Pelangi senja

PROLOG

Saat mentari senja mulai menunjukkan keindahannya, sepasang kekasih memandang indah ke bukit yang ada di depan mereka dengan tangan menggenggam satu sama lain menikmati keindahan sore itu. Tatapan lembut terpancar dari mata mereka, tapi perlahan kedua mata wanita itu mengeluarkan cairan air mata. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, pria yang kini duduk di sampingnya, besok akan menjadi suami orang lain. Sebuah ikatan yang akan memisahkan janji cinta mereka, janji yang mereka ucapkan bersama saat memutuskan untuk memulai sebuah hubungan baru dahulu.

Besok, janji yang mereka ikat akan lepas, berganti dengan sebuah ikatan yang lebih suci. Si pria pun merasakan hal yang sama, dia tidak tega membiarkan wanita yang dicintainya menangis sedih. Dia tidak ingin membuat hati wanitanya hancur, tapi terlambat sudah untuk menyesali itu. Sebuah tradisi kuno yang sampai sekarang masih ada. PERJODOHAN, sebuah tradisi yang akan merusak dua hati yang saling mencinta. Kini mentari perlahan-lahan menghilang dan berganti menjadi malam yang gelap. Tapi mereka enggan beranjak dari tempat itu, tangan mereka masih saling menggenggam satu sama lain. Tidak ada percakapan di antara mereka.

Tidak ada satu kata pun yang mampu menggambarkan isi hati mereka. Cukup tangan mereka yang berbicara, seolah-olah tangan mereka mampu merangkai kata-kata yang tak mampu untuk diucapkan. Lewat sentuhan kehalusan dan kehangatan mereka berbicara. Mata wanita itu masih mengeluarkan air mata, tidak ada yang mampu membendung air matanya lagi. Sampai akhirnya dia merasakan kehangatan pada tubuhnya, sebuah pelukan yang mampu menghangatkan sebuah hati yang beku. Sebuah pelukan terakhir sebelum pelukan itu hilang menjadi milik orang lain. " Maaf" hanya itu kata yang keluar dari mulut lelaki itu sambil mempererat pelukannya, wanita itu hanya mampu mengangguk.