Pilihan Sulit

747 129 14
                                    

"Nggak ada paksaan yang harus dipenuhi. Karena sebuah keterpaksaan yang dipenuhi hanya akan menimbulkan rasa sakit. Tidak akan ada kata bahagia dalam sebuah paksaan"

_Mondy_


***


"Mau kemana lo?" tanya Raffi menghentikan langkah Raya,

"Mau keluar sebentar."

"Malam-malam gini? Sendirian?"

Raya menganggukkan kepalanya.

"Biar gue temenin. Nggak baik cewek keluar malam-malam sendirian."

"Gue berani kok sendiri. Udah biasa juga."

"Gue nggak nerima penolakan ya. Lo tinggal di rumah ini, dan semua yang ada di rumah ini adalah tanggung jawab gue."

"Oke. Lo boleh nemenin gue." Raya mengalah. Ia sedang tidak ingin berdebat. Karena ia yakin, di tempat yang berbeda nanti akan terjadi perdebatan hebat. Dan itu jauh lebih membutuhkan energi ketimbang ini.

Raya pun pergi bersama Raffi. Mengingat hari yang sudah malam, mereka pun memilih pergi dengan mengendarai mobil milik Ami. Meski awalnya mendapat penolakan dari Raya, tapi rasa malas untuk berdebat membuat gadis itu lagi-lagi menurut. Sebenarnya bukan tanpa alasan cowok bertubuh tinggi tegap itu memilih memakai kendaraan beroda empat itu. Selain angin malam yang tidak baik bagi kesehatan, ia tahu kondisi gadis itu sedang tidak baik saat ini. Secara fisik mungkin terlihat tidak apa-apa. Namun secara batin, ia sedang tidak baik-baik saja. Ia cukup ingat kejadian tadi siang di danau.

"Ekhm..."

Deheman Raffi menyadarkan Raya dari lamunannya.

"Lo ngajak gue kesini, cuma buat liatin lo ngalamun?"

"Gue kan nggak nyuruh lo buat ikutin gue?"

"Terus, maksud lo ngajak gue pergi dari kampus lo tadi apa? Ou, gue tahu, lo ngajakin gue pergi buat ngindarin cowok lo tadi kan?"

Raya menoleh ke arah Raffi. Membuat kedua mata itu saling bertemu dan menatap sekian menit. Dalam hitungan menit itulah, Raffi dapat melihat ada sesuatu yang tengah mengganggu hati maupun pikiran gadis manis di sampingnya tersebut. Sorot ceria yang selalu ia tunjukkan, tidak nampak siang ini. Keduanya redup, bahkan nyaris padam.

"Aduh, kok tiba-tiba gue laper ya. Ternyata duduk aja bikin laper ya. Cari makan yuk!"

"Ayo!!!!" Raffi menarik tangan Raya karena tak respon dari yang bersangkutan.

Sebenarnya Raffi tidak merasa perutnya meminta jatah makan. Hanya saja, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana saat melihat kemuraman Raya. Ia belum lama mengenal gadis itu. Namun setahu dia, sejak pertama mereka bertemu, Raya adalah sosok gadis manis yang tomboy dan pemberani. Kedua matanya begitu hidup penuh dengan keceriaan dan semangat. Namun hari ini, semua itu seperti hilang. Ia tidak menemukan satupun dari sekian kesan-kesan tersebut.


***


Mobil berwarna putih itu berhenti disebuah kafe. Sepertinya Raya ingin menemui seseorang di tempat tersebut. Ia pun segera masuk diikuti Raffi di belakangnya. Dan benar rupanya. Seorang laki-laki yang tak asing lagi di indera penglihatan Raffi telah menanti di sana. Sebenarnya ia sudah menduga kalau gadis manis itu pasti akan menemui laki-laki ini.

Semoga ini bisa membuat Raya menjadi lebih baik. Lirih batin Raffi berharap.

"Ray!" sapa laki-laki itu. Raut wajahnya berubah begitu melihat Raffi di belakang Raya. Ekspresi tidak suka dan sejenisnya itu tergambar jelas di sana. Dan itu cukup disadari oleh Raya.

The Story of R2MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang