Sebanyak dan sebesar apapun wadah yang bisa kau sediakan
tak akan mampu menampung rasa kasih dan cintaku umtukmu—///—
Aku memasuki rumah kembali, dan siap menarik perhatian gadis itu. Aku akan meyakinkan aku adalah kakak ipar yang baik.
Saat aku masuk, dia telah berdiri dengan seyi. Mereka saling bicara satu sama lain, ternyata seyi pun jadi kesayangannya.
"Hai..." dia mendongak menatapku dengan wajahnya tanpa ekpresi, sangat dingin.
"Ayo... Aku pakai Rover mu yah," dia mengusulkan dan aku menyengit. Dan sedikit gemetar. Aku tidak bisa menyetir, bagaimana ini.
"kau bisa menyetir?" aku bertanya padanya, dan dia mengangguk, " bagus. Kau yang menyetir."
"Ow—oke, tapi kau yakin?"
Aku mengangguk, dan dia sedikit tercengang, "Oke. aku sudah tau kau hilang ingatan, tapi aku tidak menyangka kau akan mengizinkan ku memakai Rang Rovermu."
Well, dari nada bicaranya, dia senang, dan begitu pun aku! "Kau bisa membawanya." dan aku bisa menyelamatkan nyawaku
***
Di perjalanan, ia bahkan tidak bicara setelah itu. Aku mencoba bicara, tapi dia seakan menghindar, mengapa aku merasa bahwa dia berusaha aku tak ada. Oke well ini hukuman menjadi orang egois mungkin. Tapi sungguh. Aku ingin mengobrol dengannya.
"Kau suka mobil ini?" tanyaku sembari memberikan cupcakes coklat pada Seyi yang ada dipangkuanku.
"tentu saja."
Pendek, dan selesai!
"eh... Jiy—aku harus memanggilmu apa?" dia bertanya tanpa menoleh kepadaku. Kaget, apakah dia bicara padaku. Dan ku lihat dia memang bicara padaku.
"apa saja, terserah kamu." aku melilin rambit seyi. Dia berada nyaman di pangkuanku sekarang.
"enak?" aku bertanya pada seyi dab dia mengangguk sembari memakan kembali cupcakesnya.
"apakah? ..... Eonnie?"
Aku menatapnya dan mengangguk, "Lakukan saja yang kau suka, yang penting kau nyaman. Jiyeon juga boleh."
Dan aku baru menyadari, ternyata aku tak pernah bicara padanya dengan benar hingga dia tak tahu panggilan yang cocok untuk kami.
"Oke eonnie... bicara soal kau. Kata myungsoo, kau hilang ingatan, tapi mengapa aku melihat, kau malah menyukai kehilang-ingatan mu itu?"
Aku menatap kurus kedepan. Disana, dijendela dipenuhi ribuan tetes air hujan. aku melihat, tetesan itu pun kalah sedikit dengan perasaan ku untuk anak dan ayah itu. bahwa aku menyayangi mereka, mencintai mereka, membutuhkan mereka.
"entah lah. Mungkin karena saat aku seusiamu, aku ingin menjadi dewasa. Dan aku merasakannya sekarang, jadi aku beryukur."
"errr... Seusiaku?"
"yah, 17 tahun."
Kudengar suara kekehan geli menggema mengalahkan suara hujan yang mulai deras.
"jadi kau fikir aku 17 tahun?"
Aku memandangnya dan mengangguk, lalu dia berdehem keras, dan mencomot sesuatu di tasnya. "Aku 18 tahun." dan memakan bubblegum.
"oh..."
Hanya beda satu tahun kenapa dia protes?
"Yah, aku tak terlalu muda untuk tak paham."
Yah, benar! Aku menahan diri untuk tidak memutar bola mata, dan fokus kedepan, hujan sangat deras ternyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Cupcakes
General FictionBagaimana jika suatu hari, semua dalam dirimu berubah saat kau bangun dari tidurmu, semua nya! Bahkan status mu?. jiyeon tak pernah nyangka, disuatu malam, semuanya sudah berubah, dia tak tahu bagaimana dan untuk apa semua itu terjadi. (BERLANGSUNG)...