Setiap nama yang diberikan orang tua, terselip doa yang telah dipanjatkan pada Tuhan.
Seruni mengaduh kesakitan berkali-kali dari beberapa jam yang lalu. Rasa mulas di perutnya semakin tak tertahankan. Ia akan melahirkan hari ini.Suaminya dan Mamanya tengah menggenggam tangannya, memberikan kekuatan.
Sekarang ia tau, perjuangan seorang Ibu untuk melahirkan anaknya. Bertarung hidup dan mati. Dan rasanya, ia ingin mati sekarang karena tak kuat menahan sakit.
Kontraksi itu datang setiap lima menit sekali, keringat sudah membanjiri tubuhnya.
"Sakit banget," keluhnya pada Mama dan Suaminya.
Hesty masih mencoba menenangkan anak perempuannya itu dengan sabar. Mengingat usia anaknya yang bahkan belum sampai dua puluh tahun. Mengusap-usap tangan anaknya, dan juga mengelap keringat di kening anaknya.
Sedangkan Rangga, dia berusaha menenangkan Seruni padahal dirinya sendiri pun panik bukan main.
Saat Ibu Mertuanya menyuruh Seruni untuk menarik nafas dalam-dalam, tanpa sadar dirinya pun ikut menarik nafas dalam-dalam. Setiap Seruni mengeratkan genggamannya karena sakit saat kontraksi, dahinya pun ikut mengernyit. Seakan ikut merasakan kesakitan Seruni.
Rangga terlihat konyol di mata Leo.
Ingin sekali rasanya Leo mencaci sahabatnya itu, tapi diurungkan karena suasana yang sedang genting-gentingnya.
"Mah, Seruni ngga kuat, ini sakit banget," keluh Seruni lagi saat benar-benar merasakan perutnya mulas.
"Kuat sayang, kamu pasti kuat." Hanya itu yang mampu Rangga ucapkan.
Dan satu pukulan halus mendarat tepat di puncak kepala Rangga. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Leo?
"Kuat-kuat aja lo ngomongya, lo enak buatnya, adek gue yang sengsara."
Rangga bingung harus merespon apa. Genggaman tangan istrinya yang menguat membuatnya menjadi orang linglung.
"Leo!" tegur Hesty. Kesal dengan tingkah laku anak sulungnya. Bisa-bisanya bicara begitu disaat adiknya kesakitan. Bukannya menenangkan, malah ngomel-ngomel.
"Aku panggil dokter dulu, deh." Putus Leo lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan dengan santai.
Sedangkan Seruni di tempatnya ingin mencabik-cabik Rangga dan Leo. Tiba-tiba rasanya Seruni ingin bertukar posisi dengan dua laki-laki itu. Agar bisa merasakan sakit yang ia rasakan sekarang.
Sekarang ia benar-benar menyesal, pernah hampir tidak memilih tinggal bersama orang tua kandungnya. Harusnya, dia merasakan ini daridulu agar tidak menyakiti hati kedua orang tuanya. Terutama Ibunya.
Kasih Ibu memang tak terhingga.
Cinta Ibu seluas jagad raya.
Itu yang Seruni rapalkan dalam hatinya.
Ia berjanji, tidak akan pernah melawan atau menyakiti hati Hesty lagi. Tapi, ia juga tak melupakan kebaikan Tuti—ibu angkatnya yang sudah balik ke desa.
"Mah, Seruni minta maaf ya." Sesal Seruni saat melihat wajah panik Hesty.
"Udah jangan pikirin apa-apa," kata Hesty mengerti kemana arah pembicaraan anak perempuannya ini. "Kamu yang tenang, Mama akan selalu ngedampingin kamu."
Seruni mengangguk. Air matanya karena kesakitan sekarang bercampur dengan air mata sedih campur bahagia.
Kontraksi masih menyerangnya, membuatnya kaget karena tak pernah merasakan sakit seperti ini. Bukan hanya perutnya yang sakit, bahkan sekarang bagian bawah punggungnya pun ikut terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS [1] : Night Accident ✅
RomanceIni tidak seperti dongeng Cinderella yang menghadiri pesta dansa, sepatunya tertinggal dan Pangeran mencarinya. Ini bukan tentang Belle yang dikurung dalam istana Pangeran Buruk Rupa lalu mereka berdansa dan saling mencintai. Ini tak serumit itu. In...