41. Let Her Go

2.6K 194 4
                                    

Pelaksanaan oimpiade se-Jabodetabek itu akan jatuh besok. Gilang sudah belajar intens bersama guru pembimbing nya, ia sengaja di taruh sebagai lomba individu ekonomi--cerdas cermat.

Yang di lombakan disini adalah ilmu peminatan IPS yaitu, ekonomi, sosiologi, geografi, dan sejarah. Masing-masing dari mata pelajaran tersebut di bagi lagi menjadi dua perlombaan yaitu cerdas cermat dan debat. Sekolah Gilang mengirim anak pilihan dari masing-masing mata pelajaran tersebut dengan lengkap.

Waktu menunjukan pukul dua belas, yang arti nya istirahat kedua sudah mulai. Sejak pagi, Gilang memang selalu berada di lab biologi ini. Meskipun ia harus terus belajar, tapi kalau jam istirahat sekolah masih memberikan murid pilihan nya untuk pergi membeli makan atau sebagai nya.

Hal itu di manfaatkan dengan baik oleh Gilang, laki-laki itu keluar lab biologi masih dengan kacamata yang melekat di pangkal hidung mancung nya. Banyak tatapan memuja yang tertuju untuk nya, yang tidak di lirik oleh Gilang. Ini pertama kali nya ia menggunakan kacamata--mata nya minus satu sejak dua tahun yang lalu--tapi ia sangat malas menggunakan kacamata tersebut.

Rasa nya sudah lama sekali Gilang tidak melihat gadis nya, hingga saat ia melihat mata cokelat tersebut menatap ke arah nya, Gilang seperti ingin mendekap perempuan itu sekarang juga.

Mata Grafisa tidak juga berhenti memandang pacar nya, mulut nya menganga lebar, seperti habis melihat Adam Levine di hadapan nya sekarang. Ini benar-benar mengejutkan! Grafisa tidak menyangka kalau Gilang akan setampan itu bila menggunakan kacamata.

Sadar kalau perempuan yang ada di kantin juga ikut menatap Gilang, ia akhirnya mengambil kacamata tersebut secara paksa. "Ga boleh pakai kacamata disini!" Gretak Grafisa.

Gilang malah jadi bingung sendiri, kenapa tidak boleh? Sedangkan Dara yang di hadapan nya menahan tawa mati-matian. "Kenapa ga boleh?"

"Gue mesen dulu ya, Lang, lo mau apa?" Sela Dara sambil berdiri. "Gue aja yang mesen Ra."

"Gausah gue aja, lo mau apa?"

"Siomay deh."

Dara mengangangguk kecil sebelum menghilang dari meja tersebut, sedangkan bibir Grafisa makin maju beberapa senti. Gilang jadi gemas.

"Kenapa gue ga boleh pakai?" Tanya Gilang, suara nya begitu polos sehingga membuat Grafisa ingin menyelupkan kepala Gilang ke minyak panas yang ada di kantin bersama tahu goreng.

"Ish elah Lang, masa lo ga ngerti?" Gilang menggeleng pelan.

"Lo tuh tambah ganteng kalo pakai kacamata, dan disini banyak cewek-cewek yang ngelirik lo kayak mau bawa lo pulang sekarang juga," jelas Grafisa masih dengan perasaan jengkel setengah mati. "Gausah tebar pesona lagi lo, belajar sana yang bener."

"Tapi Ca, emang kenapa kalo mereka liatin gue? Kan mereka punya mata. Lagi juga, gue kan sayang nya sama lo bukan mereka." Gilang berkata serius, tapi lima detik kemudian laki-laki itu terbahak karena melihat wajah Grafisa yang memerah akibat perkataan nya tadi.

"Dasar cewek," ledek Gilang. "Cemburu nya gede banget, baru di gituin aja udah langsung luluh. Pantesan jadi sasaran selingkuhan."

"Lang!!" Teriak Grafisa tidak terima.

Masih dengan tertawa, tangan Gilang beralih merangkul pundak gadis nya dengan gemas, sambil mengacak-ngacak rambut gadis nya yang terkuncir tersebut.

----

Grafisa tidak sengaja bertemu Farabi ketika perempuan itu melewati kelas Farabi sendirian. Tadi nya ia berniat ingin pulang dengan ojek online, tapi karena Farabi menawarkan pulang bareng, mengapa di tolak?

NuncaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang