"Ma cepetan, Melva udah laper!" teriak cewek bernama Melva dari meja makan.
Arya yang tadinya sedang melihat pertandingan bola di televisi bersama Papanya, jadi merasa terganggu karena teriakan adik kesayangannya itu. Lantas kedua lelaki itu menghampiri meja makan.
"Cewek cantik kok gak ada kalem-kalemnya." Ucap Papa Melva, lelaki separuh baya itu langsung duduk di bangkunya.
"Melva mana ada kalem-kalemnya Pa, ganas iya." Sahut Arya meledek adiknya. Sekita wajah Melva jadi manyun.
"Bantu mama sana," suruh Arya. Melva menggeleng.
"Cewek kok males banget." Ledek Arya lagi. Melva menggerutu kesal, ingin sekali dia mengumpat abangnya kalau tidak ada papanya diantara mereka.
Ting,tong!
Mendengar suara bel berbunyi, Melva dan Arya jadi melirik satu sama sama lain.
"Biar Melva aja bang." Melva mencegah Arya yang baru melangkah. Arya jadi menatap adiknya bingung, apalagi wajah Melva begitu berbinar seperti mengetahui siapa yang datang.
"Aku suruh Riko ke sini tadi, beliin sate." Melva menjelaskan sambil tercengir. Belum sempat Arya bertanya, Melva sudah melongos pergi.
Melva begitu antusias untuk mencapai pintu. Cewek itu tidak henti-hentinya tersenyum, dengan cepat tangannya mengapai knop pintu dan langsung membukanya. Senyum Melva memudar, mata cewek itu membulat. Seperti melihat hantu.
"Lo?!" ucap Melva spontan.
"Lo ngapain? Salah alamat!" seru Melva lagi. Orang di depan cewek itu hanya diam tanpa mengalihkan pandangannya dari Melva.
"Siapa Mel?" suara Arya menyadarkan Melva dari kekagetannya. Cewek itu jadi menoleh kebelakang.
"Udah dateng lo Vin, cepet bener." Seru Arya. Membuat Melva semakin bingung. Cewek itu melihat Gavin sebentar lalu menghampiri abangnya.
"Kenapa dia ada di sini?" bingung Melva meminta penjelasan Arya.
"Abang yang undang, masa pacar kamu gak dikenali sama mama papa." Arya tersenyum lebar seperti tidak memiliki rasa bersalah.
Melva mendengus sebal , dia siap mengumpat abangnya itu.
"Melva sama Gavin udah putus, tadi siang kan udah Melva jelasin." Kesal Melva.
Gavin yang masih berada di ujung pintu hanya diam, menyaksikan kedua saudara itu beradu mulut di depannya.
"Kenalin dulu sama mama papa. Selanjutnya abang gak ikut campur, mau dilanjuti apa berhenti."
Melva semakin menggerutu, yang dia tunggu Riko yang datang malah Gavin.
"Masuk Vin." Suruh Arya.
Gavin mengangguk, baru selangkah dia menginjakkan kakinya ke dalam rumah. Melva dengan cepat mendorong tubuh Gavin keluar. Gavin hanya tabah menerima perlakuan Melva. Cewek itu lagi beruntung karena Gavin sedang berada di rumahnya, kalau tidak Gavin tidak akan membiarkan perlakuan Melva terhadapnya.
"Lebih baik sekarang lo pulang." Suruh Melva. Gavin masih diam diambang pintu.
"Mel, biarin dia masuk." Suara Arya. Melva menggerutu kesal, menghentakkan kakinya. Lalu meninggalkan Gavin, cewek itu mengalah karena suruhan abangnya.
Tadinya Melva sangat lapar, dia bahkan begitu antusias untuk makan. Tapi saat Gavin datang, apalagi sudah duduk di sampingnya. Selera makannya jadi hilang.
Kesalahan Melva yang paling besar, memperkenalkan Gavin dengan abangnya. Melva sudah melepaskan Gavin, tapi abangnya malah ikut campur dengan mengenali Gavin dengan kedua orang tuanya. Sehingga membuat hubungannya dengan Gavin semakin sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destin
Teen FictionSemua bermula ketika Gavin yang baru kembali ke sekolah tanpa tahu siapa itu gadis bernama Melva terpaksa menembaknya di depan seluruh anak Galaksi. Semuanya terjadi begitu saja. Dia yang berharap Melva akan menolaknya malah menerimanya. Hidup tenan...