Real Date pt.2

229 42 4
                                    

"Myeongdong?" (Pusat perbelanjaan terbesar di Seoul)

Jung Ho menarik tanganku perlahan keluar dari mobil, "Dengan penampilan seperti ini?" pandangan Jung Ho terhenti pada noda bercak dari jus jeruk yang berbekas,
"Kau lihat apa?" aku menutup rokku dengan tasku.

Jung Ho tampak berpikir sejenak lalu menjentikkan jarinya, "Kau diam di sini aku akan membelikanmu pakaian."

Aku mengerutkan alis, "Mana bisa seper—" tanpa menunggu jawabanku ia kembali mendudukkanku ke dalam mobil.

Ck! Apa-apaan dia itu. Ah, ya sudahlah.

Beberapa menit kemudian dia datang dengan dua tas kertas yang menampakkan nama toko tempat ia membeli barang yang dibawanya dan menyerahkannya padaku.

"Aku tidak tahu kau suka atau tidak, yang pasti aku telah membelikan pengganti dari bajumu itu."

Aku menggerutu dalam hati, menyalahkannya atas segala yang aku alami saat ini.

Aku meniup poniku kesal.
Aku merampas tas-tas itu dari tangannya lalu menutup mobil,

"Jangan mengintip!"
Aku menatapnya dengan tajam,

"Tidak, terimakasih."

Setelah mendengar kalimat itu aku merasa ditolak telak. Aku menghela napas dengan kesal dan dengan gerakan cepat aku menaikkan kaca mobil.

Untung saja kaca mobil ini terlihat gelap dari luar, jadi aku tidak perlu khawatir.

•••

Aku membuka daun pintu mobil perlahan, mengedarkan pandanganku.

Dimana orang itu?

Aku meniup poniku kesal untuk kesekian kalinya.
Aku berbalik untuk melihat pantulan bayanganku yang dihasilkan kaca mobil itu.

Selera Jung Ho tidak buruk, dengan terpaksa aku mengakuinya bahwa dia pintar dalam hal ini juga.

Sweater putih, soft jeans berwarna coklat ditambah lagi dengan cable coat berwarna kulitku.

Matching!

Aku menyipitkan mataku di kaca itu kini menampakkan tubuh Jung Ho, aku berbalik dan mendapati Jung Ho berjalan mendekat dengan dua gelas kertas coffee di tangannya.

"Aku tidak menyangka itu akan cocok denganmu," ia mengendikkan dagunya ke arah bajuku sambil mengulurkan salah satu coffee-nya padaku.

Aku menghirup kafein pada kopi ini dalam-dalam seraya menghangatkan telapak tanganku sebelum akhirnya aku meneguknya perlahan.

"Aku selalu terlihat cantik menggunakan apapun." Jawabku percaya diri, ia tertawa pelan.

"Aku tidak bilang begitu, aku hanya mengagumi betapa jeniusnya aku dalam segala hal." Ia mengangkat pundaknya tidak peduli.

Ck! Benar-benar menyebalkan.

•••

Bangunan tiga dan empat lantai membentang sejauh mata memandang, setiap tingkatnya memamerkan toko atau kafe tersendiri.

Setiap bangunan diperhias dengan lampu-lampu dan spanduk besar. Layar LCD berkelebat menampilkan iklan produk makanan, kosmetik, maupun brand terbaru.

Biasanya mereka akan menggunakan artis terkenal untuk modelnya.

Matahari telah tenggelam dan kini digantikan oleh bulan pucat yang belum sepenuhnya memancarkan cahaya.

Save Me ; JJK  [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang