Max’s pov.
Pagi ini, setelah peristiwa itu terjadi, langit ikut berduka dengan meneteskan airnya, mengiringi kepergian kak Ares.
Begitu juga dengan kami, yang juga sangat-sangat merasa kehilangan, terutama kak Belona.
Setelah kematian kak Ares, kak Belona membisu, hanya sesekali melirihkan nama kak Ares. Air matanya telah mengering, tetapi matanya tidak berhenti memancarkan kesedihan.
Kami menguburkan pistol kak Ares, sebagai tanda penghormatan kami atas kepergiannya. Setelah itu, kami pergi meninggalkan rumah singgah yang sudah hampir hancur separuh.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Jakarta ~ sesuai dengan rencana kak Ares ~ dengan berjalan kaki sembari mencari kendaraan.
Adinda’s pov.
DUAARRR!!!!
Suara ledakan tersebut memekakan telingaku, lantas aku langsung menutup telingaku dan berjongkok.“Apa itu?” tanya Adit.
Aku hanya menggelengkan kepalaku.
Kemudian kami melihat kepulan asap tebal di langit, tidak jauh dari tempat kami berada.
“Ayo kita lihat” ajak Adit yang mulai berjalan menghampiri kepulan asap itu.
Aku hanya menganggukkan kepala kemudian mengikuti Adit.
Sebuah rumah mewah hancur dan terbakar.
Itulah yang kami lihat. Jadi ini penyebab suara ledakan tadi.
Naia’s pov.
Aku membantu kak Belona berjalan. Kakinya yang terluka menyebabkan ia susah berjalan sendiri.
Dari tadi dia hanya diam saja, bahkan saat aku menyentuh luka di kakinya, ia tidak terlihat kesakitan. Sepertinya ia sangat terpukul dengan kematian kak Ares. Kuduga mungkin kak Belona menyukai kak Ares, tidak jarang aku melihat kak Belona diam-diam memperhatikan kak Ares. Kalau memang benar kak Belona menyukai kak Ares, aku bisa mengerti kenapa ia sangat terpukul. Karena aku juga pernah mengalaminya.
“Eh eh eh..” kataku saat merasa kak Belona perlahan-lahan semakin berat dan akhirnya jatuh ke tanah.
BRUUKK!.
“Max!” panggilku.
Max yang berjalan di depan bersama Indra, segera menghampiriku di belakang.
“Ada apa?” Max bertanya.
"Sepertinya Dia pingsan" kata Indra.
Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menunggu kak Belona sadar.
Tiba-tiba, aku merasa mau buang air kecil.
Sial.
Tidak ada toilet umum di sini.
Kulihat di sisi jalan banyak semak-semak yang cukup lebat, sehingga kalau aku melaksanakan panggilan alamku di sana, tidak akan kelihatan.
Aku menoleh dan kulihat sepertinya teman-temanku sedang tidur siang atau apalah di bawah pohon rindang. Akhirnya kuputuskan untuk menuju semak-semak lebat itu karena aku sudah tidak kuat menahan lagi.
Setelah selesai, aku keluar dari semak-semak, kemudian ku lihat teman-temanku tidak ada di tempat terakhir kali aku melihat mereka.
"Kemana mereka?" kataku.
Aku mondar-mandir mencari mereka, tapi tetap saja batang hidung mereka tidak terlihat sama sekali.
“Grrrrhhhh…”
KAMU SEDANG MEMBACA
3012
Mystery / Thriller90% penduduk Indonesia telah terinfeksi sebuah virus mematikan. Hanya beberapa orang saja yang masih bertahan. Segerombol remaja SMP yang bertahan hidup bertemu dengan 2 warga negara asing yang terjebak di Indonesia. Bersama-sama mereka berusaha ber...