Sesampai di rumah Bia, Bilha memperhatikan sekeliling ruang tamu dan beberapa hal lainnya. Bukan bermaksud untuk tidak sopan. Hanya saja, tidak ada panjangan foto di dinding tiap sudut ruangan. Bahkan rumah besar yang ia datangi nampak sunyi. Seperti tak ada makluk hidup yang tinggal di rumah besar ini. Seakan-akan ia sedang memasuki ruang kosong yang dihuni oleh para hantu. Menyeramkan.
Hanya saja gambaran yang ada dirumah Bia bukan menyeramkan. Melainkan kesepian.
"Gue ganti baju dulu." ujar Bia sesaat membiarkan Bilha dan Ziko duduk di ruang tamu.
Selepas kepergian Bia, Bilha masih memperhatikan rumah besar ini. Bahkan saat ia menuju ruangan mungkin ruang keluarga, tetap saja tidak ada pajangan foto. Seakan-akan sengaja disembunyikan.
Untuk pertama kalinya, Bilha mengertahui ada rumah yang sama sekali tak nampak foto keluarga.
"Bilha, diem napa? Rumah orang ini." gerutu Ziko yang memanggil Bilha untuk kembali ke ruang tamu.
Bilha hanya memanyunkan mulutnya. Ia hanya penasaran. Itu saja.
"Zik, elo kenal Bia sejak kapan?"
"Umur enam tahun mungkin. Kenapa?"
"Bia gak punya saudara? Atau anak tunggal kayak gue? Sepi bener rumahnya." tanya Bilha lagi.
Sejenah, Ziko terdiam. Rumah ini menjadi sunyi semenjak Brian pergi. Bahkan jika hanya ada Brian dan Bia, rumah ini tetap akan ramai karena alunan nada milik Brian yang melenyapkan suasana sepi.
"Ziko... hey.... gue nanya..." kibasan tangan Bilha langsung menyadarkan Ziko.
Ziko menghela nafasnya sejenah, Bilha setidaknya harus tau alasan Ziko ingin berada disisi Senjanya. "Bia punya satu kakak. Namanya Brian. Beberapa bulan yang lalu, Brian mengalami kecelakaan dan...." Ziko menggantungkan ucapannya. "meninggal karena operasi gagal." Lanjutnya.
Bilha terdiam.
Hal yang paling menyakitkan adalah kehilangan. Kehilangan dari dunia ini.
"Gue ingin ada disisi Senja, agar Senja gak larut dalam kesedihannya. Lo tau, Brian adalah satu-satunya orang yang Bia sayang. Bia memang punya orang tua, tapi gue gak tau pasti keadaan orang tuanya, Brian melarang gue bertanya tentang orang tuanya pada Senja. Brian hanya mau, gue terus berada disamping Senja. Bahkan saat Brian pergi, maupun Senja gak ingat tentang gue." Cerita Ziko mengenai kejadian yang masih mengenang dalam benaknya.
Bagaimana saat pertama kali ia bertemu, saat ia kenal dengan Brian. Bahkan permintaan Brian untuk menjaga adiknya. Namun, karena pekerjaan orang tuanya, Ziko pergi dan tak lagi berada disisi Senja.
Hingga ia kembali dan mengetahui tentang kejadian yang menimpa Brian juga Bia.
"Bia beneran gak ingat tentang lo? Dan lo gak ada niat untuk memberitahunya?"
Ziko menggelengkan kepalanya, "gue gak mau Senja ingat dengan masa lalunya. Karena Senja yang dulu sangat berbeda dengan Senja yang sekarang."
"Maksud lo?"
"Autisme. Senja dulu mengalami penyakit autis. Tapi austismenya berbeda dengan kebanyakan mereka yang mengalaminya. Penyakit Senja akan kambuh jika mendengar suara teriakan. Senja hanya takut dengan suara teriakan. Ada juga yang bilang itu phobia."
Bilha langsung menutup mulutnya tak percaya.
Wajah ceria dan bahagia yang terpancar milik Bia takkan menyangka jika mengalami masa lalu yang sulit.
"Makanya Brian selalu membawa Senja ke pantai. Di pantai, suara teriakan gakkan ada. Demi menyembuhkan adiknya, Brian terus menjaga Senja agar tidak kambuh. Saat itulah untuk pertama kalinya gue bertemu dengan Senja juga Brian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling
Teen FictionTentang rasa yang terikat pada takdir. *** By vebia Highest rank #26 melupakan Highest rank #7 musibah