"Ra lo jadi pindahan besok kan?" tanya Langit pada Azura yang sedang sibuk melototi layar ponselnya.
"Ra?"
"Azura!" bentak Langit karena Azura tak kunjung meresponnya.
"Apa sih Lang, ganggu banget deh!" Langit melongo sesaat. Bukankah seharusnya dia yang merasa kesal, kenapa malah Azura?
"Lo bisa nggak sih gak ngeselin sehari aja?" Langit sudah kembali memasang ekspresi datar andalannya. Kali ini Azura menatap ke arahnya.
"Barusan gue lagi baca webtoon Langit!"
"Jadi gue dicuekin cuma gara-gara webtoon? Astagfirullah sabarkanlah hamba ya Allah!" Walau merasa kesal Langit tetap melanjutkan topik pembicaraan mereka sebelumnya. Yaitu tentang kepindahan Azura ke gedung apartemen yang sama dengannya.
Dua hari yang lalu Azura menyampaikan keputusannya untuk pindah. Alasannya karena akhir-akhir ini Andri lebih sering mengunjungi rumah lamanya dan Azura merasa sedikit terganggu akan hal itu.
Terlebih Alya dan Kalan selalu merengek ingin menginap di tempatnya dan akan menjadi hal yang sangat gawat jika suatu hari nanti mereka tak sengaja bertemu dengan Andri. Azura sudah pasti akan kesulitan untuk menjelaskan tentang kedua bocah yang mengaku sebagai anaknya itu.
Satu hal penting yang sangat Azura yakini tentang Andri adalah fakta bahwa lelaki itu tidak mudah untuk dibohongi. Azura juga menduga kalau Andri seperti bisa membaca pikiran seseorang.
"Iya gue jadi pindahan besok. Barang-barang gue juga udah gue beresin semua." Akhirnya Azura menjawab pertanyaan Langit meskipun tatapannya kini sudah beralih kembali pada layar ponselnya.
"Besok gue ada janji sama Nafwa jadi gue nggak bisa bantu lo pindahan."
Azura mengangguk paham dan dengan santai ia menjawab, "Gue juga nggak butuh bantuan lo kok."
Jika ada penghargaan cewek paling menyebalkan sedunia Azura sudah pasti memenangkannya sejak dulu. Langit juga mungkin akan dengan senang hati memberikan vote untuknya.
"Berhubung gue lagi belajar bersabar menghadapi segala macam cobaan hidup, jadi gue nggak akan protes." Langit menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan cepat. "Gue cuma mau bilang kalau abang gue besok mau bantuin lo. Katanya itung-itung nabung amal."
Sebenarnya bukan Lintang yang mengajukan diri untuk membantu Azura, tapi Langitlah yang sudah memaksanya dengan imbalan kalau dia akan memberikan sepertiga uang bulanannya jika Lintang mau membantu Azura pindahan dan membantunya selama ia tinggal di apartemen barunya.
Benar-benar tipikal kakak yang bisa memanfaatkan adik dengan baik.
Namun karena tadi Azura mengatakan kalau ia tidak membutuhkan bantuan Langit jadi ia enggan mengakui kalau ialah yang meminta bantuan kakaknya.
"Oh makasih kalau gitu. Kakak lo kayanya lebih bisa diandelin dari pada lo."
"Serah lo deh!" Langit bangkit dari duduknya. Lebih baik ia pergi dari sini secepatnya daripada tekanan darahnya meningkat karena berbincang dengan Azura lebih lama lagi.
Langit jadi penasaran bagaimana caranya Dion bisa bertahan dengan cewek seperti Azura.
"Mau kemana lo?" Sesaat setelah Langit melangkah Azura menoleh kepadanya.
"Kepo!" Dan sekarang giliran Langit yang menjawab pertanyaan Azura dengan nada menyebalkan. Ia bahkan tak perlu repot-repot menoleh kepada cewek itu.
"Sensian amat jadi cowok." Azura berdecak pelan. Tak lama setelah Langit pergi Dion datang sambil membawakan minuman dingin untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Genç KurguApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...