Woohyun sudah berada didalam mobil, ayahnya berada dibalik kemudi. Tuan Nam tersenyum menatap anak tunggalnya itu begitu antusias dengan perjalanan mereka menuju Seoul yang kemungkinan akan menelan waktu lebih kurang 5 jam, Busan adalah kota yang cukup macet di Korea meskipun kenyataannya Seoul adalah jantung negara. Woohyun beberapa kali menggerutu, saat terik matahari menyengat kulitnya. Ini baru awal musim semi, dan masih ada musim panas yang jauh lebih dari ini. Ia membayangkan, jika Busan yang masih memiliki ruang terbuka hijau masih panas bagaimana dengan Seoul yang nyaris padat dengan segala bentuk pembangunan.
" Woohyun kau tegang? "
" Tidak, hanya kesal. Hari ini panas "
Tidak biasanya ia diam begitu, Woohyun termasuk kedalam kategori orang yang punya mulut seperti perempuan. Dalam arti, dia biasanya sangat suka bicara sekalipun lawan bicaranya sibuk sendiri atau diam tanpa menanggapi.
" Ku dikirim terjadi sesuatu, kenapa tidak beritahu ayah supaya aku bisa membantu? "
" Aku tidak apa-apa. Apakah ayah akan baik-baik saja? Maksudku, sekarang aku harus tinggal di asrama milik yayasan, dan ayah harus tinggal sendiri di Busan. Bagaimana cara ayah menjaga toko tanpa harus kelelahan? Aku tau ayah punya masalah dengan persendian lutut, ayah jadi mudah lelah dan pegal "
Tuan Nam tersenyum hangat, bangga karena putranya itu telah berfikir dewasa dan tidak mementingkan diri sendiri.
" Woohyun tenang saja, ne. Ayah akan baik-baik saja dan akan menjenguknya setiap bulan "
Woohyun kemudian tersenyum, setidaknya ia akan selalu bisa melepas rindu dengan ayahnya meski hanya beberapa kali dalam sebulan.
" Woohyunie jangan lupa istirahat yang cukup! Kalau ayah sampai mendengarmu sakit, maka ayah akan membawa pulang dan tak akan mengizinkanmu kembali ke Seoul! "
" Ayah, jangan! Kenapa kau kejam sekali, sih "
Nam.paling tua hanya tertawa mendengar ocehan lucu anaknya, Tuan Nam merentangkan tangan kirinya mengacak surai hitam legam anaknya penuh kasih sayang.
" Ayah aku bukan anak kecil! "
" Tapi kamu tetap anak bayiku "
Mendengarnya Woohyun hanya cemberut, sebuah sisi childish yang hanya bisa ia tunjukan pada ayahnya.
" Ayah, kau bawa cukup uang? "
" Tentu "
Ayahnya itu mengeluarkan sebuah buntalan kertas dari saku kemejanya. Woohyun meraihnya dengan cepat, menghitungnya. Bibirnya mengerucut sempurna, kala mendapati hanya ada kurang dari 150 ribu won di genggamannya." Ayah, kan harus beli seragam baru. Sepatuku juga usang, dan aku malu harus pakai tas ini. Aku telah memakai tas ini sejak pertama masuk SMP, modelnya sudah kuno dan juga begitu kekanakan. Uang segini mana cukup "
" Aigoo, anak ayah sudah bisa protes rupanya. Humm, kau pakai saja dulu yang ada ayah sudah membeli sepatu dan tas juga sudah ayah dapatkan. Kita hanya tinggal menunggu seragam saja "
" Sungguh? Aku ingin lihat barangnya! "
Woohyun berteriak antusias, dia menoleh kebelakang namun yang ia dapati hanya tumpukan kardus-kardus saja.
" Easy kid! Ayah sudah mengepak barang-barangmu jadi satu "
" Aku rasanya sudah tidak sabar, Ayah "
*****
Woohyun menghela nafas dalam-dalam, tersenyum lembut kala menemukan bangku kosong di baris belakang deret nomor dua. Ia memasang earphone, menikmati senandung lagu dari playlist favoritnya. Seseorang mengetuk bahunya, ia terpaksa melepas perangkat itu dari telinganya.
" Kenapa? "
" Murid baru, ya? "
Woohyun mengangguk.
" Cari bangku lain, ini bangku milikku "
" Bukankah yang pertama datang yang akan mendapatkan bangkunya? "
Gadis itu menyeringai, tertawa kecil seolah tak percaya bahwa pemuda di hadapannya itu membantah perintah yang ia keluarkan.
" Minggir lah, ini tempat dudukku! "
Woohyun meraih ranselnya, kemudian menoleh ke kanan dan kiri berharap menemukan bangku yang bisa ia tempati. Oh, ia menemukannya! Di sudut paling kanan dekat jendela kaca yang memberi refleksi pemandangan luar. Ah, indahnya.
" Aku pasti akan betah disini. Ayah, aku berjanji tidak akan pernah mengecewakanmu "
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Blossom
FanfictionWoohyun seorang murid pindahan dari Busan, pergi ke Seoul bersama ayahnya yang seorang pengelola toko kue untuk mendapat pendidikan yang lebih baik. ia bertemu dengan banyak orang dengan sifat yang berbeda, bagaiman a ia menanggapi persoalan yang ju...