Chapter 15

5.1K 539 41
                                    

Chapter 15 dipersembahkan oleh Right here waiting for you, Richard Marx

Kepergianmu memporak porandakan pertahananku, ku mohon kembali.

Sehun memandang wajah Naomi sayang. Mengusap puncak kepala  Naomi pelan sesekali mengecup kening Naomi lembut.
Tiba - tiba dadanya terasa sesak menatap mata wanitanya yang masih terpejam karena ulah dan kebodohannya.
Sehun tidak ingin terjadi sesuatu pada wanitanya itu. Wanita yang saat ini mengisi penuh hati Sehun, wanita yang baru Sehun sadari keberadaannya. Dada sehun sesak, rasa khawatir akan kehilangan menyelimuti perasaannya. Di tatapnya lagi wanita yang tengah terbaring di hadapannya itu lama.

Bukankah ini kebodohan Sehun? Merasa khawatir dan takut kehilangan seseorang setelah melukainya, aneh sekali!

Sehun mendesah pelan, alarm perutnya tiba - tiba berbunyi, sungguh Sehun enggan meninggalkan Naomi sendirian di kamar ini, tapi mau bagaimana lagi ibunya tidak bisa menemaninya kali ini karena ada urusan yang sangat mendesak dan tidak bisa di tunda, jadi Sehun menjaga Naomi sendiri.

Sehun memutuskan untuk keluar mengisi energinya, ia tidak ingin ikut tumbang karena tidak makan. Nanti siapa yang akan menjaga istrinya jika sehun ikut sakit?

Sehun berjalan dikoridor rumah sakit yang tampak hanya sedikit orang berlalu lalang. Matanya melirik ke arah jam yang ia kenakan. Benar saja jam menunjukkan pukul 23:30.  Ia berharap kantin di rumah sakit ini masih menyediakan makanan yang layak untuk ia konsumsi.

Setelah Sehun selesai, ia kembali berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Kurang dari jarak seratus meter ia melihat sosok wanita dari belakang yang tampak kesusahan membawa selang infus dan mendorong kursi rodanya sendiri. Sehun berlari pelan memutuskan untuk membantu wanita tersebut sampai ke kamarnya toh tidak ada salahnya, kasihan juga melihatnya.

Tiba - tiba Sehun mendorong kursi roda wanita tersebut. Sedangkan si wanita merasa ada yang membantunya mendongakkan kepalanya guna melihat siapa yang membantunya. Dengan tersenyum ia hendak mengucapkan rasa terimakasih "ter--" mata madunya membulat, mulutnya yang tadi hendak bersuara mendadak mengatup. Sedangkan Sehun bereaksi tidak kalah sama dengan si wanita, tangannya sudah tidak lagi memegang bagian dorong kursi roda. "Aku pergi" ucap Sehun yang langsung di tahan oleh si wanita.

"Ku mohon jangan pergi"

Sehun mengusap wajahnya kasar, mimpi apa dia semalam sampai bertemu kedua kalinya dengan masa lalu yang tidak ingin ia temui lagi.

"dimana kamarmu?" tanya Sehun datar.

"kamar 402"

Sehun mendongak dimana kamar 402 sudah berada di hadapannya. Diangkatnya tubuh wanita itu, kemudian ia baringkan. Sejujurnya saat ini Sehun juga sedang mengatur degup jantungnya yang tidak karuan berada di hadapan wanita ini, bagaimanapun wanita ini pernah mengisi hati Sehun.

Sebenarnya ada berjuta pertanyaan yang membuatnya penasaran. Tapi ia urungkan, ia merasa sudah lama meninggalkan wanitanya terlalu lama perasaannya mengatakan harus segera kembali. Sehun melangkahkan kaki hendak keluar.

"Sehun.."
Sehun menoleh dengan mulut yang masih terbungkam enggan mengeluarkan suara, menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut wanita itu.

"Aku tidak pernah berselingkuh darimu"
Mata Sehun memanas, urat wajahnya menegang. Masih dengan kebisuannya.

"Ku mohon percaya padaku, Chanyeol adalah sahabatku" ucapnya menahan isak seraya berujar "Aku masih mencintaimu, Oh Sehun..."

Sehun mengusap rambutnya kasar, seraya berkata" Lalu, kenapa kau meninggalkanku?"

"aku sakit parah Sehun..aku sudah pernah mengatakannya padamu"

Sehun berdehem "mck, bukankah itu hanya alasanmu! Lalu apa yang membuatmu kembali?"

Forced marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang