Bel istirahat pun berbunyi. Dan kali ini hujan pun turun. Yumi mengajakku ke kantin tapi aku menolaknya karna aku bilang ingin bersama Rian ke bangku samping lapangan. Dan akhirnya dia dan Randy mengikuti kami untuk makan disana.
"Yan, bawa bekal ga? Atau gua beliin di kantin?" Tanyaku pura-pura care yang sudah berdiri di samping tempat duduknya dengan Yumi disampingku.
"Gua bawa, tapi gua mo tukeran bekal sama lu," Rian menopang dagu dengan satu tangannya. Layaknya seperti menyelidiki sesuatu.
Aku pun langsung mengelak tatapan darinya."Lu ikut gua bentar," tiba-tiba tanganku ditarik olehnya ke ujung koridor yang tidak banyak orang lewat karena di ujung sana hanyalah gudang olahraga dan juga tangga yang menuju ke atap sekolah.
Yumi pun menatap bingung dari kejauhan yang masih mengunyah makanannya. Sedangkan Randy hanya duduk santai menyedot colanya.
"Yann, lepasin tangan gua. Sakit nih,"
"Lu nangis?"
"Hemmm, kagak koq!! Cuma begadang," ketusku,
(entah kenapa, rasanya kesel aja Rian nanya begini ke gua)
"Jangan boong"
"ih anaknya ga percayaan yah!! Lu tanya Yumi aja noh kalo ga percaya!"
"Tetep gua ga percaya, lu kan pernah nangis pas Devin kesayangan lu itu jadian sama Stella! Jadi gua tau muka lu nangis tuh kaya gimana Cil," jelas Rian dengan detail.
(Sial, kenapa dia bawa-bawa yang udah lalu sih!)
Dan gak terasa air mataku mulai menggenang karna pertahananku agar gak jatuh.
"Tuh kan, mata lu berkaca-kaca,"
"Udah deh, gua bilang enggak ya enggak Yan!! Jangan bikin gua tambah kesel!" Tanpa sengaja aku membentak Rian.
Dan setelah sadar aku langsung menatap matanya dengan bingung. Lalu air mataku mulai menetes.
"Yan, So.. Sorry, gua ga bermaksud ngebentak lu, gak tau kenapa gua masih berharap banget sama Kak Devin," aku pun menunduk sembari menghapus air mataku yang jatuh.
Rian hanya diam dan langsung memelukku tanpa membalas kalimatku. Dia pun menepuk punggungku dengan pelan selayaknya memberi ketenangan.
"Yan, gimana supaya bisa cool kaya lu sih? Lu tetep tegar kaya sekarang ini," tanyaku yg sudah mulai tenang dan masih dalam pelukannya dengan kedua tangan yang mematung kebawah.
"no comment," jawabnya singkat.
"jawaban lu kok ngeselin banget yah," protesku sembari melepaskan pelukannya dan memukul bahu Rian dengan telapak kananku.
"auchh!! Sakit tauu, ini toh tanda terima kasih yang sudah ngebantu nenangin lo?" Protes Rian yang membalas mencubit pipiku.
"Yan, lepasin ga cubitan lu! Tar bertanda nih haisss," omelku sembari menepuk pundak tangannya yang sedang mencubit pipiku.
Rian pun melepasnya dan mencubit lagi pipi yang satunya, kemudian dengan seenaknya dia lari kembali ke tempat Randy dan Yumi duduk. Akupun juga berlari mengejarnya.
Randy dan Yumi yang sedari tadi menunggu hanya tersenyum dan tidak sedikit juga ejekan yang dilontarkan mereka maupun beberapa teman lainnya yang melihat kami berpelukan.
Saat sedang makan, aku memikirkan banyak hal, koq gua mau dipeluk gitu aja? Terus kenapa gua cengeng kalo di depan dia? Aku gak ngerti, banyak pertanyaan dibenakku dan aku bener-bener sangat bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wish to Be Happy
Teen FictionAku menyukai kakak kelasku yang sudah punya pacar, setiap kali melihatnya aku merasakan kesedihan dan hatiku terasa hampa. Aku hanya ingin bahagia, cuma sesimple itu. Aku merasa diriku sudah gila dengan mengajak Rian untuk menjadi pacar palsuku, dia...