Saat istirahat pelajaran sekolah, banyak yang mengelilingi mejaku dan meja Rian. Jujur saja, aku sebenarnya males menghadapi orang-orang kepo. Beda dengan Yumi karna dia temanku dari kecil.
"Sorry, gua ga bisa jawab pertanyaan lu orang, biar Rian aja yang jawab," ujarku dengan tanda peace dan senyum tentunya. Aku pun keluar dari kerumunan mejaku menghampiri Rian. Terdengar suara-suara mereka yang kecewa.
"Sini, ikut gua," perintahku dengan menarik lengannya. Dan lagi-lagi semua mata tertuju ke arah kami tanda penasaran dan suara ejekan menggoda kembali membuat isi kelas gaduh.
"Harus lu umbar gitu? Apa lu gapapa kalo Kak Stella juga tau?" Kataku dengan nada kesal di ujung koridor kelas.
"Karna gua tau apa yang gua mau, dan lu uda bilang kalo gua boleh manfaatin hubungan ini kan?" Tegasnya dengan raut muka yang serius.
"Iyaaa, ta-tapi.." kalimatku terhenti karna dia memegang pundakku dan menyeletuk.
"Lo tenang aja, gua akan buat Kak Stella berpaling sama gua, dan Kak Devin berpaling sama lu. Oke?" Ujarnya dengan tampangnya yang cool.
"Emang planning lu apa? Dan lu yakin bisa buat mereka berpaling?"
"Pokoknya kita jalanin sandiwara ini dengan serius, lu tenang aja, pulang sekolah jangan kemana-mana, gua mau anter lu pulang," tutur dia dengan santai dengan menepuk pipiku dan berjalan melewatiku menghampiri Randy.
Dari kejauahan, Rian terlihat santai dan dia lebih banyak tertawa lepas bersama dengan Randy. Bukannya dia ga ramah, tapi dia hanya lebih sering tersenyum jika bersamaku.
Aku berjalan ke atap sekolah. Disanalah aku lebih banyak menghabiskan waktu mendegarkan musik, makan siang, belajar maupun melihat kak Devin yang selalu melakukan banyak aktivitas di lapangan olahraga melalui pagar batas tembok.
Disini tidak begitu ada banyak murid, mungkin karna cuaca yang terik maupun lantai yang berupa aspal membuat kotor pakaian jika kita mendudukinya. Tapi aku nyaman dengan semua itu, kalau terik aku duduk di bawah payung besar yang kubawa dan tentunya jika hujan aku hanya berada di ruangan kelas atau duduk di pinggir lapangan yang tersedia kursi penonton panjang berbaris seperti tangga yang akan padat jika ada pertandingan futsal maupun basket.
"Cecil, Rian mana? Koq ga bareng lu?" Celetuk Yumi yang langsung duduk disampingku dengan bekal makan siangnya.
"Dia lagi sama Randy, gua cuma selingkuhannya mungkin, kenapa? Kangennya sama Rian ya?" candaku.
"Habis akhir-akhir ini lu lebih seringnya sama dia, gua dilupain. Emank bener ya kata pepatah, jika punya pacar, teman akan dilupakan," ejeknya dengan muka cemberut yang sengaja dibuatnya.
"Gua kan ada nginep rumah lu ya 2 minggu lalu, grrr," protesku.
"Iya, iyaa. Yang baru jadian galak amat.. wooo," ujarnya dengan menyenggolku dan aku balas menyenggolnya. Kami pun tertawa bersama dan sama-sama mulai membuka bekal lalu memakannya.
Yumi Jessica, teman yang sangat aku sayangi. Aku beruntung kenal Yumi, karna kami sama-sama anak tunggal dan dia selalu menemaniku disaat aku sedih begitu juga denganku kepadanya. Aku juga sudah akrab dengan keluarganya begitu juga sebaliknya.
Bel pun berbunyi menandakan jam istirahat sudah selesai. Aku dan Yumi pun kembali menuju ke kelas begitu juga dengan murid lainnya. Tepat saat memasuki kelas, Kak Devin menghampiriku.
"Cecil," panggilnya yang membuat Yumi juga melirik kepadanya.
"Gua masuk duluan ya," ujar Yumi yang aku bales dengan anggukan dan sekilas aku melihat mata yang tertuju ke arah kami dari dalam kelasku, tak lain adalah Rian dan teman-temanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wish to Be Happy
Novela JuvenilAku menyukai kakak kelasku yang sudah punya pacar, setiap kali melihatnya aku merasakan kesedihan dan hatiku terasa hampa. Aku hanya ingin bahagia, cuma sesimple itu. Aku merasa diriku sudah gila dengan mengajak Rian untuk menjadi pacar palsuku, dia...