10. Truth

457 82 75
                                    

a/n (1): this chapter hasn't edited yet.


Junhoe terduduk di sisi lapangan, ia mengambil botol minumnya dan meneguknya cepat. Tubuhnya lelah luar biasa setelah bermain basket, sudah lama lelaki Goo itu tidak berolahraga. Tak lama, Jaehyun dan Chanwoo duduk di sampingnya.

"Jun, kau dengan Yunhyeong itu bagaimana?" Tanya Jaehyun, matanya memandang lurus ke lapangan basket.

Junhoe tertegun mendengar pertanyaan sahabatnya, sedangkan Chanwoo mendengarkan pembicaraan dalam diam dengan hati yang berdebar.

Jung Chanwoo, lelaki itu sudah lama menyukai Yunhyeong. Bahkan jauh sebelum mereka dipertemukan dalam takdir di perusahaan tempat magang yang sama. Ia sudah lebih dulu menyukai Yunhyeong sebelum pujaan hatinya itu menjadi dekat dengan Junhoe.

Chanwoo tau, dua orang itu saling menyukai. Entah apa yang membelenggu ego masing-masing sehingga tidak ada satupun yang mengutarakan hatinya. Awalnya Chanwoo membiarkan semuanya mengalir seperti air, membiarkan pujaan hatinya mendapat kebahagiaan dari Junhoe yang merupakan temannya. Tapi lama-lama, Chanwoo jengah juga karena tidak adanya pergerakan yang pasti dari Junhoe.

Sebagai laki-laki sejati, ia akan merelakan pujaan hatinya mencintai orang lain dan memiliki kebahagiaannya sendiri. Chanwoo sampai rela menutupi perasaannya yang sebenarnya dan selalu ceria di depan Yunhyeong, bahkan ia rela menjadi partner adu bacot pujaan hatinya.

"Kau tahu sendiri, Jef. Yunhyeong itu bukan orang yang mudah di dapatkan," ujarnya pelan, nafasnya masih memburu.

"Tapi bagaimana hatimu? Apa kau menyukainya? Atau hanya bermain-main dengannya?" Tanya Chanwoo tenang, ia belum ingin tersulut emosi.

"Aku," Junhoe menjilat bibirnya yang tiba-tiba terasa kering. Ia tidak mengelak bahwa ia telah jatuh cinta pada pemuda manis itu. Tapi jujur, ia takut. Ia takut Yunhyeong tidak merasakan hal yang sama. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk membiarkan semua ini terjadi secara natural, "aku mencintainya."

Satu kalimat yang dengan keras menohok hati Chanwoo. Padahal ia tahu betul Junhoe dan Yunhyeong saling menyukai, tapi mendengarnya sendiri dari mulut Junhoe terasa menyakitkan, huh?

Jaehyun terkekeh, "lalu bagaimana? Sampai kapan kalian akan begini terus?"

Sampai kapan?

Entahlah, Junhoe sendiri tidak tahu pasti kapan ia akan mengakhiri hubungan yang abstrak ini dengan Yun–

"Kalau kau tidak mau menyatakan perasaanmu pada Yunhyeong, biar aku yang menyatakan perasaanku padanya," kata Chanwoo tegas, menatap obsidian kelam Junhoe dengan tatapan yang sulit diartikan.

Rahang Junhoe mengeras, apa katanya? Menyatakan perasaannya pada Yunhyeong?

Tidak bisa dibiarkan.

Junhoe berdiri dan menarik kerah baju Chanwoo, membuat lelaki bermarga Jung itu ikut berdiri juga. Obsidian kelam milik Junhoe menatap lensa cokelat Chanwoo nyalang.

"Apa kau bilang?" Junhoe mendesis, terdengar berbahaya.

Jaehyun ikut berdiri, berusaha melerai Junhoe yang terlihat dalam mode berbahaya dan Chanwoo yang balas menatapnya dengan pandangan menantang. Akhirnya ia berlari mencari kekasihnya dan memintanya menyampaikan berita perkelahian ini pada Yunhyeong. Mahasiswa yang tadinya sedang fokus dengan permainan basketnya serentak menghentikan kegiatan mereka dan terfokus pada dua orang yang sedang beradu tatap itu.

"Yunhyeong, dia-" Junhoe menarik nafas, takut terbawa ke dalam arus emosi yang semakin deras, "milikku."

Chanwoo terkekeh mengejek, kemudian berdecih, "kau tidak punya hak apapun atasnya," katanya kalem.

Satu kalimat yang dengan cepat menyulut kemarahan Junhoe, tangannya yang masih mencengkram kerah baju Chanwoo terkepal erat sehingga buku tangannya memutih, "tidak untuk saat ini."

Chanwoo tertawa keras, semakin mengejek Junhoe, "kau lambat. Aku akan membuatnya menjadi milikku, Goo Junhoe."

BUGH!

"Brengsek!" Junhoe yang sudah emosi melayangkan satu pukulan di rahang kiri Chanwoo, membuat lelaki Jung itu kini terkapar di lantai dengan sebuah luka di sudut bibirnya. Junhoe kini mendudukki perut Chanwoo, tangannya kembali mencengkram kerah baju lelaki Jung itu.

"Dengar, Jung Chanwoo, jika aku tidak bisa memiliki Yunhyeong, maka tidak ada satupun yang bisa memilikinya. Tidak, bahkan jika orang itu adalah kau."

Kali ini Chanwoo tidak tertawa, ia hanya menyeringai. Emosinya yang sudah membara membuatnya berpikir tidak logis dan berbicara melantur, "apa kau begitu percaya diri? Apa karena kau merasa tampan dan lebih dekat dengannya itu berarti dia membalas perasaanmu, hah? Memang apa salahnya bila aku menyatakan perasaanku padanya? Kenapa kita tidak bersaing secara sehat!? Kau takut? Kau takut bila kita bersaing secara sehat, Yunhyeong akan lebih memilihku dan menolakmu, eh?"

Junhoe sudah mengangkat tangannya tinggi, bersiap melayangkan pukulan lainnya, "Goo Junhoe! Jung Chanwoo!" Yunhyeong datang dan menarik Junhoe sedangkan Donghyuk menarik Chanwoo agar mereka menjauh.

***

Jinhwan melangkahkan kakinya masuk ke dalam coffee shop di dekat universitasnya dengan senyuman yang merekah di bibir tipisnya. Akhirnya hari ini datang juga, hari dimana ia akan berbicara dengan Junhoe, pujaan hatinya, berdua saja.

Lelaki berperawakan mungil itu sudah lama menyukai Junhoe, dari awal perkuliahan ia sudah menyukainya. Tapi Junhoe begitu dingin dan tak tersentuh, sehingga membuatnya berpikir dua kali untuk mendekati pemuda bermarga Goo itu.

Namun bukan Kim Jinhwan kalau ia tidak bisa nekat mendekati lelaki pujaannya itu. Mulai dari menaruh sticky notes di pintu loker Junhoe yang berisi kata-kata penyemangat – bahkan gombalan, menaruh cokelat dan minuman isotonik di hari Junhoe berlatih basket, sampai mengiriminya karangan bunga ke rumah.

Hingga tibalah saatnya ia mendengar rumor kedekatan pujaan hatinya dengan seorang mahasiswa dari Jurusan Arsitektur, ia merasa darahnya mendidih. Ia terus menerus menghubungi Junhoe dan mengajaknya berbicara berdua saja, karena setiap dia mengajak lelaki itu berbicara, dibelakangnya selalu ada Lee Taeyong yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi dan Jung Jaehyun yang terlihat ingin membawa Junhoe menjauh darinya.

"Sudah lama menunggu?" tanyanya begitu mendapati Junhoe yang duduk sendirian dengan satu gelas Americano dingin.

"Tidak. Ada apa? Aku tidak ingin sebuah basa-basi," katanya dingin.

Jinhwan menghela nafas, sulit sekali menaklukkan hati pangeran es ini, "baiklah aku akan langsung kepada poin inti. Aku menyukaimu, dan kurasa kau sudah mengetahuinya. Jadilah kekasihku."

Junhoe memutar bola matanya malas, laki-laki mungil di hadapannya ini tidak bisa diremehkan ternyata. Kemudian ia teringat perkelahiannya dengan Chanwoo tempo hari, ia menyeringai tipis, bahkan Jinhwan tidak menyadarinya.

"Baiklah."





To be continued.





a/n (2): ngomong-ngomong chapter ini menjelaskan kenapa Junhoe bersikap begitu/?

Juga, aku minta maaf karena di chapter sebelumnya aku blg bahwa Jaehyun ga tau masalah antara June dan Chanu tapi di chapter ini justru Jaehyun yang mengawali ehe, jadi anggap aja bahwa Jaehyun tau tapi tidak memberitahu Taeyong oke?

Jadi gimana sejauh ini? Udah dapet gambaran?

Thanks for thus who always leaving voments <3

Favorite Worst NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang