Bagian 8

1.3K 57 6
                                    

----

Aku khawatir, sudah dua hari Mischa sulit dihubungi. Apa jangan-jangan dia merasa bersalah karena kejadian waktu itu? Kamu kemana sih?

Aku hanya duduk di ranjangku sambil melihat air hujan yang mengalir di jendela kamarku. Perasaan ini makin tidak karuan, semua pesan singkatku tidak pernah dia balas, aku telponpun tak ada jawaban.

"Aku gak bisa diem terus disini. Aku harus temuin Mischa."Aku beranjak dari tempat tidur dan membawa mantel dan payung. Kali ini suasana di rumah hening, mungkin Ayah gak pulang.Tanpa pamit, aku langsung pergi ke luar.

Hujan kali ini lumayan deras, tapi aku tetap menerjang hujan demi dia. Tiba-tiba ditengah jalan, aku berhenti.

"Gimana kalo aku ajak dia nonton film? Pasti dia mau nemuin aku."Aku langsung mengambil handphone di tasku dan memberinya pesan teks.

Mischa, kita nonton yuk? Aku yang teraktir deh, aku tunggu ya di bioskop. Kamu berhutang maaf sama aku!

Aku langsung pergi ke halte bus dan duduk disana. Ini pertama kali aku nonton bareng Mischa. Mungkin ini juga dating pertama kita. Aku hanya tersenyum sambil melihat rintikan hujan.

---

"Kakak! Hape nya bunyi terus ih, berisik!"Teriak Ryena.

"Tutup aja telinganya."

"Kalo emang mau angkat, ya tinggal angkat gausah so gak peduli deh! Berisik!"Ryena pergi ke kamarnya dengan wajah agak kesal.

"Dasar bocah! Kamu itu gak ngerti apa-apa!"Dumel Mischa.

"Dasar orang dewasa so labil!"Balas Ryena.

"Hhhh~ dasar anak-anak zaman sekarang gak pernah ada sopan santunnya."Gumam Mischa sambil mematikan televisi dan pergi ke rooftop.

"Jangan nge-diemin cewe kelamaan loh, udah pergi baru kerasa!" teriak Reyna.

Dia hanya melihat pemandangan kota yang sedang diguyur hujan. Untuk sesaat dia merasa apa ini tidak terlalu berlebihan dengan menjauhi Masha seperti ini, setidaknya dia harus minta maaf karena telah meninggalkannya tanpa menunggu dia sadar, pasti Masha khawatir padanya. Tiba-tiba handphone nya berbunyi, satu sms lagi dari Masha masuk.

"Apa lagi sekarang?"Tanya Mischa kesal."Aku gak bakal kesana, inget! Aku cuman bisa bahayain nyawa dia doang.Maaf."Mischa kembali turun dari rooftop dan pergi ke kamarnya.

Sementara itu, Masha yang sudah sampai di Bioskop langsung memesan tiket untuk dua orang lengkap dengan popcorn big size dan soft drink. Jam menunjukan pukul 4 sore dan filmnya mulai sekitar satu jam lagi, masih banyak waktu untuk menunggu.

Masha hanya diam di kursi tunggu duduk sendiri sambil sesekali dia mengambil cermin dan memperbaiki riasannya. Satu jam berlalu, filmnya akan segera dimulai, tapi Mischa belum datang juga. Raut wajah Masha kini tidak seperti dia datang ke bioskop. Wajahnya penuh dengan kekecewaan, dia tertunduk lesu dan kembali melihat layar handphone-nya, tak ada notifikasi apapun dari Mischa.

Matanya berkaca-kaca, dia tau Mischa tidak akan datang, tapi dia tetap menunggunya siapa tahu Mischa datang untuk jam penayangan terakhir. Dia tetap menunggu, dia menghapus airmatanya dan masuk ke dalam studio. Sepanjang film berjalan, Masha tidak terlalu memberharikan ceritanya. Yang ada dibenak Masha hanya Mischa, Mischa, dan Mischa.

"Males banget nonton film romantis kalo gak bareng sama Mischa." Gumam Masha sambil menghapus airmata yang terus saja keluar. Masha menyenderkan kepalanya dan tanpa sadar dia tertidur.

"Nona? Nona? Bangun kami sudah mau tutup."Ujar salah satu pramuniaga sambil menepuk pelan bahu Masha. Masha langsung tersentak dan bangun.

"Ini emangnnya jam berapa?"Tanya Masha sambil mengucek matanya.

The FrozenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang