+Fourteen; The Truth.

340 92 3
                                    

Jaehyun menghapus keringat dipelipisnya, lalu memasukkan kuncinya di saku celananya, kemudian Ia berjongkok tanpa menjawab pertanyaan Yiyang.

"Jaehyun, jawab gue,"

Jaehyun menggeleng sambil mengatur nafasnya, "Bukan gue."

Yiyang mulai mundur beberapa langkah, "Terus kenapa lo bisa ada kuncinya?"

"Gak tau, gue nemu ini kunci pas Doyoung udah meninggal, dia jatuh bersamaan pas kita dapet kertasnya," jelas Jaehyun.

"Kok gue gak liat kuncinya?" Yiyang mulai meng-interogasinya.

Jaehyun menggidikan bahu, "Padahal jelas-jelas dia jatuh pas bareng suratnya?"

"Lo bohong ya?" tuduh Yiyang membuat Jaehyun membelalak.

"Buat apa gue bohong? Gak masuk akal banget," Jaehyun langsung melengos, tak menatap Yiyang lagi.

Yiyang menatap Jaehyun tajam, walau akhirnya Ia ikut melengos.

❇❇❇

01:14 A.M.

Donghyun dan Donghan berani bersumpah bahwa mereka memasuki salah ruang untuk dijadikan tempat persembunyian.

Ya masalahnya, yang mereka masuki itu,



















Kamar mayat.







Kalau kamar mayat biasa sih mereka gak bakal takut-takut amat. Tapi ini kamar mayatnya masih ada mayatnya gimana coba?

Letak mayat tersebut acak-acakan, masih dibalut oleh kain kafan.



"Kenapa gak di kuburin sih anjir? Malah di simpen begini kasihan," Donghan mengeluh, melihat sudah beberapa mayat yang jatuh dari kasur tersebut.

"Biarin aja, ayo kita cari aja barangnya," kata Donghyun mengalihkan pembicaraan sambil berjalan, mencari barang tersebut.

Donghan hanya memutar kedua bola matanya, ikut mencari.

Beberapa menit berlalu, tapi mereka masih belum menemukannya.

Donghan yang awalnya membungkuk langsung berdiri tegap, "Gue gak yakin barangnya ada disini. Lagian ga jelas juga clue-nya?"

Donghyun yang sudah capek mencari pun akhirnya menggidikan bahunya.

"Kalau gak ada disini, gue cari di luar aja ya?" kata Donghyun.

"Yaudah yuk, gue ogah disini," Donghan bersiap untuk mengambil ancang-ancang keluar, tapi Donghyun menghentikannya.

"Lo tunggu disini aja, bentaran doang kok."

Belum sempat Donghan menjawab, Donghyun langsung berjalan cepat keluar dari kamar mayat, meninggalkan Donghan sendirian.


Donghan hanya memutar kedua bola matanya malas.

"Aneh banget sih,"

Seketika Donghan mendengar sebuah derapan kaki. Donghan tersentak, Ia tidak yakin itu langkah kaki milik temannya atau musuhnya.

Masalahnya, belum ada semenit Donghyun pergi masa dia balik lagi?

Donghan langsung ketar-ketir mencari tempat persembunyian karena langkah kaki itu semakin dekat.

Karena gak ada tempat persembunyian, Donghan memilih cara gila dengan terpaksa.













Ya itu bersembunyi dibalik selimut, bersama mayat.


Seketika pintu terbuka, menampakkan seorang sosok musuh. Jantung Donghan berdetak cepat seketika. Ia masih bisa melihat di sela-sela selimut.

Makhluk itu berjalan pelan sekali, sambil memegang pisau yang sudah penuh dengan darah.

Ia menyelusuri kamar mayat tersebut. Dibalik selimut itu, Donghan berdoa dalam hati.

Ia menoleh ke arah kirinya, menatap mayat tersebut dengan takut.

Sampai akhirnya Ia mendengar pintu tertutup.

Donghan mengintip dicela selimut tersebut, mengedarkan pandangannya.

Makhluk itu sudah tidak ada.


Donghan langsung menyibak selimut tersebut, langsung mengambil nafas yang banyak karena sedari tadi Ia menahan nafas.

Ia dengan cepat beranjak dari kasur.

Menyeret kakinya untuk keluar dari ruang mayat, tapi pintu itu sudah terlebih dahulu terbuka, menampakkan sosok Donghyun.

"Anjir lo kagetin gue banget!"

Donghyun malah tersenyum, "kenapa lo ngos-ngosan?"

"Tadi makhluk aneh itu ke sini anjir sumpah, coba gue ikut lo aja tadi!"

Donghyun hanya terkekeh. Lalu menangkat sesuatu ditangan kirinya menunjukkan sesuatu.


Donghan mengernyit, "Apaan tuh?"


















"Gak yakin yang mana bendanya, mangkanya gue bawa semua." ujar Donghyun sambil memperlihatkan sebuah kantong berisi banyak peralatan rumah sakit.

Outlast [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang