Olimpiade akan di laksanakan dua minggu lagi, maka dari itu Gilang harus berada di lab biologi bersama peserta-peserta lomba lain nya. Grafisa yang melihat Gilang duduk di antara anak-anak berprestasi itu sedikit tertawa. Menurut nya, Gilang yang duduk manis di antara anak-anak pendiam nan pintar itu bukan 'Gilang' nya. Tapi, ia senang akan hal tersebut.
Gilang juga merasakan hal yang sama, ini pertama kali Gilang duduk manis mendengarkan guru berbicara. Ini pertama kali Gilang mengunjungi lab biologi di jam istirahat, bukan ruangan BK. Di tambah, bukan nasihat membosankan lagi yang di bicarakan oleh guru nya, melainkan bimbingan olimpiade. Sungguh aneh, bukan?
Laki-laki itu tidak mengenal siapa-siapa yang ada di kelas ini. Kecuali kepala sekolah, Bu Eka, Bu Junidah, dan Pak Junaedi. Boro-boro kenal dengan teman yang kira-kira berjumlah lima belas orang itu, melihat wajah nya saja Gilang tidak pernah.
"Mulai besok, kalian akan belajar bersama guru-guru pembimbing mata pelajaran masing-masing selama setengah hari. Jadi, kalian akan dapat dispensasi selama setengah hari tersebut, lalu ketika olimpiade H-7, kalian akan di berikan dispensasi selama satu hari penuh tidak mengikuti pelajaran di kelas," ujar kepala sekolah yang bernama Alan itu dengan penuh wibawa juga tersenyum. Kebangaan jelas terlihat dari wajah nya yang bersinar dari biasa nya.
Getaran dari ponsel Gilang yang tergeletak di atas meja membuat si empu nya mengambil ponsel tersebut, juga laki-laki berkacamata yang duduk di samping Gilang sempat melirik sebentar sebelum Gilang mengambil nya.
Grafisa A: semangat!!!!
Grafisa A: 💛
Grafisa A: WOY KEPENCET TANDA LOPE NYA
Gilang terkekeh sebentar, pacar nya itu selalu saja malu-malu. Padahal, apa salah nya mengirim emot love ke pacar sendiri?
Gilang Rival: 💙
Gilang Rival: bagusan yang itu
----
Seperti biasa, suasana kantin selalu ramai. Semua penjual di sesaki oleh murid yang kelaparan, semua nya berbondong-bondong untuk dapat lebih awal agar tidak menunggu terlalu lama. Grafisa sendiri sebenarnya terlalu malas untuk ikut mengantre, tapi apa boleh buat kalau cacing di perut nya berteriak minta makan.
Beruntung, Grafisa sudah kenal dekat dengan penjual nasi goreng yang di panggil Mami itu, jadi ia bisa mendapat bagian paling awal--padahal masih ada dua orang yang sebenarnya datang lebih dulu ketimbang Grafisa.
Dengan keringat di dahi, Grafisa akhirnya bisa keluar dari kerumunan tersebut dengan kedua tangan yang memegang kresek putih ia angkat tinggi-tinggi. Seakan memberi tahu dunia kalau pertempuran ini telah selesai dan ia sudah mendapat hasil nya. Grafisa memang terlalu lebay.
"MERDEKA!" Teriak perempuan itu, berbarengan dengan ia yang akhirnya bisa keluar dari kerumunan tsrsebut. "MERDEKA-LAH INDONESIA KU!" Tentu Grafisa menjadi pusat perhatian seisi kantin sekarang.
"Udah merdeka dari tahun 45, bego!" Teriak Andri--yang duduk tidak jauh dari tempat Grafisa berdiri sekarang.
"Bacot," balas Grafisa sebelum berlalu meninggalkan kantin bersama Dara di sebelah nya.
----
Grafisa reflek menutup mulut nya rapat-rapat ketika melihat seseorang perempuan berhijab dengan buku jilid berwarna merah itu masuk ke kelas nya. Apa yang di lakukan Grafisa setelah itu adalah bersembunyi di bawah meja.
Dara terkekeh kecil melihat kelakuan teman nya, ia tahu siapa yang sedang Grafisa hindari. Itu adalah teman seangkatan nya yang bernama Putri--lebih tepat nya bendahara ekskul taekwondo yang siap menagih uang kas.
"PUT! PUT! ICA NGUM----"
"WOY BANGSAT!" Balas Grafisa, memotong cepat perkataan Bian yang duduk di depan kursi nya sekarang. Beruntung, Putri yang sedang bediri membelakangi barisan Grafisa duduk tidak mendengar hal tersebut.
Perempuan itu akhirnya keluar dari sarang, dan berdiri di samping meja Ari yang ada di barisan kedua. Sedangkan Putri masih berada di barisan pojok kanan.
Grafisa bertindak sewajarnya disitu, mengobrol dengan Ari sebelum suara dari samping tubuh nya membuat perempuan itu hampir jantungan. "Eh, Ica! Mana lima puluh ribu?"
"Hah?! Eh nama gue siapa dah? Emang nama gue Ica?" Tanya Grafisa salah tingkah, yang ditujukan untuk Ari.
Ari yang mengerti hal tersebut langsung menggeleng kuat. "Bukan, bukan! Nama lo kan Agezty!"
"Iya! Grafisa Agezty!" Halah bangsat, umpat Grafisa dalam hati. "Buruan mana uang nya!"
"Eh Put sumpah dah gue lupa bawa uang nya, besok aja ya besok," pinta Grafisa memohon.
"Besok sabtu!" Jawab Putri sewot.
"Yaudah senin berarti. Ya? Huehehe, lov yu Put." Putri mengangguk ringan sebelum keluar dari kelas Grafisa. Sepertinya ke-galakan perempuan itu tidak membuat Grafisa gentar, tidak tahu kalau anak-anak taekwondo yang lain. Bukti nya saja, ia menunggak sampai dengan lima puluh ribu.
Belum lagi uang kas kelas yang ia tunggak lebih dari uang kas taekwondo. Bisa-bisa ia bangkrut hanya karena membayar uang kas, "haduh die nih gua lama-lama." Gumam Grafisa sambil membalik arah tubuh nya, berniat kembali makan di meja nya sendiri.
"Mau beneran emang die sekarang?"
"ASTAGFIRULLAH!" Pekik Grafisa kaget, tangan nya kemudian memukul wajah Gilang menggebu-gebu. "Jangan kagetin orang mulu apa!!"
"Sakit!" Keluh Gilang setelah pukulan tersebut terhenti. Laki-laki itu mengikuti langkah Grafisa hingga ia memilih duduk di tempat nya yang ada di belakang Grafisa.
Meskipun dengan wajah yang masih jengkel, Grafisa membalikan tubuh nya agar berhadapan dengan Gilang lalu memberikan laki-laki tersebut satu botol air mineral dingin yang tadi ia beli di kantin. Sengaja untuk laki-laki itu.
"Kok cepet banget di kumpulin nya? Lo tau ga, gue ngakak anjir liat lo dari luar kelas. Seorang 'Gilang' ikut olimpiade, gue jamin guru BK pada jantungan semua itu." Grafisa menyelesaikan kalimat nya dengan terkekeh keras. Ngelawak sendiri, ketawa sendiri, begitu prinsip nya.
"Iya, cuma di kasih tau gimana-gimana nya nanti. Besok gue dispen dari jam pertama sampai istirahat kedua. Kane ga tuh?" Gilang menaik-turunkan kedua alis nya, sengaja membuat Grafisa iri karena besok adalah pelajaran sosiologi--guru nya sangat menyebalkan--selama empat jam.
"Sampe kapan?"
"Seminggu besok setengah hari, terus minggu besok nya full gue ga belajar di kelas."
"WAH! TUKERAN DAH YUK!"
Gilang membalas dengan tertawa, kemudian membuka tutup botol tersebut dan mengatakan terima kasih setelah menguk nya. "Olimpiade nya tanggal 18 ya Lang?"
"Heeh."
Cie, barengan sama ultah.""Ultah siapa?" Tanya Gilang. Lagi, Grafisa memukul lengan laki-laki itu gemas. "Ultah Mami! Ya ultah lo lah bego!"
"
"Eh?" Gilang bingung sendiri. "Emang iya?""Ya mana gue tau, yang ulang tahun kan lo."
"Eh iya deng, masa gue inget nya sekarang bulan Juli bukan Agustus."
***
Hai gais, mau tanya dong mau tanya tapi jawab ya huehehe #maksa
1. Kenapa baca story ini?
2. Suka banget? Suka aja? Atau ga suka?
3. Kesan buat dea apa, eh maksudnya cerita ini WKWKWKWKOke tengkyu gais, aku cuma kepo gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nunca
Teen Fiction[SEBAGIAN PART DI PRIVATE] Apakah takdir selalu seperti ini? Menyakitkan? Grafisa tidak mengerti, mengapa semua nya harus sementara, ketika kita mau hal itu untuk selamanya? Tidak, Grafisa sama sekali tidak mengerti. Takdir selalu selucu itu, membua...