Part 22 - Hadiah dari Allah

6.5K 320 8
                                    

Disetiap luka pasti tersirat bahagia. Hanya saja kita tak menyadarinya. Bahagia itulah yang menjadi hadiah dari luka kecewa
- Ahmad Fatih -

^FatihPov

Mungkin pria terlihat kuat dengan tubuhnya. Tapi, ketahuilah kaum kami pun mempunyai hati yang bisa terluka. Kekecewaan yang bisa meneteskan air mata.

Begitu denganku, fakta menyakitkan itu telah merenggut senyumku. Melukiskan goresan luka di dalam hatiku. Luka yang juga melukai istriku.

Kenyataan itu terus saja berputar di kepalaku. Aku benar-benar muak mengingatnya. Setiap kali aku mengingatnya, ingin sekali rasanya aku lenyap dari bumi ini.

Kulihat istriku yang kini memejamkan matanya di sampingku. Setitik air mata itu pun melintas begitu saja.

Maafkan aku sayang. Aku benar-benar tak sanggup menerima kenyataan menyakitkan ini. Maafkan aku bidadariku. Lirihku mencium keningnya.

Merasa di usik ia pun membetulkan posisi tidurnya menghadapku. Dengan segera aku membalikan tubuhku membelakanginya. Aku tak ingin dia melihat air mata ini. Aku sungguh tak ingin membuatnya bersedih.

Saat pagi menjelang aku bergegas ke kamar mandi. Kemudian melaksanakan shalat subuh. Setelah shalat aku menuju ke lemari pakaian untuk mengambil baju. Saat aku mengambil baju yang ku pilih, baju yang lain ikut tertarik hingga jatuh berantakan.

"Fatih, biar aku yang membereskannya" ujar Nadzifa setelah selesai menunaikan shalat subuh.

"Tidak usah, biar aku yang bereskan" ucapku tersenyum memindahkan tangannya dari baju-bajuku.

Ia menatapku sesaat. Mukanya memerah. Hingga..

"Stop Fatih stop. Berhenti bersikap seperti ini. Aku muak melihatmu tersenyum dengan luka. Aku Benciii" teriaknya.

Jujur ingin sekali aku mengejarnya. Tapi kenyataan itu kembali menguasaiku. Hingga kaki ini melumpuh seketika. Aku hanya terduduk lemas di samping ranjang. Mengacak rambutku frustasi.

Hingga seseorang menghampiriku. Siapa lagi kalau bukan bidadariku. Kulihat hidungnya memerah. Sudah bisa di pastikan istriku habis menangis. Dan aku adalah penyebabnya.

Brengsek kau Fatih brengsek. Rutukku.

"Maaf"

Hanya itu yang bisa mewakili perasaanku. Mendengarnya ia berbalik. Menjatuhkan tubuh mungilnya ke pelukanku. Aku mengeratkan pelukannya. Seolah tak ingin ia pergi lagi. Aku benar-benar tak menginginkan dia pergi.

"Fa-Fatih"

"Hemm" ucapku melepas pelukannya kemudian menangkup wajahnya.

"A-aku"

Ia menunduk dan menggigit bibir bawahnya gugup. Ia menelan salivanya. Kemudian meninggalkanku sendiri. Aku mengernyitkan dahi heran.

"Sayang kau sedang apa?"

Ia tak menjawab. Ia berbalik menghampiriku. Menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Sebelum memberikan benda tipis panjang berwarna putih yang memiliki 2 garis merah.

"Sa-sayang" aku menatapnya tak menyangka. Ia mengangguk pelan.

Dengan segera aku menariknya ke dalam pelukanku dan mengelus perutnya pelan. Di dalam perutnya, ada buah hatiku. Terima Kasih Yaa Allah. Ini adalah hadiah terindah

"Terima kasih sayang. Terima kasih" lirihku. Ia mengeratkan pelukanku.

"Hadiahnya mana?" Tanyanya.

"Kau mau apa? Pasti akan aku beri" mendengarnya ia tertawa pelan.

"Kau tampak serius. Aku tidak ingin apa-apa. Aku hanya ingin kau selalu tersenyum bahagia seperti ini, suamiku"

"Tapi sayang, saat aku menanyakan padamu kau sudah shalat ashar atau belum. Kau bilang sedang tidak shalat?"

"Maaf, tadi aku asal menjawab. Aku ragu untuk memberi tahukan padamu perihal kehamilanku ini. Aku tak ingin menambah bebanmu lagi Fatih. Maafkan aku. Aku tak bermaksud" jawabnya menunduk.

Aku pun menangkup wajahnya dan mencium keningnya. Maafkan aku sayang. Maafkan aku membuatmu seperti ini.

Antara Aku, Kau dan QabiltuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang