20. Bang Zafran!

2.1K 125 3
                                    


"Bang Zafraaaaann!!", pekik Sinta begitu sosok Zafran terlihat mendekati meja tempatnya dan Siska duduk menunggu.

Zafran tersenyum hangat melihat dua adik kecilnya itu terlihat senang tatkala melihatnya. Rindu sekali dengan tingkah keduanya yang konyol itu.

"Hai, twins! Kangen abang, nggak?", tanyanya begitu acara peluk-memeluk selesai. Kemudian mereka segera duduk kembali.

"Kangen banget. Abang sih sombong, lama banget main kesininya", keluh Sinta.

Benar juga, ini baru kali pertama Zafran berkunjung ke Jakarta setelah setahun lalu pindah ke Medan.

"Abang lama kan disini?", tanya Siska.

Zafran terlihat lesu dengan pertanyaan Siska itu. "Abang cuma dua hari di sini. Lusa udah harus balik ke Medan lagi", katanya.

"Yaaahh.. bang Zafran nggak asik, ih. Sebel", Sinta mengerucutkan bibirnya sebal. Jujur dia kecewa sekali mendengarnya. Padahal, dia sudah membayangkan Zafran akan tinggal lama di sini.

"Tau. Kenapa buru-buru banget sih, Bang?", tambah Siska. Dia juga ingin sekali kakak sepupunya itu bisa tinggal lebih lama. Mengingat kapan mereka bisa bertemu lagi masih belum pasti.

"Jangan ngambek dong, twins. Janji deh abang besok-besok nginepnya lama"

Zafran menaik turunkan alisnya. Dia mencoba memperbaiki mood si kembar yang sekarang sedang manyun.

"Yaudah, deh. Tapi janji, ya?", ucap Sinta.

"Awas aja kalo bang Zafran boong", sahut Siska. Mencoba mengintimidasi Zafran dengan tatapan menuntutnya.

"Iya-iya. Kalian masih bawel ya ternyata"

Zafran terkekeh. Ternyata kedua adik kembarnya itu masih sama sejak satahun lalu dia pergi. Masih cerewet dan manja sekali padanya.

"Promise?"

Sinta menjulurkan kelingkingnya ke Zafran. Diikuti Siska yang melakukan hal yang sama pula. Ini adalah salah satu kebiasaan mereka waktu kecil ketika membuat janji.

Katakanlah ini kekanakan, tapi mereka suka. Memangnya siapa yang mau protes? Suka-suka mereka dong.

"Promise", kata Zafran.

Jari kelingking kanannya membelit kelingking Sinta. Sedangkan kelingking kiri menggaet kelingking Siska juga.

"Print?", kata si kembar bersamaan.

Mereka membuka telapak tangannya dan mengulurkan pada Zafran. Mirip seperti mengajak bersalaman.

"Print"

Kemudian, Zafran meraih uluran tangan mereka. Tangan kanan untuk Sinta, dan kiri untuk Siska. Namun bukan menggenggam seperti bersalaman. Hanya menempelkan telapak tangan, kemudian menariknya perlahan sampai terlepas.

"Stemp?"

Giliran ibu jari mereka yang bersentuhan. Menempelkannya sesaat seperti menyetempel kertas pada umumnya. Dengan ini, perjanjian kontrak mereka dianggap sah dan tidak boleh diganggu gugat. Itulah hukum yang berlaku diantara mereka bertiga.

"Stemp"

Mereka tertawa bersama. Mengingat masa kecil mereka dulu yang sering melakukan hal ini.

"Oke, kontrak selesai. Awas aja kalo bang Zafran ngelanggar"

Siska menyipitkan matanya untuk mengintimidasi Zafran. Membuat lelaki yang hanya terpaut usia dua tahun darinya itu terkekeh geli.

Kembar yang Dikembar-kembarkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang