26. The Unwanted Kiss
"Claire, menurutmu bagaimana cara mendapatkan kepopuleran dalam satu hari?" tanya Diana iseng pada Claire yang mengobati kukunya yang cedera karena melakukan latihan split-flit kemarin.Dua bulan Claire menjadi anggota baru cheers membuatnya semakin sibuk. Latihan saat sepulang sekolah dan akhir minggu merupakan rutinitas barunya setiap hari.
"Tsk. Gampang. Aku pikir salah satunya menjadi pemimpin cheers yang mana bisa dilakukan beberapa tahun lagi. Atau... kau harus mencium seseorang yang terkenal di sekolah. Aku yakin besok kau akan terkenal keesokan harinya, Dee," jawab Claire basa-basi.
Steph yang makan dengan tenang menunjukkan wajah jijik yang dibuat-buat. "Ew, aku pikir itu hal paling konyol yang pernah kudengar. Kupikir mencium lelaki seperti Louis yang notabene captain football di sini hanya akan membuatku dibully oleh penggemarnya."
Diana dana Claire tertawa keras, "Tentu saja, Steph. Kalau ia menciummu berarti dunia sudah terbalik," iseng Diana yang membuat Steph cemberut.
Megan yang baru saja datang, menyapa mereka bertiga. "Hai, girls."
"Megan," sapa Diana lalu memeluk Megan di sebelahnya. Dua hari ini Diana tidak masuk karena sakit.
"Kau yakin sudah sembuh, Dee?" tanya Megan khawatir.
"Hmm, sakit kepalaku sudah hilang. Tenang saja, aku sudah ke dokter memeriksakannya." Megan mengangguk kala mendengar.
"Jadi? Bagaimana hubunganmu dengan Sean, Megan? Kalian sudah pacaran?" tanya Diana penasaran. Ia telah mendengar banyak gosip yang mengatakan Sean sering menggoda Megan di kelas. Seperti kemarin-kemarin, ia mengirimkan Megan bunga.
Megan tertawa kaku, "Tidak ada apa-apa antara aku dan dia, Dee."
Diana dan Steph saling pandang, sedang Claire menatap Megan dengan ekspresi yang tidak bisa didefinisikan.
"Katakan pada kami kalau dia macam-macam, Megan," ucap Claire dari tempatnya duduk.
Diana tertawa, menyenggol pelan lengan Claire, "Hey, Claire, jangan terlalu posesif. Biarkan Megan bersenang-senang sedikit."
Melihat sikap Claire yang berlebihan, Megan ikut tertawa bersama Diana dan Steph.
***
Kelas Megan hari ini sudah berakhir.
Ia memikirkan pertanyaan Diana yang tidak masuk akal di kantin tadi.
Sejujurnya, saat pertama kali Sean ke rumah Megan untuk mengerjakan tugas bersama, ia merasa tidak nyaman karena lelaki itu sering menganggunya.
Tapi semakin sering hal itu terjadi, selama dua bulan ini Megan menjadi terbiasa. Ia bahkan sering dititipkan bunga di loker atau surat lucu yang membuat ia merinding, jijik sekaligus tertawa geli. Membuat ia lupa dengan masalah yang terjadi dengan ayahnya di rumah.
Ia jarang bertemu Dave belakangan ini, sikap Dave kadang menjadi dingin padanya. Mungkin karena latihan football yang menyita waktunya jadinya mereka jarang bertemu lagi. Megan sebenarnya bingung dengan sikap lelaki bermata hazel itu yang tidak bisa diduga, dengan kata-katanya atau cara matanya memancarkan sesuatu.
Pikiran Megan terusik lagi akan Dave. Ia merasa bersalah pada Claire, entah karena ia tahu Claire mengidolakan Dave atau karena ia juga merasakan sesuatu yang aneh pada lelaki itu.
"Megan," teriak seseorang di belakang, membuyarkan khayalannya. Saat Megan menoleh, ia mendapati Sean Foster sedang berlari ke arahnya.
Megan menghela napas malas.
"Ada apa? Tugas kita minggu ini sudah selesai, Sean."
"Kau sibuk akhir pekan ini?" tanya Sean buru-buru. Sebenarnya kalau dilihat dengan seksama, Sean Foster termasuk idola baru tahun pertama di sekolahnya, apalagi ia anak kepala sekolah meskipun ia sering membuat masalah.
Megan menggeleng pelan. "Tidak."
"Kalau begitu temani aku menonton pertandingan football. Akhir pekan ini tim sekolah kita yang bermain. Kau mau 'kan?" tanya Sean lagi.
Megan berpikir. Mungkin ia bisa melihat Claire juga di sana. Meskipun masih anggota baru, Megan yakin Claire punya kemampuan untuk menaklukkan coach. Ia ingin sekali melihat Claire beraksi.
"Baiklah," jawab Megan cepat, mengiyakan ajakan Sean untuk pergi bersama mungkin tidak terlalu buruk.
Suasana sekolah hari ini masih ramai karena masih jam istirahat. Saat Megan merasa Sean telah selesai dengan urusannya, Megan berbalik untuk beranjak ke kelas.
Tapi Sean memanggil lagi, "Megan?"
Megan berbalik.
"Terima kasih telah 1menerima ajakanku," ucap Sean tersenyum miring. Megan belum sempat menolak saat Sean menarik tubuhnya dan selanjutnya Megan merasakan bibirnya yang bersentuhan dengan sesuatu.
Matanya mengerjap. Setelah ia tersadar, Sean telah menciumnya singkat di tengah kerumunan orang.
Megan gelagapan.
Tak tahu harus bereaksi apa. Megan hanya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dan menemukan sosok yang sedang menatapnya berdiri di kejauhan. Tangannya masih dipegang oleh Sean yang masih belum bergerak dari tempatnya dicium tadi.
Dave.
Sungguh Megan ingin mengubur Sean hidup-hidup karena ia telah merebut ciuman pertamanya.
10082017
With Love
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Feelings (Semua Orang Punya Luka)
Короткий рассказ#TrueShortStory Some feelings are left unsaid. Megan dan Owen adalah sahabat sejak kecil. Saat hubungan mereka semakin akrab, Megan yakin menyukai Owen, secara diam-diam. Ia menyimpan rasa sukanya itu untuk waktu yang lama. Tapi sayang sekali, sahab...