak lupa, Soonyoung yang tertidur pulas di ranjang sebelah.

"Kalo dulu, luka lo yang diobatin sama Jeje. Gue ada di ranjang yang Soonyoung tidurin. Eh, sekarang gue yang ngobatin," Jun memecahkan keheningan. Dia melekatkan plester di dahi Wonwoo.

Wonwoo hanya tersenyum perih. Mengingat saat Jeje yang mengobati lukanya. Saat dia masih belum lancar berbicara seperti sekarang.

"Pacar lo mau pergi, Jun. Lo tau nggak?"

Jun mengangguk. Tentu saja dia tahu, karena dia kekasih dari Jeje. Jun bahkan tahu terlebih dulu dari mulut Joshua saat pertama kali Jun mengatakan bahwa Jeje kini resmi menjadi kekasihnya. Maka dari itu, Jun seolah membantu Jeje agar dia tidak pindah ke Amerika. Namun, dia gagal dalam tugasnya.

Mereka terdiam cukup lama. Jun terlalu sibuk mengobati luka di siku Wonwoo. Suasana benar-benar hening dan hanya ada suara dengkuran halus dari mulut Soonyoung.

"Kalo gue ngelepas Jeje, lo mau apa, Woo?"

Wonwoo menatap Jun tidak mengerti. Dia menaikkan sebelah alisnya.

"Gue ngerasa berdosa udah ngambil Jeje dari lo," lanjut Jun. Kini, dia bangkit dari duduknya dan membereskan semua peralatan yang sudah digunakan.

Wonwoo hanya bisa diam. Masih berpikir apa maksud dari perkataan Jun. Sebenarnya dia paham, hanya saja dia menunggu Jun menjelaskan lebih detail.

"Maksud lo apa, sih, Jun?"

Jun hanya tersenyum. "Gue ngelepasin Jeje."

Dada Wonwoo sakit. Tenggorokannya membeku seketika, tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Gue ikhlasin Jeje dan lo bahagiain dia, bisa?"

Apa itu artinya Jun benar-benar melepaskan Jeje sepenuhnya?

"Cinta kalian terlalu kuat, sampe nggak bisa gue hancurin pake cara apapun. So, gue nyerah."

"Itu cuma asumsi lo doang, Jun! Jangan ngomong yang aneh-aneh! Udah jelas Jeje milih lo," sergap Wonwoo.

Jun menggeleng pelan. "Raganya milik gue, tapi hatinya milik lo, Wonwoo."

Mata Wonwoo membulat sempurna. Dia harus mengambil kesempatan yang Jun berikan padanya kali ini.

"Sekarang, lo tau, kan, apa yang harus lo lakuin?"

Wonwoo mengangguk. Dia langsung turun dari ranjangnya dan bergegas keluar dari uks. Dia menunggu dua puluh menit terakhir menuju bel pulang sekolah.

Dia harus membuktikan Jeje tidak bersalah. Dan juga harus membuktikan kalau dia memang pantas untuk adik perempuan Joshua.

===

Joshua masih menunjukkan wajah garangnya. Dia masih beranggapan ketiga telepon yang ia terima dari sekolah, pasti ada ulah dari Wonwoo juga. Tapi, dia masih tetap bersikukuh mengirim pulang Jeje ke rumah mereka.

Jeje hanya terdiam mengekori setiap langkah Joshua yang mulai memasuki apartemennya. Joshua langsung mendelik mendapati siapa yang tengah berbaring di sofa mereka.

"Akhirnya, presiden kita pulang!" seru Jeonghan sambil memasukkan kacang ke dalam mulutnya.

Joshua menatap malas Jeonghan di depannya. Sudah sering dia mendapati Jeonghan yang entah bagaimana bisa masuk ke dalam apartemen yang terkunci. Jeonghan memang sering melakukan hal itu di dalam apartemen Joshua maupun Seungcheol.

Ciao Wonwoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang