"Dari mana semalam?" tanya Rio, sambil mengoles mentega pada roti tawarnya tanpa melirik Gladys sedikitpun.
Tanpa diberi tahu pun, Gladys bisa mengetahui bahwa Papanya amat sangat kesal padanya. "Tadinya Gladys mau pamit, tapi Papa sama Mama belum pulang, dihubungin juga susah, Gladys udah ditungguin tadi malam--"
"Apapun itu," potong Rio. "jangan kayak Mama kamu." Pria tersebut mempertegas suaranya. Mengingat tadi malam Gladys pulang di atas jam 9 tanpa alasan yang jelas.
"Maaf, Pa." Gadis berkacamata itu kembali menunduk sambil terus mengunyah sarapannya.
Suasana menjadi hening, atmosfer di ruang makan tersebut juga menghantarkan hawa tidak enak yang mewakili perasaan kesal Rio pada putrinya.
Tiiiin!!!
Terdengar suara klakson mobil yang seolah memanggil Gladys supaya keluar rumah.
Mengetahui siapa yang datang, Gladys tersenyum. Diteguknya susu putih di meja makannya hingga habis, lalu ia sampirkan tas abu-abu di bahunya.
"Gladys berangkat dulu, Pa." Gladys mencium punggung tangan Rio. Lantas melenggang menuju keluar rumah.
"Hai, Cleopatra," sapa gadis brambut pirang itu saat Gladys pertama kali membuka pagar rumahnya.
Gladys menyisir pandangan pada seseorang yang baru menyapanya, lalu tersenyum nakal, "Hai juga, Seksi."
Siapa lagi kalau bukan Leslie? Ya, gadis itu tengah bersandar di mobil pink barunya dengan manik mata yang tak henti menatap Gladys dengan sorot gembira. Di usianya yang baru menginjak 17 tahun, Papanya telah termakan bujuk rayunya untuk membelikan ia mobil sekaligus membuatkannya SIM B.
"Masuk!"
Tanpa diminta pun, Gladys sebenarnya tetap akan masuk. Bahkan sekarang ia sudah menemukan posisi terenaknya di dalam mobil.
"Aaaaaa!! Mobil baru!!" teriak Gladys, sembari mulai mengotrak-atrik isi dari mobil tersebut. Hanya pada Leslie-lah Gladys dapat mengekspos sisi tergila dalam dirinya.
Leslie menginjak pedal gasnya secara kasar, membuat Gladys sedikit terhuyung akibat mobil tersebut yang melaju cepat secara mendadak.
"Dys, sumpah gue enggak nyangka bokap gue bakal turutin permintaan mobil baru dari gue," ucap Leslie girang.
"Gue juga enggak nyangka. Kak Tasha aja belum pernah bawa mobil ke sekolah," sahut Gladys.
"Ya kalo dia sih salah sendiri, pas ultah sebulan lalu malah minta apartemen sama iPhone tujuh," tutur Leslie, "sekarang giliran gue punya mobil, dia langsung ngerengek-rengek minta dibeliin." Leslie tertawa penuh kemenangan.
Gladys ikut tertawa, kedua tangannya masih menjelajahi setiap inci mobil itu.
"Eh, pas di pesta gue, gue sama Dika nyari-nyari lo tapi enggak ada, ke mana, sih?" Leslie mengawali topik pembicaraan.
"Ada kok, udah di luar hotel." Gladys menyengir, menunjukkan gigi putihnya yang berderet rapi.
"Oooh ... tadi malam gue iseng chat si Axel, katanya dia abis nganter lo pulang. Emang lo jalan sama Axel?" Leslie tertawa usil.
Gladys segera menggelengkan kepalanya, "Enggak! Gue tadinya jalan sama Dika, tapi dia enggak bisa nganter gue pulang."
"Lah ... kok gitu?"
"Hang over, kebanyakan minum." Gladys tersenyum miris.
Leslie memelototkan matanya, "Ya ampun! Dia enggak kurang ajar sama lo, 'kan?!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Change
Teen FictionBanyak orang yang berasumsi bahwa harta kekayaan berbanding lurus dengan kebahagiaan. Tapi tidak menurut Regitta Gladys. Gadis yang jelas-jelas berasal dari keluarga kaya, namun kekurangan bumbu kebahagiaan dalam hidupnya. Sifat pemurung yang memben...